Lembar 1 - The Guardians

1.5K 56 0
                                    


Pagi hari di kerajaan Rooth dimulai dengan suara lonceng berbunyi nyaring yang berasal dari menara tertinggi. Kemudian diiringi oleh langkah kaki beruntun dari setiap pelayan yang bersiap melakukan tugas mereka seperti biasa. Namun tidak seperti hari biasa, Hampir semua pelayan itu mulai menyibukkan diri di aula utama untuk mempersiapkan acara yang akan dilakukan saat matahari tepat di atas kepala.

Di satu sudut ruangan di istana, sebuah pintu kayu dengan ukiran rumit itu terbuka, diiringi langkah tergesa dari beberapa pelayan yang berderap masuk. Beberapa orang lainnya segera masuk lagi ke dalam suatu ruangan, beberapa orang lagi segera membuka lemari dan menyiapkan pakaian, dan satu orang yang tersisa langsung berjalan mendekati sebuah kasur ukuran besar. Dibalik selimut yang sangat lembut tersebut ada seorang gadis yang masih memejamkan matanya, masih terbuai dalam dunia mimpi. "Putri Unique, tolong bangunlah." Hanya dengan satu goyangan pada bahunya, gadis itu langsung bangun. Wajahnya bersemu merah saat mendapati sang pelayan sudah berdiri di depannya.

"Apa aku terlambat bangun," cicitnya menahan rasa malunya karena dia harus dibangunkan oleh pelayannya, hal yang jarang terjadi.

"Tidak Putri. Tapi jika anda tidak segera bangun, anda akan terlambat menghadiri acara hari ini." Sang Putri pun langsung terduduk saat menyadari jika ada acara besar yang harus di hadirinya. Dengan segera dia segera beranjak menuju kamar mandi, melakukan ritual paginya di bantu oleh pelayannya dan diakhiri dengan duduk di depan cermin meja riasnya. Beberapa pelayan nampak memperbaiki pakaian yang dipakainya, sebagian lagi menata rambut coklatnya yang tergerai indah sampai pinggangnya.

"Putri, saya berharap anda mendapatkan Pangeran yang baik hati." Unique tersenyum malu, rona merah diwajahnya menunjukkan jika dirinya masih malu untuk membicarakan hal tersebut, apalagi dengan para pelayannya. Dirinya masih mengingat jika beberapa hari yang lalu ayahnya, Raja Barda, mengatakan jika dirinya sudah cukup umur untuk dipersunting oleh Pangeran yang ada di luar sana. Oleh karena itulah, dia hari ini akan menjalani acara penobatan kelompok pengawal, kelompok yang nantinya akan menjamin keselamatannya hingga akhirnya dia telah menikah. Suatu adat yang telah turun menurun ada di kerajaan.

"Tapi apa kalian tau siapa yang akan menjadi kelompok pengawalku nanti?" Unique memang sangat penasaran dengan sosok yang akan menjaga keselamatannya nanti, mengingat ayahnya tidak memberikan bocoran siapa saja yang akan diangkat menjadi pengawalnya.

"Sebenarnya kami juga tidak tau, Tuan Putri. Tapi yang saya dengar, ada beberapa rumor mengatakan jika mereka adalah lulusan terbaik dari akademi prajurit di kerajaan."

"Ada juga yang mengatakan jika salah satu diantara mereka ada satu-satunya anggota wanita," timpal seorang pelayan yang menyisir rambut Unique.

"Tapi yang paling menjadi perbincangan orang-orang adalah ketua kelompok pengawal anda Tuan Putri," sahut seorang pelayan yang datang dengan sepatu kulit favorit Unique.

Dahi Unique mengerut keheranan dengan pernyataan sang pelayan, "Memangnya ada apa dengan ketua kelompok pengawalku?"

Pelayan yang lain, yang membenarkan ikatan baju di belakang tubuh Unique, menjawab rasa penasaran Unique, "Ada yang mengatakan jika ketua pengawal anda itu manusia yang tidak bisa mati, alias abadi."

"Bukankah itu hanya mitos, maksudku mana mungkin ada orang yang bisa hidup abadi. Memangnya kenapa sampai ada rumor yang mangatakan hal itu?"

Pelayan, yang membantu Unique berdiri, menjawab pertanyaan Unique sekaligus mengakhiri pembicaraan pagi mereka, "Nanti Tuan Putri akan tau sendiri kenapa ada rumor seperti itu."

***

Aula yang biasanya nampak kosong pada hari biasa itu kini nampak ramai dipadati oleh orang-orang. Beberapa bangsawan dengan baju mewahnya sedang berbincang satu sama lain membicarakan politik yang terasa sangat membosankan di telinga Unique. Kekehan dari sampingnya mampu merebut perhatian Unique. Tepat di sampingnya, ayahnya, Raja Barda, tengah terkekeh ke arahnya. "Putriku, bukankah sangat aneh untuk seorang Putri merasa bosan karena mendengar topik soal politik kerajaan."

Immortal GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang