10

1.9K 134 7
                                    

"Taeng ku mohon, jelaskan pada ku kenapa kau seperti ini?"

"Aku mulai tidak bisa memahami, sejak kita melakukannya, beberapa rasa mulai bermunculan."

"Aku sungguh merasa sangat bersalah pada mu karena apa yang telah kita lakukan."

"Maafkan aku. Aku hanya tidak ingin nantinya kau merasa sakit hati."

Kelopak mata kecilnya terbuka secara mendadak, deru nafas keras terdengar seiring dengan dada yang naik turun begitu cepat. Dia tak sadar jika peluh juga sudah membasahi keningnya meski sedikit.

Salah satu tangannya naik kembali memijit pelan kening yang terasa pening. Dia bermimpi, tentang kejadian yang sempat dia lupakann saat dia mabuk semalam.

Kini Jiyong mengingat semuanya, apa yang dia katakan pada Taeyeon dengan amat jelas. Suara decakan terdengar, rasa frustasi mulai datang. Jiyong tak pernah menyangka dia akan benar-benar kelepasan semalam.

Jika sudah begini, apa yang harus dilakukannya? Pertanyaan itu muncul dengan cepat hampir memenuhi ruang di kepalanya.

Sebenarnya, apa yang Jiyong katakan semalam adalah hal yang akhir-akhir ini mengganjal di hatinya. Tapi mengabaikan semua fakta itu, kini Jiyong lebih tertarik mendapati jawaban apa yang akan Taeyeon berikan sebagai alasan mengapa dia rela menyerahkan tubuhnya tanpa sedikit pun merasa terbebani?

Dia ingat jika Taeyeon belum memberikan jawaban atas segala ocehannya semalam, wanita itu justru menganggap bahwa Jiyong berbicara omong kosong karena dia sedang mabuk. Hey bukankah ada teori yang mengatakan jika perkataan yang keluar dari mulut orang yang mabuk itu adalah suatu kebenaran?

Kenapa Taeyeon justru berfikir sebaliknya?

Helaan nafas lelah terdengar, kepalanya semakin berdenyut ketika dia memaksa untuk memikirkan hal-hal yang belum dia mengerti sama sekali. Terlebih ini tentang Taeyeon. Dari dulu Jiyong memang tidak pernah bisa memahami segala sisi wanita itu.

Beberapa menit berlalu, Jiyong yang terlalu fokus pada pemikirannya tak menyadari jika Yongbae sudah berada tepat di samping kusinya.

"Ji?"

Sentakan di berikan Yongbae saat laki-laki itu merasa bosan tak juga menadapatkan respon atas panggilannya.

Jiyong tersentak, dia menolehkan kepalanya ke samping, tepat kearah Yongbae sedang berdiri sambil menatapnya kesal.

"Kau disini?"

"Sudah dari 1 menit lalu aku disini." Yongbae berjalan menjauh. Matanya sibuk mengamati ruang kerja Jiyong yang tampak sama.

Jiyong sedikit membenarkan posisinya.

"Ada apa kau kesini?"

"Hanya iseng. Aku begitu suntuk dirumah. Ah ya, bagaimana dengan proses pembuatan album baru ku?"

Helaan nafas kembali terdengar dari arah Jiyong. Dia mengalihkan segala fokusnya ke beberapa berkas yang masih numpuk di hadapannya.

"Hanya tinggal pemolesan. Mungkin 3 hari lagi selesai. Dan setelah itu, aku akan meminta cuti untuk beberapa hari kedepan."

Mendengar penuturan Jiyong membuat Yongbae mengerutkan keningnya sesaat. Tumben sekali salah satu sahabatnya itu ingin meminta cuti. Apakah dia kembali di hadapankan masalah? Mengabaikan pertanyaan yang terus menerus berdatangan didalam kepalanya, Yongbae mengalihkan keadaan dengan mengajak Jiyong makan siang bersama.

"Tidak baik terus mengurung diri diruangan ini. Ayo."

Jiyong yang memang membutuhkan pengalihan dari pemikirannya tentang Taeyeon pun menyetujui tanpa banyak bicara.

Friend with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang