Part 07

405 39 2
                                    

Yoo In Na POV

Kalian tahu, hari ini aku sangat senang sekali. Seharian penuh aku habiskan bersama Namja yang sudah membuatku gila. Aku mengakuinya sekarang, kalau aku memang menyukainya, tapi aku hanya menyukainya dan tidak terobsesi untuk memilikinya. Dia seorang Idol, akan sangat sulit mendapatkannya. Aku hanya seorang pelayan di kedai, dia tidak akan menyukai Yeoja berkelas rendah sepertiku.

"kau sangat maniak Kopi rupanya." ujarku duduk di sebelahnya. Kami sedang berada di bangku taman yang di kelilingi oleh daun - daun yang berguguran.

"memang. Aku memiliki sebuah ikatan dengan kopi dan juga games. Jika kau tahu, saat di dorm aku lebih banyak menghabiskan waktuku dengan bermain games bersama Sungjae dan seniorku di Agensi. Kami sama - sama pecinta game online, dan setiap waktu kami selalu bermain bersama." ceritanya dengan sangat ceria. Aku tidak terlalu fokus dengan ceritanya karena aku terlalu fokus melihat wajahnya yang sangat tampan dan lucu. Dia memiliki kulit yang sangat putih. Di tambah lesung pipi di bawah bibirnya menambah sosok ketampanannya. Aku akan terkena penyakit gila jika terus seperti ini.

"kau sendiri. Apa yang kau suka? Kau sudah tahu kesukaanku, dan sekarang waktunya kau menceritakan kesukaanmu padaku." Changsub.

"entahlah. Aku seperti tidak menyukai apapun. Waktu aku kecil aku sangat suka bermain biola dan piano. Suara alat musik itu membuat hatiku sangat nyaman. Ketika aku besar aku sudah tidak memikirkan hal semacam itu. Karena aku kuliah di Universitas unggulan di Seoul mau tidak mau aku harus sangat fokus pada tujuanku. Pada saat aku kembali menggenggam piano dan biola aku tidak bisa. Tanganku sangat kaku untuk memainkannya." ceritaku.

"kau kuliah jurusan apa? Dulu aku juga sempat berkeinginan kuliah di universitas unggulan di seoul, tetapi aku tidak masuk karena hal yang tidak ku ketahui." tanyanya.

"Hukum. Aku mengambil jurusan itu karena Appa dulu juga berada dalam jurusan itu. Setelah lulus aku tidak bisa bekerja apapun dan akhirnya aku memilih menjadi pelayan kedai dan mengumpulkan uang untuk kuliah jurusan seni." jelasku.

"apa ini sebuah kebetulan? Aku juga lulusan fakultas Hukum. Aku baru saja menyelesaikan S2 ku di Amerika. Hukum tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus benar - benar fokus dalam bidang itu." jelasnya.

Selain tampan dia juga ternyata sangat pintar. Setahuku sangat amat sulit untuk melanjutkan S2 dalam fakultas hukum, apalagi di Amerika. Dia sangat cerdas.
Berbicara dengannya sangat menyenangkan. Dia orang yang memiliki pemikiran yang positif. Dia juga sepertinya orang yang selalu ceria.

"kau mau ikut denganku ke tempat latihan?" aku mengerutkan keningku.

"huh! Untuk apa?" tanyaku.

"di sana banyak alat musik. Kau bisa belajar biola atau piano di sana. Hyunsik sangat pintar dalam bermain piano. Aku bisa meminta dia mengajarimu." jelasnya.

"tidak usah. Aku tidak berniat untuk kembali menguasai alat musik." tolakku.

"rupanya kau yeoja yang kalah sebelum
berperang. Kau bilang ingin masuk jurusan seni, kau bisa memanfaatkan kelebihanmu untuk mendapatkan pekerjaan." ujarnya.

Dia sangat baik sekali. Dengan mudahnya dia membantuku dalam mengejar impianku yang sempat tertunda. Kami baru saja saling mengenal, dia sudah begitu baik padaku.
"kau tidak perlu sungkan. Kitakan teman kau bisa meminta bantuan apapun padaku, begitupun sebaliknya."
Teman. Hei! Kau harus sadar In Na, Namja yang ada di hadapanmu saat ini itu hanya menganggapmu teman, tidak lebih. Sampai kapanpun kau tidak bisa bermimpi untuk menjadi bagian hidupnya.

"gomawo. Kau sangat baik padaku." jawabku tersenyum.

"tidak usah berterimakasih padaku. Aku tidak memberikanmu hadiahkan?" candanya. Aku tersenyum kecil.

At The End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang