Jiyong lagi-lagi melakukan satu hal tanpa berpikir dua kali lebih dulu. Sudah hampir 30 menit dia hanya berdiri di depan pintu sebuah kamar Apartemen seseorang. Masih dengan seogok majalah di genggamannya, dia hanya memandang pintu masuk tanpa berniat mengetuknya.
Menghembuskan nafas pelan, berbalik dengan mengusap wajahnya yang pias. Badannya berbalik, sepasang kaki jenjang tersebut pun mulai melangkah untuk pergi, namun entah itu takdir atau sebuah kebetulan, pintu terbuka tepat di langkahnya yang ke 2. Seorang wanita muda yang dikenalnya sebagai adik dari wanita yang sangat ingin dia temui berseru.
Sena sempat terkejut ketika dia melihat tubuh seorang laki-laki yang dikenalnya. Tanpa ragu dia berseru, memanggil nama Jiyong, hingga mampu membuat laki-laki itu berhenti dan menoleh kebelakang.
"Ah ternyata aku benar. Ingatan ku tajam juga hahaha." Sena berujar senang dengan senyum yang mengembang menghiasi wajah cantik itu. Jiyong membalas Sena dengan senyuman canggung, tak menyangka jika dia akan bertemu oleh adik Taeyeon tersebut dan terjebak pada keadaan.
"Kenapa kau tidak memencet belnya? Kau ingin bertemu dengan Taeyeon Eonnie kan?"
Jiyong terdiam untuk beberapa saat.
"Hem tadinya aku ingin bertemu dengan Taeyeon, tapi ternyata aku masih ada pekerjaan yang mendesak sehingga aku harus segera kembali." Jiyong membuat satu alasan yang kuat.
Sena mendesis pelan, agak kecewa mendengar perkataan Jiyong.
"Baiklah kalau begitu. Apa kau ingin aku menyampaikan salam pada Taeyeon Eonnie dan memberitahukannya bahwa kau sempat kesini?"
"Tidak. Biar aku saja nanti yang menghubunginya."
Jiyong tersenyum, begitu juga dengan Sena, wanita itu mengangguk mengerti dan kemudian melangkah ke arah yang berlawan dengan Jiyong sambil menjawab sebuah panggilan di ponselnya.
Tanpa sadar Jiyong menghembuskan nafas lega ketika mendapati Sena tak bersikap ingin tahu seperti biasa. Dengan perasaan yang masih sama kalut seperti sebelumnya, Jiyong kembali melanjutkan langkah dan pergi meninggalkan Apartemen mewah tempat dimana Taeyeon tinggal.
****
"Eonnie, tadi Jiyong Oppa sempat kemari." Dia tidak menepati janjinya.
Taeyeon yang sedang memasak di dapur menghentikan kegiatan. Dia menoleh, menatap Sena dengan seksama.
"Dia bilang masih ada pekerjaan yang belum di selesaikan, jadi dia kembali dan tidak jadi berkunjung."
Dengan sikap cuek, Sena mengambil makanan hasil masakan Taeyeon. "Hem ini enak." Ucap wanita itu setelah berhasil mencicipi.
Taeyeon masih bertahan pada posisi terdiam, sibuk menerka-nerka alasan kenapa Jiyong kemari dan ada keperluan apa.
"Sepertinya kalian sedang ada masalah."
Sena mulai merubah sikap, dan Taeyeon mulai tersadar dari lamunannya.
"Eonnie kau tidak pernah mendengarkan saran orang lain, aku faham akan hal itu. Tapi untuk kali ini coba dengarkanlah. Jika kau terus merasakan sakit yang tak kunjung mereda atas nama cinta, maka cinta mu itu adalah sebuah hal yang tabu. Jangan biarkan dia membutakan mu. Hentikan.."
Ada jeda beberapa detik sebelum Sena melanjutkan kembali kalimatnya. "..Maafkan aku, ini terkesan tak pantas, karena aku berani menasehati mu. Tapi percayalah saran yang ku berikan ini adalah saran yang ku hasilkan dari pembelajaran atas masalah mu."
Taeyeon terdiam, mencerna penjelasan panjang yang dikatakan oleh Sena. Wanita itu benar, dia terlalu benar hingga membuat Taeyeon berfikir keras dan mempertimbangkan saran tersebut.
"Selesiakanlah lebih dulu masalah mu kali ini. Ada saatnya seseorang merasa lelah dan berhenti Eonnie..."
Sena berbalik mengambil tas kecil dan jaket tipis. "...Aku pergi, sampai jumpa." Kemudian dia membuka pintu dan menghilang, meninggalkan Taeyeon. Memebiarkannya sendirian dalam kesunyian yang mencekik.
Berhenti? Tidak! Itu tidak mungkin. Sena tidak tau sudah sejauh apa dia bertindak. Bukankah ini adalah sebuah awal? Benar ini adalah sebuah awal jadi dia tidak bisa berhenti begitu saja. Tak apa, tak apa dia menunggu sedikit lagi sampai Jiyong sendiri yang memintanya untuk pergi. Dari awal dia sudah berjanji seperti itu jadi tidak mungkin dia berhenti.
Taeyeon terus menanamkan pemikirannya berkali-kali secara berulang-ulang hanya untuk bertahan dan menguatkan diri.
Semakin lama hal ini akan semakin sulit.
****
Jiyong membanting tubuhnya dengan kasar kearah ranjang, pandangan menerawang menatap langit-langit kamar. Dia mulai merasa jika dirinya telah jatuh cinta pada sosok mungil Kim Taeyeon. Tapi bisakah dia mengakui dengan gamblang akan hal itu? Bagaimana bisa hanya dengan melakukan sex tak lebih dari 5 kali dia menyimpulkan bahwa yang dirasakannya saat ini adalah sebuah perasaan cinta?
Bisa saja ini adalah rasa obsesi.
Jiyong berfikir dirinya sudah cukup dewasa hingga mampu memahami rasa compleks yang bernamakan cinta. Namun ternyata dia salah, ini begitu rumit dan amat sulit. Dia sama sekali tidak bisa mengerti bagaimana perasaannya saat ini. Amarah, kesedihan dan kebimbangan yang dia rasakan sama sekali tak bisa di mengerti.
Kenapa keadaan menjadi sangat rumit?
Dialihkan pandangan pada majalah yang tak lagi rapih seperti sebelumnya. Diambil majalah tersebut dan dipandangi secara lekat.
Tidak ada yang salah dengan foto itu jika dilihat oleh orang lain. Namun bagi Jiyong, foto tersebut sangat menganggu.
Foto yang menunjukan potret Taeyeon dengan seorang laki-laki, berpose penuh gairah dengan tubuh yang telihat sexy.
"Sialan!"
Majalah dilempar hingga menibulkan bunyi yang keras akibat menubruk salah satu barang, entah ituu lantai, meja atau bahkan barang-barang lain.
Hembusan nafas kasar terdengar, salah satu tangan terlihat meijiat pelan kening.
Dadanya naik turun seakan dia baru saja mengangkat beban berat. Jiyong benar-benar marah. Apakah saat ini dia tengah cemburu?
"Cemburu hu?"
Apa Jiyong harus mengakui hal itu?
****
.
.
.
Helow rindu cerita ini?
Kali ini pendek lagi yaa? Maaf, aku tau kalian kecewa huhu lagi ngabur nihh alurnya.. Udah warning bgt. Sampai bingung, niatannya mau di masukin lagi sesuatu yg dewasa, tp masih galau karena masih gatau cara privasinya gimana, uhm bukannya aku pelit atau gmn, jujur aja aku merasa agak berdosa klo sampe cerita yg mengandung kedewasaan ini di baca dengan yg blm berkecukupan umur :" (lagi juga aku blm mahir membuat cerita seperti itu.)
Bagi teman teman yang tau caranya protect cerita mhn bantuannya agar bisa sharing ke aku.
oke udah segitu aja Note ku.
Sampai ketemu di bagian selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend with Benefit
RomanceIni adalah kisah kedua anak manusia yang telah jatuh begitu dalam pada lubang hitam yang tak berdasar. Kisah ini dimulai karena keterpurukan si lelaki dan kecintaan si wanita. Ketika Jiyong merasa begitu frustasi karena sang pujaan yang mencampakann...