"Setiap orang ingin diperjuangkan, tapi sayangnya tak semua orang menyadari dirinya sedang diperjuangkan."
Catatan movie : My Sussy Girl - 2008"Nadyaaa... Kamu apain lantai ini?" Teriak Ibu Nani berdiri di pinggir pintu teras. Kakinya masih belum bisa berdiri dengan benar. Harus memegang sesuatu supaya bisa berdiri nyaman.
"Nadya?!" Nadya langsung berdiri bingung tertangkap basah mengotori lantai teras belakang rumah. Padahal sudah tersedia alas plastik, tetapi Nadya tak sadar menjatuhkan salah satu pewarna makanan yang tutup botolnya terbuka.
"Aku nggak tahu kalau bisa gini," cicit Nadya benar-benar ketakutan. Dia tak sadar pewarna makanan itu tumpah dan mengaliri lantai. Jelas sang nenek akan marah. Nadya benar-benar ketakutan kali ini.
"Main apa, sih, kamu? Bersihkan sekarang? Ambil di dapur sana!" Nadya berlari ke dalam. Langkah cepatnya terhenti saat hendak masuk ke dalam dapur. Kebetulan Lea memang hendak mengambil kain pembersih di sana.
"Kenapa ketakutan, Cantik?" tahan Lea bingung.
"Jangan ikut campur. Anak nakal ini harus tanggung jawab bersihin lantai!" Nadya langsung bersembunyi di balik tubuh Lea. Suara menggelegar sang nenek membuat Nadya benar ketakutan. Dia merasa bersalah untuk masalah ini.
"Bukan begini caranya menasehati anak kecil!" tegas Lea menatap berani mantan mertuanya. Dia boleh memarahi dirinya, tapi tidak untuk Nadya.
"Heh, jangan sok benar. Kamu kemana aja selama ini? Baru mau urus sekarang?" Lea tak menciut disindir pedas oleh wanita yang seharusnya dia hormati.
"Lihat! Lantai sampai penuh warna. Kamu ajak dia main apa?" Nadya tak sadar meremas tangan Lea yang memang berada di belakang. Lea menggenggam erat tangan putrinya. Lea memang mengajak Nadya membuat sendiri lilin mainan. Lebih aman, hemat biaya, dan mengajarkan anak kreatif. Selain itu pula, cara ini ampuh mengambil hati Nadya. Buktinya Nadya tak menolak.
"Itu hanya pewarna makanan." Lea dan Nadya berjalan mengikuti arah yang ditunjuk Ibu Nani. Memang lantai sebagian terlumuri pewarna makanan. Tapi pewarna makanan itu sifatnya mudah dihapus. Tidak masalah. Lea bisa bersikap tenang. Bukan masalah besar.
"Dibersihkan juga hilang. Jangan terlalu membesarkan masalah. Nanti aku rapikan." Nadya tetap bersembunyi di belakang Lea. Dia masih ketakutan. Rasa bersalahnya mengalahkan sifat beraninya.
"Kamu sama dia sama saja." Ibu Nani langsung pergi perlahan meninggalkan mereka berdua. Dengan Nadya saja dia tak sanggup, apalagi ada Lea. Kepalanya bisa pecah.
"Nenek mau ikut? Main, yuk, bersama? Daripada marah-marah? Siapa tahu bisa hilang stres buat lilin?" ajak Lea santai tak peduli kemarahan Ibu Nani.
"Yah, dia pergi. Udahlah, terserah," ledek Lea ingin mendinginkan suasana.
"Kenapa masih gemetaran?" Lea berlutut melihat bahasa tubuh putrinya masih ketakutan.
"Nenek pasti ngadu ke Papa nanti kalau sudah pulang. Aku pasti diomelin." Nadya menunduk sambil sesekali melirik arah lantai yang sudah berubah warna.
Lea menarik Nadya kembali ke tempat asal mereka hendak membuat lilin. Sudah ada alas plastik lebar untuk mereka duduki. Bahan sudah tersedia, tinggal mereka mengaduk adonan. Lea sempat ke dapur, tapi sayang tak berlangsung lama, tutup botol salah satu pewarna makanan tumpah karena Nadya yang penasaran.
"Ayo, kita buat lilin." Nadya menggeleng. "Aku takut nggak hilang, Tante."
"Hilang, nih, buktinya." Lea mencoba membersihkan lantai dengan kain basah. "Nanti dicuci pakai sabun lebih kelihatan bersihnya." Lea mengusap pipi Nadya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk?
General Fiction--- Masa lalu mereka memang pahit. Masa lalu mereka pernah terukir miris. Tidak ada cinta saat dulu, hanya atas nama tanggung jawab keduanya mau resmi hidup bersama. Mereka dua orang asing yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahan. Dan akhirnya...