Halaman 7 : Something called home

622 35 9
                                    

Maaf ya baru bisa update sekarang. Tenang aja, tinggal beberapa bab lagi udah ending kok, jadi mohon pengertiannya kalo agak ngaret karena aku mau tamatin dulu baru aku upload ke wattpad. Kenapa babnya sedikit, karena aku menyesuaikan dengan plot yg udah ku buat dan untuk menghargai karya yang membuatku terinspirasi karenanya sehingga aku menjaga keorisinilannya. Maksudku aku gk mau memperpanjang masalah dan meruwet-ruwetkannya.

Oke dan tolong bersabar untuk menunggu tamatnya cerita ini

Psst, bukan berarti bab ini akan selesai 2 atau 3 bab ya. Masih ada 5 sampai 8 bab lagi kok. Jadi tenang, ini masih menuju ke konflik yang sesungguhnya

Oke, seperti biasa, awas typoooo

***

Semilir angin yang terasa lebih dingin dari yang pernah di rasakan membangunkan Unique dari tidur lelapnya. Kelopak mata yang terasa berat dipaksanya untuk dibuka. Pandangan matanya langsung terarah pada langit-langit yang berwarna gelap dan di penuhi dedaunan. Ini tentu bukan kamarnya. Kamarnya tidak mungkin terdapat pohon di dalamnya, apalagi alas yang berada di bawahnya terasa keras sekali, tidak seperti tempat tidur empuknya.

Suara perdebatan kecil di sisi kanannya membuat Unique memalingkan wajahnya. Matanya haru memincing untuk bisa memandang di kegelapan malam yang terasa asing di pikirannya. Berjarak beberapa langkah darinya terdapat tiga orang yang tengah seikit bersiteru. Salah satunya terlihat memiliki rambut panjang yang di kenalinya.

Unique mencoba mengeluarkan suaranya meski terasa mencekat di tenggorokannya. "Honey," Unique bahkan merasa asing dengan suara yang baru saja di keluarkannya. Namun sepertinya salah satu sosok itu mendengar dengan jelas ucapan Unique sehingga segera mengampiri Unique.

"Anda tidak apa-apa tuan putri?" Honey mencoba membangunkan tuan putrinya hingga bisa duduk bersandar pada dirinya.

"Dimana ini?"

"Kita sedang berada di tengah hutan tuan putri," ucap Honey menjawab pertanyaan tuan putrinya.

"Tapi kenapa? Apa yang terjadi? Dimana ayah dan ibu? Kenapa kita disini?" Honey tampak bungkam, sedangkan Alford mendekat ke arah keduanya. Pria itu membungkuk dalam sebelum akhirnya berani menjawab pertanyaan Unique yang bertubi-tubi.

"Kerajaan telah diserang oleh musuh tuan putri, kerajaan terbakar dan kami terpaksa membawa kabur anda sebelum anda ikut terbakar atau dibunuh oleh musuh." Alford tidak berani untuk menegakkan badannya, matanya takut memandang ke arah Unique yang mungkin akan menampilkan rasa sedih yang luar biasa.

Sedangkan Unique, otaknya mencoba mencari petunjuk atas ucapan tersirat yang dilontarkan oleh Alfors. Tak perlu menunggu lama hingga gadis itu paham dengan kondisi yang terjadi. "Jadi, ayahku sudah tiada, ibuku juga. Para pelayan, rakyat kerajaan, mereka sudah tiada?"

Alford menunduk semakin dalam, "Maafkan kami tuan putri."

"Kau...kau bercanda kan. Ini....ini.... lelucon bukan. Ini bohongkan!" Unique tak dapat melihat wajah Alford yang setia menunduk. Dengan sekejap gadis itu segera menoleh ke belakang, meminta jawaban dari sosok yang menopangnya. "Bilang padaku jika semuanya bohong. Katakan padaku jika...jika... ayah dan ibu masih hidup... mereka semua masih ada di istana..."

Honey ikut menunduk, tidak berani melihat wajah Unique yang penuh dengan kesedihan. "Maafkan aku, Tuan Putri."

Tangan Unique yang terkulai lemah mulai memiliki tenaganya. Tangannya membungkan mulutnya yang mulai mengeluarkan suara isak tangis yang mendalam. "Bohong... bohong... Ini semua pasti bohong!" Unique segera berlari ke arah Alfred. Tangan mungilnya memukul badan Alfred yang masih setia menunduk. "Kau seharusnya menyelamatkan mereka! Kalian seharusnya membantu mereka! Kenapa Cuma menyelamatkanku! Kenapa... kenapa...kenapa...!"

Immortal GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang