03- Kecewa

49.1K 5K 111
                                    

Setiap cerita, aku selalu selipkan mulmed lagu. Khusus cerita ini, aku pakai lagu Indonesia. Musik dari tanah air juga banyak yang berkualitas.. dan pesannya tersampaikan dengan mudah.

***

"Cinta adalah satu-satunya yang bisa melewati ruang dan waktu."
Catatan Movie : Interstellar (2014)

***

"Kak," panggil Lea dengan tangan melambai di depan Harlan yang masih membeku. Matanya tetap melebar memperhatikan sosok yang tak pernah dia bayangkan akan kembali. Sekarang sedang tersenyum menatapnya.

"Kak Harlan, apa kabar?" Tenang nada bicara Lea.

"Kak," panggil Lea semakin terkikik melihat reaksi terkejut Harlan. Dimaklumi saja, Harlan memang tak pernah berpikir jika Lea akan menginjakan kaki kembali di rumah yang pernah membuatnya menangis dan tertawa.

"Boleh aku masuk?" Belum sempat diberikan jawaban, Lea melewati tubuh Harlan, memasuki rumah. Menatap sekeliling ruang tamu tanpa sungkan. Khas Lea sekali, batin Harlan terus mencerna kenyataan terbaru.

Lea memang benar ada, menapaki lantai rumahnya.

"Kak, tidak ada yang berubah, yah?" Lea duduk dan mencoba kembali berbicara sopan dengan Harlan.

Harlan sendiri masih setia berdiri di dekat daun pintu. "Ada keperluan apa kamu ke sini?" ucap Harlan sekuat tenaga tenang. Dia memang harus bisa menggunakan indera pengucapnya dengan benar.

Lea tertawa tanpa dosa. Menepuk sofa di sebelahnya. "Kalau menyambut tamu itu harus duduk juga, dong!" Harlan tersihir untuk duduk di samping Lea.

"Seharusnya tanya, kamu apa kabar? Aku juga rindu kamu. Gitu, Kak!" Harlan mengerutkan alisnya tak percaya dengan ucapan Lea. Mereka sudah lama tak bertemu, sudah asing untuk saling dekat. Seharusnya Lea bisa memosisikan dirinya dengan benar. Bukan seperti ini.

"Kakak nggak rindu sama aku?"

"Lea, jangan bercanda. Ada apa kamu ke sini?" Harlan tak mau berbasa-basi rupanya. Mereka saling bertatapan. Dalam jarak cukup dekat, saling berbagi aroma.

Lea bisa menghirup aroma khas parfum Harlan yang dia rindukan. Tak pernah berubah ciri khas kelembutan Harlan, namun masih terasa kesan segarnya. Lea memperhatikan, tubuh itu pernah memeluknya erat di saat-saat tertentu. Diam dan keluhan tanpa suara yang selalu diperlihatkan Harlan, Lea merindukan itu. Hanya saja penampilan Harlan semakin bertambah dewasa. Lea langsung menyukai perubahan itu. Pria ini pernah berbagi kamar dengannya, bahkan berbuat intim bersama. Wajah Lea sedikit memerah karena membayangkan sesuatu yang nakal sejenak.

Sementara Harlan, reaksinya juga berbeda. Begitu banyak perbedaan pada penampilan Lea. Jelas berubah, walaupun masih terlihat gerak-gerik ceria, namun penampilan Lea berubah total. Gaya pakaian Lea terlihat dewasa. Tidak urakan seperti beberapa tahun lalu. Tidak seenaknya memakai pakaian. Harlan bahkan sudah bisa melihat dari segi kesopanan.

"Mau apa kamu ke sini, Lea?" Harlan tetap pada pertanyaan awal. Dia tak mau terbawa suasana.

"Aku mau," ucap Lea terputus karena menatap mata tajam Harlan. "Mau.. kembali ke sini," lanjut Lea tanpa ragu, tapi Harlan bisa melihat sedikit rasa malu di wajah Lea. Wajah yang sekarang sungguh membuat hatinya berdebar.

Harlan menggeleng di hati. Terpaku diam karena tak bisa melanjutkan pembicaraan. Dia tidak mau terbawa suasana. Lea pernah mematahkan hatinya tentang berharap lebih. Harlan sempat menduga kalau Lea akan kembali setelah pergi seenaknya, tapi buktinya, Lea pergi dan tak pernah memberikan kabar. Lea tak pernah kembali. Lalu sekarang Lea meminta kembali ke sini?

Rujuk? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang