"Kau memiliki dua pilihan, lari dari masa lalu atau belajar dari masa lalu."
Catatan Movie : The Lion King -1994-
Kilasan masa lalu.
"Kak, masih lama aksi galau-nya?" sindir Lea langsung saat memasuki kamar. Wajah Lea dibuat kesal karena mendapat pemandangan nelangsa suaminya sedang duduk di tempat tidur sambil terus menatap beberapa lembar foto wanita pujaan di tangan. Benar-benar keterlaluan. Itu bukan foto Lea.
Harlan segera berdiri kikuk. Seperti tertangkap basah. Bukan karena takut, tapi Harlan memilih menghindari memancing emosi labil istrinya. Tapi kali ini dia kebablasan. Dia salah memperhitungkan waktu kedatangan Lea. Biasanya jam segini Lea masih betah duduk di taman. Apalagi dia belum menghampiri. Tapi Lea datang lebih cepat.
"Anak kamu lapar. Mau makan di luar," sembur Lea langsung. Harlan lalu merapikan foto-foto lalu mendekati Lea.
"Ayo, mau makan apa?" tanya Harlan pelan. Tak mau mencari masalah dengan Lea. Akhir-akhir ini Lea mudah marah.
"Mau di rumah saja, tapi liat Mama malah susah telan makanan. Di luar aja, yah? Ada bakso di dekat rumah aku. Enak." Harlan langsung menggeleng. "Terlalu sering kamu makan bakso."
Lea mengerucut lucu. "Atau yang lain, deh. Tapi di luar! Malas liat Mama.." Harlan mengangguk lalu berjalan ke luar dalam diam. Lea merangkul tangan Harlan dengan ceria.
"Makan sate boleh, nggak?"
"Nggak. Jangan yang bakar-bakaran."
"Makan mie ayam?"
"Tidak boleh."
"Piza?"
"Minggu kemarin piza."
"Semua nggak boleh."
"Makan yang sehat, Lea. Nggak dengar apa kata dokter?" sindir Harlan yang sedang mengemudikan mobil. Lea masih berisik di sampingnya.
"Kali ini pilihan makan dari Kakak. Boleh, kan?" ajak Harlan agar Lea luluh. "Pasti kamu suka."
Lea diam sejenak. Lalu mengangguk polos. Dia mudah marah, tapi cara Harlan yang tenang bisa meluluhkan emosi Lea. Apalagi Harlan sering mengelus perut besarnya. Rasanya tenang. Dimensi dunia Lea terasa bertambah. Ada dunia Harlan secara pelan-pelan telah bermukim di hatinya. Semarah apapun Lea, Harlan bisa menguasai emosinya. Membuat Lea mau tak mau takluk.
Lea dan Harlan menikmati makan malam dengan tenang. Harlan mengajaknya makan dengan menu pilihan aman untuk ibu hamil. Setidaknya seimbang untuk asupan ibu hamil. Berbeda dengan Lea yang lebih menyukai jajanan asal.
"Sop Iga sama Cah Daging Brokoli? Aku nggak suka sayuran." Harlan tetap memaksa Lea memakan menu pilihannya. Harlan bahkan tak malu menyuapi Lea.
"Jangan kayak anak kecil! Sebentar lagi mau punya anak juga," sindir Harlan sambil menyuapi Lea.
"Tapi, kan, sebentar lagi bebas. Nggak punya anak." Harlan diam saja mendengar ucapan tanda pisah Lea. Harlan sadar keinginan Lea itu. Mereka akan berpisah.
"Habiskan, Lea!" ancam Harlan saat Lea menyisihkan brokoli di piringnya. Lea menurut kembali. Menelan dengan perasaan kesal.
"Suapin!" rajuk Lea. Harlan menggerutu pelan tapi tetap menuruti permintaan Lea. "Berantakan!" Harlan mengusap pipi Lea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk?
General Fiction--- Masa lalu mereka memang pahit. Masa lalu mereka pernah terukir miris. Tidak ada cinta saat dulu, hanya atas nama tanggung jawab keduanya mau resmi hidup bersama. Mereka dua orang asing yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahan. Dan akhirnya...