"Karena yang menyayangi kita takkan pernah benar-benar meninggalkan kita."
Catatan Movie: Finding Dory (2016)***
Kilasan masa lalu.
"Harlan..."
"Harlaaaaan..."
"Bangun..."
Harlan langsung duduk dari tidurnya yang terganggu. Suara teriakan dan ketukan pintu di depan kamar membuat gendang telinga sedikit sakit.
Itu suara sang mama.
Harlan melirik sekilas arah tempat tidur sampingnya. Kosong. Pasti Lea berulah lagi, pikir Harlan sambil mencoba berdiri.
Sekarang hari sabtu, Harlan ingin menikmati waktu luangnya dengan tidur. Dia butuh istirahat yang banyak. Sejak kemarin waktunya tersita mengurus persiapan sidang akhir kuliah. Belum lagi tanggung jawabnya pada perusahaan kecil milik mendiang ayahnya. Sang mama sudah meminta Harlan terjun langsung sambil belajar. Karena pada akhirnya Harlan yang akan memikul tanggung jawab itu.
"Iya, Ma," Harlan membuka pintu kamar. Wajah sang mama menatap kesal.
"Lihat tuh, istri kamu! Dapur Mama hancur karena dia. Semua berantakan karena dia memasak. Bisanya apa, sih, dia? Ayo suruh dia keluar dari dapur!" Harlan menggaruk kepalanya. Sejak kemarin Lea memang selalu bangun pagi. Dan dapur adalah tujuannya. Lea seperti melampiaskan rasa kesepiannya di dapur. Wilayah kekuasaan sang mama.
"Iya, Ma. Harlan akan kasih tahu." Tanpa merapikan wajah atau sekedar membersihkan diri sejenak, tak Harlan lakukan. Dia sudah mencium bau hangus dari bawah. Lea pasti lalai melihat masakannya. Istrinya itu selalu ceroboh.
"Leaaaa," panggil Harlan saat masuk ke wilayah dapur. Berantakan dan bau hangus sangat terasa.
"Heeeee," cengir Lea sambil memegang piring dengan tampilan roti bakar yang benar-benar terbakar habis.
"Aku lupa panggang roti di teflon, terus aku lagi siapin bahan-bahan untuk buat sup. Tapi lupa," cerita Lea santai. Harlan geleng-geleng kepala. Mengambil piring dari tangan Lea, dan mendorong pelan Lea keluar. "Sebaiknya kamu di kamar saja. Nggak perlu masak. Percuma, nggak ada yang bisa dimakan."
Lea menahan tangan Harlan. "Ko, gitu? Aku, kan, lagi belajar masak buat Kakak.." manja Lea tak tahu malu. Sambil memegang perut yang sudah mulai terlihat, Lea melirik manja wajah Harlan. "Dia maunya aktif. Nggak mau tidur. Kalau tidur, kepalaku pusing."
"Olahraga saja, jangan hancurkan dapur Mama." Lea mencibir mendengar ucapan Harlan. Tenang, tapi terasa pedas. Dan itu menyakitkan.
"Tau, ah!" Lea berbalik meninggalkan Harlan. Suara dengusan tetap didengar Harlan, tetapi sengaja tak dihiraukan. Harlan mau menyelesaikan kericuhan di dapur sang mama lebih dulu.
"Mbak, kalau Lea mau masak, tolong ditemani. Dia masih nggak ngerti urus dapur." Harlan langsung menegur asisten rumahnya.
"Saya mau bantu Nona Lea, tapi nggak boleh sama Ibu. Saya disuruh rapikan taman dan halaman, Mas. Maaf." Harlan hanya mengangguk seolah tahu arah penjelasan itu. Ada andil sang mama yang menolak kehadiran Lea di rumah. Jadi, apapun yang Lea lakukan selalu salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk?
General Fiction--- Masa lalu mereka memang pahit. Masa lalu mereka pernah terukir miris. Tidak ada cinta saat dulu, hanya atas nama tanggung jawab keduanya mau resmi hidup bersama. Mereka dua orang asing yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahan. Dan akhirnya...