5

2.5K 157 8
                                    

Kecanggungan yang terjadi membuat suasana terasa serba salah. Taeyeon kembali melanjutkan masakannya yang sempat tertunda setelah dapur selesai di bersihkan.

Dia bahkan tidak sadar jika tadi mereka bermain di dapur.

Jiyong sudah pergi lebih dulu membersihkan diri di kamar mandi pribadinya.

Taeyeon tidak membuat begitu banyak makanan, wanita itu hanya membuat sandwicth lengkap dengan susu yang masing-masingnya untuk dua porsi.

Setelah makanan tertata rapih di meja makan, Taeyeon melangkah kedalam kamar mandi di samping dapur. Tepat wanita itu masuk Jiyong keluar, dia memandang sandwich buatan Taeyeon dan tersenyum.

Rasanya begitu aneh, relung hati Jiyong menghangat secara tiba-tiba. Senang tiada tara sampai senyumnya tak bisa hilang.

Laki-laki itu terduduk. Memakan dengan rakus sandwich hasil buatan Taeyeon. Makanan ini terlihat sederhana tapi entah begaimana Jiyong begitu menikmatinya.

"Mau ku buatkan lagi?" Pertanyaan tersebut hampir membuat Jiyong tersedak. Dia tau siapa yang bertanya dan dia sudah sangat hafal suara ini.

Taeyeon dari arah belakang tertawa kecil. Memunculkan bunyi kikikan halus yang sanggup membuat Jiyong terdiam dalam halusinasinya.

"Ini, aku masih punya beberapa potong. Makanlah, aku sangat suka jika ada seseorang yang memakan makanan buatan ku dengan begitu lahap." Taeyeon meletakan piring besar dengan isi beberapa potong sandwich.

Wanita itu bersikap seperti biasa, seakan dia tak terganggu ataupun merasa lagi canggung akibat percakapan mereka beberapa puluh menit yang lalu.

Jiyong berdehem, kemudian bergumam terimakasih yang mengundang seulas senyum di wajah cantik Taeyeon.

Akhirnya kedua orang tersebut mulai terdiam, memakan sarapan mereka yang sampat tertunda dengan kesunyian penuh.


****


Keadaan kembali normal ketika Jiyong maupun Taeyeon tak lagi membahas hal yang membuat suasana tak nyaman.

"Jadi kapan kau pulang? Kenapa tidak memberi tahu ku?"

Jiyong sibuk mengurus beberapa hal pada alat musik dan sebuah note yang telah terisi setengahnya. Sedangkan Taeyeon di Kursi yang terletak tak jauh dari posisi Jiyong tengah sibuk melihat-lihat tab besar milik Jiyong.

"Kejutan, memangnya apa lagi alasan tepat yang harus ku nyatakan?"

"Yeah kau cukup membuat ku terkejut." Tidak itu bahkan sangat membuatnya terkejut.

"Sepertinya kau cukup merindukan ku."

Jiyong mendengus ketika mendengar penuturan Taeyeon yang selalu saja pas dengan realitanya.

Sedikit ralat. Dia sangat merindukan wanita itu, yah tentu saja hal ini Jiyong akui. Kalian tidak lihat bagaimana frustasinya dia beberapa hari lalu saat ditinggal Taeyeon? Apa lagi dalam kondisi yang sepenuhnya tidak baik. Benar-benar menyiksa.

Jiyong tidak akan membiarkan jika hal itu kembali terjadi.

Helaan nafas tanpa sadar keluar dari Jiyong. Membuat Taeyeon terusik dan akhirnya memusatkan fokus pada laki-laki itu.

Taeyeom tersenyum. "Maafkan aku." Ucapnya.

Jiyong ikut mengalihkan fokus ketika dia mendengar permintaan maaf Taeyeon. Tatapan mereka bertemu. Menyeret satu sama lain ke dalam pesona masing-masing.

Dari awal Jiyong memang sudah mengagumi sosok mungil Kim Taeyeon. Tapi entah bagaimana, kini dia merasakan suatu perasaan yang lebih dari sekedar mengagumi sosok itu.

