Part 04

609 54 5
                                    

Rasanya lelah sekali seharian menguras energi tanpa henti. Malam ini kami baru saja selesai latihan. Peluh keringat membasahi seluruh badan. Begini rasanya menjadi penyanyi sekaligus penari. Tidak bisa di bayangkan bagaimana suara kita di satukan dengan tarian yang begitu energik.

"Huhh! Tulangku terasa ingin lepas dari tempatnya," ujar Hyunsik tergeletak di lantai.
"Sesulit inikah menjadi artis terkenal. Aku sudah bisa membayangkan akan seperti ini terus setelah debut," sambung Peniel.

Aku meneguk air mineral di hadapanku sampai habis. Walaupun minum air putih sebanyak apapun rasa lelahku tidak akan berkurang. Energiku akan kembali terisi jika ada kopi. Apa tidak ada yang memesan kopi?

"kau mau kemana?" tanya Minhyuk melihatku merapikan tasku.

"aku akan mencari kopi sebentar. Latihannya sudah selesaikan?" jawabku.

"kau pesan saja. Agensi sedang kedatangan wartawan, kita harus keluar secara bersama." tahan Eunkwang. Aku baru ingat kalau hari ini sedang ada masalah kecil pada salah satu anak didik Cube. Jika ada wartawan yang melihatku keluar tanpa pengawal, mereka pasti bisa menarikku untuk bertanya hal yang tidak penting.

"baiklah. Aku akan memesan di depan." jawabku keluar ruang latihan. Aku mengintip ruang utama di lantai satu. Banyak sekali wartawan yang ingin masuk ke dalam. Aku tidak tahu kenapa setiap artis yang bermasalah selalu saja di kelilingi oleh wartawan yang ingin tahu penjelasan yang pasti.

Aku lupa menanyakan di mana biasanya untuk memesan sesuatu. Jika aku ke pos depan tidak mungkin karena harus melewati pintu utama. Aku pergi ke pintu belakang agar lebih aman. Pintu belakang yang sangat lengang. Tidak terlihat penjaga kantor ataupun pelayan.

"sepertinya aku bisa kedepan dengan cara mengendap." aku sedikit menundukkan kepalaku untuk melewati setiap celah kaca dari dalam. Tingkahku ini seperti seorang penjahat yang akan melakukan aksinya.

"perjuangan yang luar biasa hanya untuk memesan kopi." ujarku akhirnya sampai di pintu depan.

Aku masih tidak melihat siapapun di dalam pos penjagaan. Jika tahu begini aku tidak akan bersusah payah untuk mengendap seperti ini.

"dia.." aku melihat seorang Yeoja yang sedang memberikan sebuah brosur kepada orang yang sedang berlalu. Aku menghampirinya yang berada tidak jauh dari tempatku berdiri.

"annyeong.." sapaku melambaikan tangan kepadanya. Dia tampak terkejut melihatku. Aku tidak memakai pakaian serba hitam yang membuatnya menyangka aku seorang teroris, lalu kenapa dia masih menatapku dengan seperti itu? Benar - benar Yeoja yang sangat lucu.

"hei! Kau tidak mengingatku? Aku orang yang meninggalkan ponsel di kedaimu." ucapku membuyarkan lamunannya.

"ahh! Ya! Aku ingat." jawabnya gugup. Yeoja ini lucu sekali. Setiap bertemu denganku dia seperti patung. Memangnya aku ini menyeramkan?

"apa yang kau lakukan dengan brosur ini?" tanyaku melihat dia masih menggenggam banyak sekali brosur.

"a.. Aku sedang mempromosikan kedaiku." jawabnya. Aku mengambil satu lembar brosur itu. 'Coffee Love'.

"namanya lucu sekali. Kau yang memberi nama ini?" tanyaku. Dia mengangguk kecil.

"aku akan memberikan brosur ini pada teman - temanku. Kebetulan di dalam banyak sekali seniorku yang sedang berkumpul. Mereka juga penggemar kopi." ujarku. Dengan ragu dia memberikan separuh brosur itu.

"kau seorang artis?" tanyanya. Aku tertawa cukup keras. Dia pasti menyangka aku seorang artis karena aku masih memakai pakaian seragam Cube dan keluar dari kantor Cube.

At The End ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang