Lembar 10 : A Fairytale (bagian 2)

605 31 5
                                    

Ini adalah part terpanjang yang pernah ada. Jadi semoga senang ya dengan part ini. AKu nggak bisa adegan yang menye-menye tapi aku berharap part ini bisa menyentuh hati kalian. Makasih.

Seperti biasa, awas typoo

***

Hujan masih turun dengan derasnya. Gadis di sebelahnya masih sibuk memeras gaunnya yang basah akibat terciprat air di sayapnya. Setelah mencoba dan berulang kali gagal membuat gaunnya lebih kering, akhirnya gadis itu menyerah. Kekesalan masih nampak di wajahnya saat dia menoleh ke arah pria tersebut.

"Jadi, siapa namamu?" Pria itu henya melirik dengan alis terangkat. Merasa malas menjawab pertanyaan gadis itu tentang namanya. Melihat sikap acuk tak acuh pria di sampingnya, gadis itu pun memiliki inisiatif sendiri. " Baiklah jika kau tidak mau menjawabnya. Aku akan memanggilmu dengan nama Pirang!" sahut gadis itu girang, melihat ke arah pria tersebut terutama rambutnya yang memang terlihat pirang di matanya.

"Nama apa itu, jelek sekali! Seleramu buruk untuk memilih nama." Meski menggerutu karena nama yang diberikan gadis di sebelahnya, pria tersebut tidak mendebatnya lagi. Pria itu pasrah saja dengan nama itu asalkan dia tidak memberi nama aslinya pada gadis disebelahnya. "Kalau begitu aku akan memanggilmu coklat."

"Hei! Tidak bisa begitu. Aku juga punya nam--" Sesaat gadis itu kembali terdiam saat pria di sampingnya meliriknya dengan alis terangkat, seakan menantang gadis tersebut melanjutkan protesannya. Gadis itu pun terdiam dengan dengusan kesal dan bibir mengerucut sebal. Sebuah pemandangan yang mampu membuat pria yang berjulukan Pirang tersebut tersenyum kecil.

Dan kejadian tersebut hanyalah awal mula dari kebersamaan mereka.

Setelah pemberian nama kepada masing-masing, gadis dan pria tersebut semakin dekat. Tiap hari gadis itu akan datang membawa makanan, lalu dilanjut dengan berbincang sebentar sampai akhirnya gadis itu kembali ke rumahnya. Sesekali mereka berjalan-jalan mengitari hutan dan mencari bahan makanan untuk gadis itu.

Kebersamaan mereka tentu membuat efek samping lain. Efek dari kebersamaan mereka membuat mereka merasa nyaman satu sama lain dan memiliki rasa suka hingga berakhir cinta. Keduanya pun memutuskan untuk hidup bersama di dalam kanopi yang telah di dibangun ulang menjadi hunian nyaman.

Seperti biasa, pria itu berjalan ke arah pohon apel, tempat favorit mereka. Dia menggelar alas dan meletakkan beberapa makanan di atasnya. Memandang ke atas pohon, dia akhirnya terbang kesana untuk mengambil beberapa apel yang sudah masak.

"Apa yang kau lakukan?" Pria itu tersentak kaget. Di belakangnya, gadis kesayangannya sedang berjalan seraya membawa beberapa camilan tambahan. Rasa gugup langsung mendera diri pria tersebut. Takut kalau gadis di depannya mengetahui jika dia terbang untuk mengambil apel di atas pohon.

"Hanya mengumpulkan beberapa apel yang asih bagus." Gadis itu melihat apel di tangan pria di depannya, lalu melihat ke sekitar pohon dan tidak menemukan apel-apel lainnya. Meski terlihat aneh, dia mengabaikan fakta tersebut dan langsung memasang wajah ceria di wajahnya.

"Kelihatannya enak. Kupaskan satu untukku." Pria itu mengangguk bersamaan helaan napas lega.

Seperti biasa, setelah memakan makanan mereka akan duduk di bawah pohon menikmati semilir angin yang berhembus. Pria itu akan menyender pada pohon dan mendekap erat gadis yang duduk di depannya. Sementara gadis itu bersandar pada dada pria di belakangnya dan menikmati kedua lengan pria tersebut yang memeluknya erat. Tentu saja dengan tambahan kedua sayap pria tersebut yang menyelimutinya.

Melihat sayap itu, gadis itu kembali teringat dengan percakapan mereka yang dulu. "Apakah sayapmu sudah pulih seperti dulu?"

Pria itu mencoba melihat ekspresi gadis di depannya tapi tidak bisa. Wajah gadisnya malah menatap cemas ke arah sayapnya yang membalut hangat keduanya. "Kenapa kau tanya begitu? Tak seperti biasanya?"

Immortal GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang