(11) Terkhayalkan~A~

41 9 0
                                    

       Teeet...teet.....

       Bel tanda istirahat kedua berbunyi. Terlihat beberapa siswa yang berbondong menuju masjid sekolah untuk menunaikan kewajiban 4 rakaat. Ada juga yang memilih pergi ke kantin terlebih dahulu sebelum salat, jika masjid terlihat sudah penuh sesak. Koridor dan lapangan sekolah mulai penuh dengan siswa yang lalu lalang.

       "Kuy mau salat kapan?" tanya Choco kepada ketiga sahabatnya.

       "Gue halangan cuy" ucap Aliya

       "Lah kok lo udah, Al. Gue kok belum ya" ucap Afika

       "Wah bahaya lo telat Fik, udah berapa minggu?" tanya Aliya.

       "Amit amit, kalau ngomong di saring dulu napa" Afika mengusap perutnya

       "Gue nggak bawa saringan eh" ucap Aliya asal

       "Udah ayo salat. Lo nggak salat Ris?" tanya Choco

       "Gue mau ke RO dulu bareng Fitra ada rapat dadakan soalnya. Daah gue cabut dulu" Arisha meninggalkan kelas bersama Fitra menuju ruang osis.

        "Kalian salat sekarang?" tanya Aliya saat melihat Choco dan Afika sudah membawa mukena masing-masing.

       "Iya dong, dadah Aliya" Choco melambaikan tangan kanannya.

       Selepas Choco dan Afika meninggalkannya seorang diri, layaknya doi yang pergi setelah memberinya harapan yang terlampau tinggi. Aliya kembali berimajinasi dengan novel fiksi di hadapannya. Menyelami setiap jengkal kisah yang diceritakan oleh sang penulis. Hingga saat lembar halaman terakhir selesai ia baca, Aliya mencari kartu perpustakaan di dalam dompetnya. Berniat pergi ke perpustakaan untuk menukar novelnya dengan novel yang belum pernah ia baca.

      Aliya melangkah keluar kelas membawa dua buah novel yang telah selesai ia baca dan tak lupa kartu perpustakaan sebagai syarat utama yang tidak boleh terlupakan. Sesaat keluar dari kelas, ia berhenti sejenak, matanya mengamati kelas sebelah mencari sosok pujaan hati. Setelah matanya lelah mencari dan tidak menemukan yang ia cari, Aliya kembali melangkahkan kakinya. Menuruni beberapa anak tangga hingga tiba di lantai dua dan menyusuri koridor beberapa saat hingga ia tiba di depan perpustakaan.

       Aliya kini telah berdiri di depan ruang perpustakaan. Saat tangan kanannya hendak meraih gagang pintu, seseorang telah lebih dulu meraihnya. Mata Aliya menemukan sosok yang ia cari sejak tadi dan kini tengah berdiri dihadapannya. Tak seperti yang Aliya bayangkan, bukannya tersenyum dan menyuruh Aliya yang notabenenya seorang perempuan masuk terlebih dahulu. Farel justru langsung masuk, meninggalkan Aliya yang masih terpukau atas ketampanannya.

       Sesaat setelah Farel masuk, Aliya pun melangkahkan kakinya menuju komputer yang terletak di samping pintu masuk. Mengetikan beberapa digit angka yang merupakan nomor anggota perpustakaan miliknya. Selesai, Aliya melangkah menuju meja yang terletak tak jauh dari pintu masuk, disana sudah ada Bu Nikita yang cantik jelita, berhati selembut sutera, dan tersenyum manis sepanjang masa__selamat hari kebalikan. Di samping Bu Nikita ada Pak Bani yang masih muda dan selalu sabar menghadapi tingkah menggemaskan Bu Nikita.

      "Selamat siang Bu Nikita dan Pak Bani" sapa Aliya setelah tiba di depan meja.

      "Selamat siang" jawab keduanya.

      "Pak, ini saya mau mengembalikan novel" Aliya menyodorkan dua buah novelnya kepada Pak Bani. Sambil menunggu, Aliya menyaksikan drama FTV antara anak dan ibu tiri yang tersaji secara live di depannya

      "Kamu sudah telat lima hari. Kamu pikir ini buku milik mbah kamu apa. Sudah mengembalikannya telat, di rumah juga tidak dirawat. Mau jadi apa kamu besok? Kalau jadi laki-laki itu mbok ya tanggung jawab kelak kamu itu jadi bapak. Belajar tanggung jawab sejak sekarang, Mas. Jangan cuma pacar aja yang di rawat buku juga perlu. Dasar anak jaman sekarang" Ucap Bu Nikita. Terhadap seorang siswa laki-laki yang jika dilihat dari warna seragamnya yang masih putih bersih, dia merupakan siswa kelas sepuluh.

      "Maaf bu, tapi saya nggak punya pacar kok bu, jadi nggak ada pacar yang saya rawat di rumah" ucap siswa laki-laki itu.
      
      "Masih berani mengelak kamu. Ini sudah terbukti sampulnya robek masih nggak mau ngaku" Bu Nikita menunjukan sampul buku yang robek

      "Bukan saya bu itu. Serius itu kucing kesayangan saya yang ngrobek bu" ucap siswa laki-laki.

      "Aliya, ini sudah selesai kembalikan di rak yang sesuai ya" ucap Pak Bani.

       Aliya melangkah menuju rak fiksi, meninggalkan drama FTV yang masih berlangsung. Aliya sendiri sangat kagum pada Pak Bani entah penutup telinga apa yang ia gunakan, karena bentuknya sangatlah transparan.

       Aliya berniat meminjam novel lain, matanya menyusuri dan membaca judul setiap novel yang tertata rapi. Tatapannya berhenti pada novel bersampul biru. Ia mengambil novel tersebut, merasa tertarik untuk membacanya. Aliya masih terus mencari karena ia butuh satu novel lagi. Dari rak terlihat Farel juga sedang mencari sebuah buku di rak non fiksi yang berada tak jauh dari rak fiksi.

      Setelah mendapat dua buah novel, Aliya kembali melangkahkan kakinya. Saat berbelok dari rak fiksi, tiba-tiba tubuh Aliya menghantam sesuatu tidak keras, tidak juga lunak, sesuatu itu beraroma maskulin. Novel yang tadi berada di genggaman kini tergeletak malang di atas lantai. Aliya tak sengaja menabrak Farel. Jantung Aliya berdegup semakin kencang saat berhadapan dengan Farel dan dapat melihat wajah laki-laki itu dari dekat. Namun, percayalah ini bukan drama korea yang akan berakhir dengan adegan romantis.

      Setelah menatap Aliya sekilas, Farel kembali meneruskan langkahnya. Tanpa perduli pada novel Aliya yang terkapar di lantai, atau sekedar meminta maaf singkat. Tapi buat apa minta maaf toh Aliya yang salah.

      Aliya mengambil dua novelnya, sesaat mencoba menetralkan detak jantungnya. Meskipun kejadian tadi sangatlah pahit tapi entah kenapa itu terasa manis bagi Aliya. Ia tak perduli akan sikap dingin Farel, yang terpenting ia bisa melihat wajah laki-laki itu dari dekat.

     Ketika dalam perjalanan kembali  ke kelas, Aliya kembali bertemu dengan Farel. Jujur, Aliya merasa malu jika teringat kejadian tadi di perpustakaan. Apalagi setelah rumor itu tersebar, Aliya takut jika Farel mengira kejadian tadi hanya akal-akalan Aliya untuk mencari perhatian pada Farel.

°°°

     "Darimana Al?" tanya Choco saat Aliya baru saja tiba di kelas

     "Dari perpus" jawab Aliya singkat.

     "Kok muka lo merah gitu?" tanya Afika

     "Tadi gue tabrakan sama Farel di perpus" Aliya meneguk air dari botol minumnya.

      "Terus gimana?" tanya Choco antusias

      "Ya habis itu gue ambil novel gue yang jatuh barengan sama Farel. Terus tatap-tatapan lama banget. Aa sweet deh kaya adegan drakor gitu" ucap Aliya

      "Serius Al? Sweet banget deh" ucap Afika

      "Iya serius tapi dalam khayalan gue" jawab Aliya enteng

      Choco dan Afika yang tadinya sangat berantusias kini mulai jengah.

     "Boro-boro mau tatap-tatapan minta maaf aja kagak. Eh tapi kan yang salah gue" ucap Aliya

     "Kapan sih lo tuh waras? Sehari aja Al" ucap Afika

     "Entar kalau orang macam Ali waras semua RSJ nggak ada penghuninya Fik" Choco melahap chocolatosnya.

     "Iya ya kasian dokternya nggak dapat pasien" tambah Afika

     "Coba aja tadi tuh ada adegan romantisnya gitu. Masa putih abu-abu gue pasti ada manis-manisnya" Aliya menyandarkan kepalanya di atas kedua lengan yang ia tekuk di meja.

      "Stop berkhayal Al" ucap Afika

Princess aaachoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang