Part 01

2K 125 9
                                    

Lee Changsub POV

Perjalanan panjang selama lima jam di dalam pesawat telah berakhir. Kini aku sudah kembali menginjakan kaki di negara kebanggaanku, Korea Selatan. Berada di dalam pesawat dalam waktu yang lama membuat kerongkonganku terasa kering. Di sisi kiri pintu keluar ada sebuah kedai Kopi. Sebelum 'mereka' datang tidak ada salahnya aku memesan satu kopi terlebih dahulu.

Setelah memesan satu cup americano, aku menduduki kursi panjang dekat jendela. Mengawali kegiatanku di Korea dengan satu cup kopi bukanlah hal yang aneh untukku. Aku memiliki suatu ikatan tersendiri dengan Kopi. Aku meminum kopi lebih dari 10 kali dalam satu hari. Mengejutkan bukan?

Aku menghela nafas dengan berat. Kembali lagi ke negara ini membuatku membuka kenangan lama. Kopi pertama pagi ini. Pahit dan pekat. Seperti ditinggalkan seseorang, tanpa kata maaf.

Kenangan dua tahun silam kembali memutar memoriku. Sejauh mungkin aku berusaha untuk menghapusnya, sejauh itu pula kenangan itu akan terus melekat di dalam memoriku. Hatiku kembali teriris jika harus mengingatnya. Pedih hatiku ini bukan hal yang mudah untuk diobati. Hanya orang itu yang mampu mengobati pedih hati ini.

Ku hirup aroma kopi pesananku tadi. Rasanya cukup menenangkan jiwaku. Teman hidup yang tidak akan pernah pergi hanya dia, kopi.

Drttt drttt....

"Yeoboseo.."

"Ne. Aku sedang berada di kedai kopi. Kau bisa melihatnya di sisi kiri pintu keluar,"
Aku mematikan ponselku begitu orang yang meneleponku melihat keberadaanku. Kedua Namja yang sangat ku rindukan. Mereka berdua adalah sahabatku. Lalu kemana keempat sahabatku yang lainnya?

"Aigoo! Kau, Changsub hyung?" tanya seorang namja yang tinggi, berambut hitam dan berponi itu terlihat pangling melihatku. Dia rivalku di Korea, Yook Sungjae.

"Aniyo. Aku Lee Changsub," candaku memukulnya pelan.

"How are you, hyung?" tanya sahabatku yang satunya. Si kepala brontos dengan logat Inggris yang sangat fasih, Peniel Shin.

"Fine. Bicaralah berbahasa Korea denganku," gertakku. Peniel tertawa mendengarku memaksakan logat Inggrisku yang tidak seberapa.

"Kalian berdua saja? Yang lain?" tanyaku pada mereka berdua.

"Pihak Cube tidak mengizinkan kami semua meninggalkan dorm. Terpaksa hanya aku dan Sungjae yang menjemputmu," jawab Peniel. Sungjae memberikanku beberapa berkas yang sudah di lipatnya sekecil mungkin. Apa ini? Tanyaku dalam hati.

"Dua tahun kau di Amerika membuat kami semua berunding dengan permasalahan debut BTOB. Kepergianmu membuat kami semua lelah terus mencari alasan agar kau tidak di keluarkan dari agensi," jelas Sungjae.

Jinjja? Ku pikir Cube akan merelakanku kuliah tanpa meributkan yang lainnya di sini. Kalau tahu seperti itu lebih baik aku tidak usah pergi dan memilih tetap debut bersama mereka.

"Kau tenang saja, semua sudah kembali aman terkendali. Agensi memberikan kita latihan selama tiga bulan sebelum BTOB debut," sambar Peniel seolah mengetahui pikiranku.

"Ahh, lalu bagaimana dengan dirimu dan Ilhoon? Sekolah kalian tidak bermasalah?" tanyaku pada Sungjae.

"Tentu saja bermasalah. Aku dan Ilhoon terpaksa harus Homeschooling demi kenyamanan bersama. Berkorban sedikit tidak masalah, kan?" jawabnya tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang tertata rapi.

Inilah kami, BTOB. Awal persahabatan kami yang terjalin dengan hobi yang sama membuat kami mendapatkan tawaran membuat Boy Group dalam agensi Cube Ent. Beruntung saja kami memiliki Agensi yang baik hati karena memberikan kami trainee bertahun-tahun.

••• At The End •••

At The End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang