"Tentukanlah jalanmu sendiri, karena itu yang dilakukan sang juara."
Catatan Movie : Surf's Up (2007)***
"Harlan, kemarin Mama ketemu dengan anaknya Tante Vero. Cantik. Kamu mau kenalan, nggak?" Harlan tetap sengaja sibuk dengan ponselnya, sementara sang mama sejak tadi terus saja menawarkan aneka perkenalan dengan banyak wanita.
"Atau sama tetangga Tante Lina, sudah cukup umur untuk menikah. Mandiri. Namanya Mia." Harlan tetap diam. Sudah dua tahun terakhir, sang mama selalu semangat mencarikan jodoh untuk Harlan. Jodoh atas pilihannya.
"Mama sudah lelah untuk mengurus Nadya sendiri. Terus terang, Mama tidak sanggup mengurus tingkah nakal dia." Jika mengenai Nadya, Harlan tidak akan diam. Sang mama memang pintar memancing untuk bersuara.
Harlan tak suka Nadya dibahas negatif.
"Biar aku yang mengurus Nadya sendiri. Aku mampu, Ma." Harlan menatap sopan orangtuanya. Pelan berucap, namun syarat ketegasan.
Nadya hadiah terindah yang mampu mengisi hidup sepinya. Ceria, nakal, keras kepala dan berisik yang selalu diperlihatkan, selalu menjadi kebahagiaan tersendiri baginya. Harlan benar-benar menyukai semua tingkah putrinya. Mengingatkan dia dengan seseorang yang pernah ada di dalam hidupnya. Menorehkan tanda istimewa di lubuk hati.
Harlan menggeleng, mengenyahkan sebersit rindu yang sekuat tenaga dia halau untuk tak berkembang pesat ke permukaan. Tapi selalu hadir tanpa diperintah.
Tidak, semua sudah berakhir dan sosok itu tak pantas dirindukan. Ironis, setiap saat Harlan selalu melihat sosok itu pada diri Nadya. Dan akhir-akhir ini semakin mirip, seiring waktu bergulir. "Aku tidak masalah hidup sendiri, Ma. Tolong jangan kenalkan aku lagi dengan mereka." Kali ini Harlan mau bertindak tegas. Dia belum mau mencari pendamping. Rasanya keinginan itu masih jauh di isi kepala. Fokusnya hanya untuk Nadya.
Sang mama menghembuskan napas jenuh. Putranya masih saja betah hidup melajang. Lalu mengurus anak?
"Tapi," gerutu Ibu Nani kesal. Dia sudah tua, dan berharap putranya punya teman pendamping hidup sesuai pilihannya. Sudah cukup putranya punya masa lalu tak indah. Apalagi mengingat mantan istri putranya, benar-benar mimpi buruk. Lihat saja sekarang! Wanita itu tak punya perasaan walau hanya sekedar menemui putri nakalnya. Ibu Nani benar-benar bingung. Kenapa Harlan bisa sempat terjebak dengan wanita itu.
"Mantan istri ka.."
"Mama mau pergi arisan, kan? Sopir sudah siap menunggu. Hari ini Mama pergi bersenang-senang saja. Harlan di rumah yang mengurusi Nadya. Harlan juga akan menjemput dia dari sekolah," potong Harlan cepat. Ibu Nani tahu, Harlan tak mau dijodohkan. Dan cukup sampai di sini saja arah pembicaraan. Dia anti membahas mantan istrinya. Padahal niat Ibu Nani mau meminta Harlan mengantarkan arisan. Di sana Ibu Nani akan mengenalkan seseorang untuk Harlan. Tapi sepertinya membahas mantan menantunya adalah kesalahan.
"Terserah kamu," dengus Ibu Nani sebelum pergi dari ruangan itu. Harlan tetap berpura-pura sibuk dengan layar ponsel.
Hari ini dia memang tidak berencana pergi ke kantor. Dia sudah berjanji kepada Nadya untuk mengajaknya jalan-jalan setelah pulang sekolah. Satu minggu kemarin Harlan terlalu sibuk dan kualitas bersama Nadya berkurang. Semalam, sebelum tidur, Nadya meminta waktu luang bersama. Tadi pagi pun Nadya masih mengingatkan, hari ini waktu milik Nadia utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk?
General Fiction--- Masa lalu mereka memang pahit. Masa lalu mereka pernah terukir miris. Tidak ada cinta saat dulu, hanya atas nama tanggung jawab keduanya mau resmi hidup bersama. Mereka dua orang asing yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahan. Dan akhirnya...