Lain Jiyong lain pula Taeyeon. Dari awal Taeyeon memang sudah sangat mengagumi bahkan mendambakan sosok Jiyong yang terlihat spesial di sudut pandangannya. Wanita ini bahkan hampir tidak pernah peduli akan anggapan orang lain tentang Jiyong. Jika hatinya mengatakan Jiyong tidak sesuai dengan apa yang di katakan orang lain maka dia akan percaya pada kata hatinya.

Hal lain yang menjadi masalah Taeyeon sekarang hanyalah waktu dan takdir yang belum puas mempermainkannya.

Pada hitungan menit ke 3 tatapan itu teralihkan. Jiyonglah yang pertama kali mengalihkan tatapan tersebut. Taeyeon tersadar, dia merasa sedikit kecewa namun tetap mengulas sebuah senyum tipis.

Jiyong linglung. Laki-laki itu beranjak dari posisinya lalu keluar. Niatnya hanya ingin mengambil segelas air minum namun ternyata perhatiannya terasita dengan berbagai macan pertanyaan.

Salah satu pertanyaannya adalah 'kenapa dia merasa canggung sendiri?'


****


Kunjungan Taeyeon hari ini tak berlangsung lama. Hal itu tentu saja karena sikap Jiyong yang berlangsung aneh. Taeyeon menyadarinya dan dia mengerti. Sepertinya, seorang wanita yang sudah lama mengalami cinta sepihak akan bersikap dewasa. Tentu karena dia tidak bisa melihat orang yang dia cintai menderita. Karena dia sudah terbiasa merasakan sakit itu berulang-ulang. Dan ini adalah sebuah kebiasaan yang miris.

Pertemuan mereka hanya terjadi ketika kedua orang itu tak terikat pada kesibukan akan pekerjaan yang menuntut. Walau rindu, walau ingin, keadaan yang tak mendukung, lalu ego pun bermain hingga mencegah keduanya untuk jujur satu sama lain.

"Eonnie, hari ini bukankah jadwal mu dengan model pria? Pemotretan Couple?"

"Hem."

"Apa temanya?"

"Sexy."

"Woah Cool!"

Taeyeon melirik wanita muda yang terlihat amat mirip padanya sedang tersenyum konyol. Dia mendengus, merasa sedikit terhibur dengan sikap sang adik.

"Oh? Lihat lihat dia datang!"

Sena nama sang adik. Dia berteriak heboh, mengusik Taeyeon yang sedang pening. Tak ingin mencemari image baiknya, wanita itu terdiam lalu memberikan fokusnya kearah depan.

"Apa itu?" Dia bergumam. Melihat tanpa minat pada sosok yang katanya sang adik tampan.

Dengan cepat Taeyeon memutar kedua bola mata. Tak lagi berminat memfokuskan diri pada laki-laki yang sama sekali tidak mempunyai arti tampan baginya.

"Ya! Aigoo Eonnie, kenapa ekspresi mu itu jelek sekali? Seakan mereka hanya seekor keledai yang tak mempunyai arti."

"Kalimat mu sungguh menyakitkan, ku harap mereka tak mendengarnya."

"Oh apa ini? Ku kira kau tidak menyukai mereka."

"Aku tidak tertarik pada mereka. Hal itu bukan berarti aku tidak manyukai."

"Ahh begitu?"

Taeyeon terdiam, mengabaikan sang adik yang sedang mengangguk-angguk kecil seakan wanita muda itu terlihat faham dengan perkataannya.

"Ah Taeyeon-ssi. Apakah istirahat mu sudah cukup?"

Taeyeon mengalihkan pandangan, memandang seorang wanita sepantanrannya yang sedang tersenyum ramah tak jauh dari posisinya.

Dia ikut tersenyum. Membalas keramahan wanita itu.

"Ya, sudah cukup. Terima kasih." Taeyeon mulai beranjak. Melangkah pelan menuju kesebuah ruang ganti bersama dengan wanita yang tadi menanyainya.


****

Friend with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang