"Tembaklah setinggi bulan. Jika kau gagal, kau akan mendarat di antara bintang-bintang."
Catatan Movie : P.S I Love You - 2007***
Kilasan masa lalu."Kenapa nggak makan dari siang? Mbak bilang kamu nggak mau makan?" Harlan langsung menegur Lea saat membuka pintu kamar, dan penampakan Lea sedang duduk bersandar di tempat tidur menjadi sambutan.
Harlan mendekati Lea. Istrinya itu masih saja tak memedulikan kehadiran, serta pertanyaan darinya. Lea memilih menyaksikan acara di layar televisi.
"Lea," panggil Harlan duduk di sampingnya. Merecoki Lea yang tetap ingin menyaksikan acara di televisi. "Kamu mau sakit? Ingat anak di dalam perut, Lea." Harlan tak bisa menahan diri. Lea selalu bersikap manja. Tak pernah berpikir dewasa.
"Tau, ah," gerutu Lea berusaha berdiri dan melangkah ke dalam kamar mandi. Harlan mendesah kesal. Dia langsung merebahkan diri di tempat tidur. Seharian ini dia merasakan kejenuhan mengurusi semuanya, lalu saat pulang, kabar Lea yang tak keluar kamar menjadi penutup indah di hidupnya hari ini.
Semua seperti sengaja membuat isi kepala Harlan meledak.
"Lea, ayo makan!" Harlan tak bisa berdiam diri saja. Dia harus bisa menahan rasa kesal. Biar bagaimanapun, Lea sedang berbadan dua.
Harlan kembali duduk, melihat sekitar ruangan. Dan matanya langsung dikejutkan dengan beberapa lembar foto yang tergeletak di nakas sebelahnya. Sejak masuk ke dalam kamar, Harlan memang tak melihat keadaan sekitar. Fokusnya langsung menatap Lea.
Harlan mengerutkan keningnya sambil memegang satu lembar foto. Bersamaan dengan itu, Lea keluar dari dalam kamar mandi. Mata mereka saling menatap.
"Dari mana kamu dapat foto ini?" tegur Harlan langsung. Wajahnya semakin memperlihatkan emosi. Dia tak suka barang pribadi miliknya digeledah seenaknya oleh Lea.
"Lea?!" tegur Harlan sedikit meninggi.
"Dari laci. Lucu aja lihatnya. Udah nikah tapi masih simpan foto wanita lain," sindir Lea tak peduli.
"Kita nikah hanya sementara." Harlan harus mengingatkan Lea tentang status mereka.
"Iya-iya setelah bayi ini lahir, kita pisah," sembur Lea. "Tapi setidaknya tahan dulu. Bikin aku tambah mual aja." Lea memalingkan wajah. Rasanya aneh saat mendapati foto-foto seorang wanita cantik di dalam kamarnya sendiri.
"Kamu sendiri yang mau Lea berpisah, jangan salahkan keadaan." Harlan juga tak bisa membendung suara hatinya.
Lea mengangguk, dan langsung pergi dari kamar. Rasanya benar-benar mual, saat Harlan terang-terangan merapikan foto-foto itu lagi, lalu meletakan ke dalam laci milik Harlan semula. Tadi, Lea juga melihat beberapa foto mereka berdua. Terlihat mesra dan serasi. Di belakangnya ada goresan pena. Bertuliskan, Harlan dan Yasmin. Love Forever.
Lea langsung mendatangi area taman di rumah itu. Duduk di sana sambil menatap langit yang sudah mulai gelap. Redup seperti hatinya.
"Dasar egois, nggak tahu diri," gerutu Lea sendiri.
"Sadar kamu nggak tahu diri?" Lea tahu, itu suara ibu mertuanya. Dari jauh saja sudah menggelegar. Lea mau diam kali ini. Rasanya keinginan untuk membalas tak mau dia lakukan. Tidak selera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk?
General Fiction--- Masa lalu mereka memang pahit. Masa lalu mereka pernah terukir miris. Tidak ada cinta saat dulu, hanya atas nama tanggung jawab keduanya mau resmi hidup bersama. Mereka dua orang asing yang terpaksa menikah karena sebuah kesalahan. Dan akhirnya...