Lembar 17 - Nama [Akhir]

15 2 0
                                    


Kaki kecil Unique segera berlari keluar dari tenda. Matanya langsung dihadapkan degan pertempuran antara prajurit yang menemaninya dengan prajurit yang dimiliki oleh Pageran Franco. Jumlahnya tidak sepadan, prajurit yang menemaninya kepayahan menahan serangan dari prajurit Pangeran Franco. Unique mengeratkan pelukannya terhadap sayap yang ada di pelukannya. Apapun yang terjadi, dia harus melindungi sayap milik Agni.

"Tuan Putri!" Unique menoleh ke arah kanannya, Alford berteriak sambil menahan laju pedang yang terarah tiba-tiba ke Unique. "Anda harus segera pergi! Saya akan membantu ada keluar dari sini." Dengan satu tebasan, prajurit di depannya langsung terkapar. Alford segera berlari diikuti oleh Unique di belakangnya.

Keduanya langsung berlari menjauh dari perkemahan Pangeran Franco. Langkah kaki mereka menghentak di kesunyian hutan malam itu. Meski samar, sinar mentari perlahan mengintip dari ujung pepohonan yang mulai terlihat longgar. Saat langkah mereka keluar dari hutan, angin langsung menyambut kedatangan mereka. Tepat di depan mereka, ladang rumput yang sangat luas terbentang tanpa ujung. Satu-satunya yang mencolok adalah siluet pohon apel yang mejulang sendirian diantara rerumputan itu. pohon apel itu, tempat dia dulu sering menghabiskan waktu bersama Agni.

"Tuan Putri!" Unique langsung tersadar dari lamunannya dan kembali berlari mengikuti Alford. Keduanya berlari melintasi ladang rumput itu. Suara para prajurit di belakang mereka berpacu dengan denyut jantung mereka yang makin cepat. Mereka tidak tau siapa dibelakang sana, entah prajurit musuh atau prajurit mereka sendiri, yang paling penting adalah mereka bisa melarikan dulu dari situasi itu.

Tapi sayangnya Alford terjatuh.

Dua panah melesat pada kakinya, salah satunya menancap pada tendon lututnya dan yang lainnya pada paha atasnya. Keduanya berpandangan dengan mata gemetar. Bukan hanya suara prajurit saja yang bisa mereka dengar, tetapi wujud mereka juga semakin mendekat. Ada dua, tidak empat prajurit yang berlari ke arah mereka. Kedua prajurit sudah siap melesatkan panah kembali sedangkan dua prajurit lainnya berlari dengan pedang sudah siap mengayun ke arah mereka.

"Pergi!" Unique memeluk erat sayap Agni. Mata Alford gemetar, entah untuk menguatkan atau sudah lelah dengan kondisi badannya, tetapi tangannya tetap mengeluarkan pedang dari sarungnya. Ini semua salahnya, pikir Unique. Seharusnya dia melepaskan Agni sehingga dia tidak perlu menyeret semua orang dalam tragedi miliknya. "Tuan Putri, ini bukan salah anda."

"Semua orang berhak memperjuangkan hidupnya untuk bahagia."

Unique tertegun sejenak.

"Karena itu, tolong sampaikan pada Honey bahwa saya senang bertemu dengannya."

Unique hendak membantah tetapi suaranya teredam suara teriakan prajurit yang mengayunkan pedangnya pada Alford. Pria itu segera menahan serangan tersebut dan mendorongnya menjauh. Sedangkan prajurit yang lain sudah mengayunkan pedangnya ke arah Unique dan menebas sebagian bahu dan rambut milik Unique. Beruntungnya pedang tersebut tidak sampai menebas leher Unique karena Alford sudah menjangkau pedang tersebut dengan tangan kirinya yang kosong. Namun karena posisinya yang terbuka, prajurit yang tadi mengayunkan pedang pada Alford kembali mengayunkan pedangnya hingga menimbulkan sayatan panjang dari pundak hingga pinggul Alford.

"Pergi, sekarang!" geram Alford diantara suaranya yang menahan sakit.

Unique gemetar tetapi segera berbalik dan lari menjauh.

Matahari baru saja terbit, tetapi air mata Unique tenggelam bersama langkah kakinya.

***

"Bodoh, masuk kesini dan bantu aku!" Teriakan itu menggema dari tenda. Meski terdesak, Pangeran Franco masih mampu berteriak meminta bantuan dari prajuritnya.

Immortal GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang