Bab Tiga

1.6K 148 13
                                    

Pemeran tambahan : 

Max Rooper As Max Changmin.

Jennie Kim Blackpink.

Sheryn Leonidas As Kim So Hyun.

***

Sepanjang perjalanan hatinya diliputi ketakutan. Takut kalau anak buah Lee Dong Hae menemukan dirinya. Namun ia harus meyakinkan dirinya untuk tetap berjalan sampai toko obat. Saat berjalan Jiyeon selalu menunduk tanpa memperhatikan sekelilingnya. Hal ini dilakukannya untuk menghindari anak buah Lee Dong Hae.

Jika ia tidak salah ingat. Kemarin Jiyeon melewati toko itu tidak jauh dari tempatnya menginap. Begitu gadis itu menemukan toko yang dicarinya. Ia merasa lega. Jiyeon segera mendorong pintu tersebut namun tangannya tiba-tiba saja dicekal oleh seseorang. Gadis itu hampir saja berteriak tapi langsung saja mulutnya dibekap oleh orang itu.

Matanya membulat ketika menyadari siapa pria yang berada dihadapannya. Lee Dong Hae pria itu membawanya pergi menuju sebuah gang sempit dan sepi. Dia menyeringai memperlihatkan senyum liciknya yang nampak buas. Jiyeon tidak menduga waktu akan secepat ini dalam mempermainkannya. Ia meronta-ronta tapi tubuhnya sudah dikunci dengan baik oleh pria itu.

"Disini kau rupanya sayang" Pria itu melempar kaca mata milik Jiyeon dengan kasar hingga membentur aspal dan terbelah menjadi dua. Dia mengusap wajah Jiyeon menikmati bentuk wajahnya yang berbentuk oval sehingga terlihat simetris dan seimbang. Garis rahangnya tidak terlalu menonjol dan Dong Hae suka itu. Dia sangat menyukai apa yang ada didalam diri Jiyeon. Sayangnya gadis itu tidak pernah menyukainya. Ia selalu menatap dirinya dengan penuh kebencian seperti saat ini. Manik mata itu memandangnya dengan penuh jijik tapi Dong Hae tidak peduli. Baginya seperti ini saja sudah cukup.

"Sampai kapan kau akan pergi dariku eoh?" Matanya jatuh pada leher jenjang itu. Tanpa ragu pria itu menciumi kulit lehernya yang begitu lembut dan mulus dengan bibirnya yang dominan keunguan. Aroma rokok dan alkohol telah bercampur dengan cologne bayi yang dipakai Jiyeon. Gadis itu menjerit namun sekeras apapun usahanya suara yang dihasilkan tidak dapat didengar karena mulutnya masih dibekap oleh Dong Hae.

Jiyeon kehabisan akal tidak ada yang bisa dilakukan kecuali meronta-ronta berharap agar ia bisa meloloskan diri. Namun tubuh pria busuk itu terlalu kuat dan Jiyeon sama sekali bukan tandingannya. Air matanya sukses jatuh membentuk anak sungai melewati hidung mancungnya dan membasahi tangan besar yang menyakiti sekitar bibirnya.

Dong Hae sungguh manusia biadab. Dia berani mengambil inisiatif demi memuaskan raganya yang sudah tidak menunjukkan kewarasan. Jiyeon tidak pernah sudi untuk merelakan tubuhnya disentuh oleh si busuk ini sampai kapanpun. Ia tidak ingin jika harus kehilangan mahkota berharga yang selalu dijaganya dengan cara tidak manusiawi seperti ini.

Nyatanya Dong Hae sangat gesit dengan lincah ia menciumi setiap lekuk lehernya dari atas hingga kini menuju kulit dadanya. Gadis itu sangat nikmat. Dong Hae bisa merasakan tubuhnya dibawah sana menengang. Berapa lama lagi Dong Hae harus mengalah untuk memaksanya jatuh kedalam pelukannya. Tidak itu semua terlalu lama baginya. Ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dong Hae ingin sekarang atau tidak sama sekali. Di robeknya gaun Jiyeon dengan sekali tarikan sehingga mengakibatkan kedua gunung kembarnya yang tampak penuh dan indah itu terlihat jelas oleh kedua matanya. Pemandangan yang tidak bisa ia sia-siakan. Sebentar lagi. Sebentar lagi ia dapat melampiaskan hasratnya yang telah lama ia tahan. Batin Dong Hae.

Dug! Dong Hae terhempas sejauh dua meter akibat tendangan kuat seseorang. Tubuhnya membentur tiang listrik seketika sementara itu tubuh Jiyeon menjadi lemas dan ia terjatuh begitu saja diatas tanah. Ia mengangkat kedua tangannya untuk menutupi tubuhnya. Padahal ia telah diselamatkan tapi gadis itu tetap tidak bisa menahan tangisnya yang pecah. Selama hidupnya tidak ada yang lebih memalukan dari kejadian tadi.

Scent of A WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang