Part 03

872 63 6
                                    

Yoo In Na POV

Bekerja bekerja dan bekerja adalah motto hidupku. Jika aku tidak bekerja mungkin saja aku sudah mati kelaparan karena tidak makan apapun. Hidup seorang diri di Korea adalah tantangan besar dalam hidupku. Kedua orang tuaku sudah bersama Tuhan di surga. Demi melangsungkan hidup aku harus bisa menghidupkan diriku sendiri.

Karena kerja keras aku berhasil mendirikan kedai Kopi yang tidak begitu besar. Dari hasil menabung selama aku kuliah akhirnya aku tidak perlu bekerja serabutan seperti dulu. Aku tidak sendiri menjaga kedai kopi ini. Bersama dengan temanku, Kang Min Young. Dia teman satu kostanku.

"Bagaimana penghasilan kita hari ini?" tanya Min Young melepas topinya. Aku menghela nafas dengan berat.

"Pelanggan kita berkurang. Penghasilan hari ini jauh menurun dari minggu lalu. Eottokhe?" tanyaku cemas.

"Bagaimana kalau kita mempromosikan kedai ini. Aku punya kenalan yang bagus untuk membuat browser dengan harga murah. Dengan begitu banyak orang yang akan datang ke sini," jelasnya.

Aku mengangguk setuju. Min Young memang selalu mempunyai banyak ide yang bagus untuk menyelesaikan sebuah masalah. Aku merasa tidak pantas sebagai bos jika aku tidak bisa tenang saat menghadapi masalah.

"Gomawo. Kau selalu bisa membantu kecemasanku. Seharusnya kau saja yang menjadi bos," ujarku.

"Kalau aku yang jadi bos aku akan langsung memecatmu," ujarnya tertawa.

Aku menoleh ketika pintu kedai terbuka. Akhirnya aku memiliki  pelanggan lagi pada malam seperti ini. Akhir-akhir ini sangat jarang kedaiku kedatangan pelanggan di malam hari.

"Americano." ujar Namja itu dengan nada dingin. Namja itu memakai pakaian yang menyeramkan. semuanya serba hitam. Apa dia seorang teroris yang akan melakukan aksinya di kedaiku? Aigo!

"Kau saja yang antarkan pesanan ini. Dia terlihat menyeramkan," ujarku berbisik. Min Young menggeleng cepat.

"Kaukan tahu aku tipe orang yang selalu berprasangka negatif. Bagaimana kalau tiba-tiba saja dia melemparkan bom ke hadapanku? Hei! Itukan pelangganmu, kau saja yang antarkan!" Jawabnya memberikan pesanan Namja misterius itu ke tanganku.

Dengan pertimbangan berkali-kali aku melangkahkan kakiku menuju meja yang berada paling ujung dekat jendela. Namja itu masih berkutat dengan ponselnya yang juga berwarna hitam.

"Ini pesanannya Tuan. Silahkan dinikmati," ujarku sedikit bergetar. Tanganku bergetar ketika meletakkan kopi itu di hadapannya.

"Dia sungguh menakutkan." ujarku pelan. Aku berjalan dengan cepat menuju dapur.

"Gwenchana? Dia tidak menunjukkan bom rakitannyakan?" tanya Min Young.

"Aniyo. Dia tetap menunduk dengan memainkan ponselnya. Kurasa dia bukan teroris," jawabku masih memperhatikan Namja itu dari kejauhan.

"Hei! Kau jangan menyimpulkan seperti itu. Bisa saja dia diam-diam sedang memikirkan rencana untuk meledakkan bomnya. Aku jadi merinding membayangkan bom itu akan meledak," kata Min Young.

"Kecilkan sedikit suaramu. Bagaimana kalau dia mendengarnya," bentakku menutup mulut Min Young.

Aku kembali menduduki meja kasir. Menunggu pelanggan datang pada malam seperti ini sangat membosankan. Rasa kantuk yang menyerang mataku terus berulang kali terjadi karena tidak ada pelanggan. Namja itu masih tetap berkutat dengan penutup wajahnya. Hei! Aku jadi penasaran seperti apa wajahnya. Apa dia seorang Namja yang tampan? Aish! Apa yang kau bicarakan In Na!!

••• At The End  •••

Lee Changsub POV

Kebiasaanku sangat susah untukku tinggalkan. Pada malam seperti ini aku malah menginginkan minum kopi. Untung saja penjaga Dorm masih mengizinkanku keluar walaupun harus dengan penyamaran. Aku tidak mengerti kenapa kami semua harus menyamar di saat kami belum menjadi artis? Apa Cube terlalu takut jika anak didiknya di lirik Agensi lain? Konyol sekali.

At The End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang