Sambil dengerin Mulmed biar gremet hatinya.. wkwkwk.. part ini full kilasan masa lalu.
___
"Kau itu persis seperti kaktus. Walaupun luarnya berduri dan keras, tapi ternyata hatimu penuh dengan air mata."
Catatan Movie : 49 Days - 2011Saat akan melahirkan..
"Kak, sakiiit," rintih Lea yang sudah terbaring lemah di tempat tidur ruang perawatan rumah sakit. Lea dan Harlan sudah berada di rumah sakit sejak pagi.
Saat bangun tadi pagi, Harlan langsung mengajak Lea pergi untuk menjalani proses melahirkan. Sejak semalam sebenarnya Lea sudah merasakan rasa sakit di sekitar pinggang bagian bawah. Lea terus meringis dan puncaknya saat menjelang matahari terbit. Lea sudah tak kuat lagi menahan rasa. Harlan yang memang tak meninggalkan Lea sejak sore kemarin langsung sigap membawa Lea ke rumah sakit. Prediksi dokter benar tentang waktu kelahiran Lea di minggu ini.
"Sabar, yah." Harlan mengusap kening Lea dan terus menggenggam tangan Lea sebagai bentuk dukungan. Harlan akan selalu ada di samping Lea.
"Aku kangen Ibu," lirih Lea lemah. Berkali-kali Lea menatap pintu kamar. Berharap keajaiban muncul. Sang ibu mau menemani. Lea ingat, ibunya pernah berjanji akan menemani Lea saat proses melahirkan. Lea yakin ibunya tak akan ingkar janji.
"Kakak benar, kan, udah telepon Ibu?" Lea bahkan melupakan egonya untuk tidak bertahan memasang aksi marah dengan Harlan hari ini. Lea meminta Harlan menghubungi rumahnya memberi kabar perihal kondisi Lea sekarang.
Harlan mengangguk saja. Menenangkan Lea. Kenyataannya telepon rumah keluarga Lea memang tak bisa dihubungi. Pergi sejenak pun tak bisa dilakukan Harlan saat ini. Tak mungkin dia meninggalkan Lea sendiri. Tidak ada yang menemani.
Keduanya memang belum berpengalaman menghadapi situasi genting seperti sekarang. Tetapi sekuat tenaga Harlan berusaha menjadi yang terbaik sebagai suami siaga. Harlan sabar menghadapi Lea yang terkadang lepas kontrol menahan sakit. Tak jarang Harlan mendapatkan bentakan Lea karena rasa sakit yang tak bisa dia bayangkan.
"Rasa ini sungguh sakit. Aku mau minta maaf sama Ibu. Aku anak yang tak pernah menuruti nasihat Ibu." Lea meracau sambil menatap Harlan.
"Nanti setelah ini, Kakak antarkan kamu bertemu Ibu, yah?" Lea mengangguk lalu menangis menatap sendu Harlan. Lalu matanya terus menatap daun pintu. Kapan sosok lembut penuh kasih sayang itu akan datang? Lea butuh sandaran.
"Kakak nggak akan pernah meninggalkan kamu," bisik Harlan lembut. Mengecup kening Lea.
"Sakit," perih Lea sambil menggeleng. Meringis merasakan rasa mulas yang kian hadir terus menerus.
"Aku panggil suster. Mungkin sudah saatnya."
Dan beberapa jam setelah itu Lea berhasil menjalani persalinan secara normal. Lea tangguh dan bisa berjuang menghadapi risiko kematian seorang diri.
Ada Harlan sebenarnya yang selalu berada di samping Lea. Tapi Harlan sendiri juga bergetar saat suara tangisan kencang itu menggema di ruang persalinan. Dia sudah resmi menjadi seorang ayah. Lalu setelah ini bagaimana? Hidupnya benar-benar harus dia pergunakan sebaik mungkin. Tidak ada lagi bermain santai ataupun mencoba-coba. Ada manusia mungil yang menjadi tanggung jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk?
General Fiction--- Masa lalu mereka memang pahit. Masa lalu mereka pernah terukir miris. Tidak ada cinta saat dulu, hanya atas nama tanggung jawab keduanya mau resmi hidup bersama. Mereka dua orang asing yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahan. Dan akhirnya...