Sepenggal Kisah Thriller

28 2 0
                                    

Setelah teriakan menyayat hati itu, mata Dea terbelalak. Kedua telapak tangannya refleks menutup mulutnya yang terbuka lebar. Ia menatap ngeri pada dua potongan jari penuh darah di bawah mesin pemotong.

Suara rintihan terdengar. Dea mendekat lalu berlutut di depan Maya. Wajah Maya pucat, kedua rahangnya terus mengatup rapat menahan nyeri. Tangan kanannya tergolek lemah di samping pahanya. Darah segar masih menetes dari sisa jari yang terpotong, meninggalkan banyak bercak darah pada seragam putihnya.

Kepala Dea tiba-tiba pusing, semua sendinya melemah. Lalu isi perutnya terdorong ke atas menuju tenggorokan. Bergegas ia lari dengan sebelah telapak tangannya menutup mulut.

********

Pintu kayu yang lapuk itu langsung terbuka meski aku hanya mendorongnya pelan. Tanpa berpikir panjang aku masuk ke dalam ruangan itu, lalu kembali menutup pintunya. Gelap, hanya ada cahaya rembulan yang masuk dari jendela usang tak berdaun. Bagian dinding yang terkena pantulan cahaya terlihat kotor dan menghitam. Seekor tikus besar berlari karena terusik kedatanganku.

Aku merapatkan tubuh pada dinding dingin di samping jendela, lalu pelan-pelan mengintip keluar. Dengan napas terengah kulihat dua orang berjaket hitam berdiri mencari sesuatu, atau seseorang.

Rasa & AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang