Bab Delapan

973 107 12
                                    

Happy Reading!!

Ajaibnya hujan sungguh turun begitu deras. Kilatan petir disertai suara gemuruh dari luar berhasil menelusup masuk melalui celah ventilasi. Suasana disana sudah pasti sangat menakutkan karena badai.

Cho Kyuhyun mengatur suhu rumah itu agar tidak terlalu dingin. Udara dari luar sudah cukup membuat tubuhnya menggigil. Selagi memanaskan air untuk membuat cokelat panas, pria itu mengeringkan rambut kecokelatan yang nampak gelap setelah diguyur air – dengan handuk kering.

Begitu selesai Cho Kyuhyun menyodorkan Mug berwarna biru tua ke atas meja makan. Park Jiyeon mengangkat kepalanya, aroma manis yang masuk ke indera penghidunya berhasil meregangkan otot-otot saraf yang tegang, membuatnya lebih tenang dari sebelumnya.

Cho Kyuhyun menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Jiyeon. Penampilan pria itu tidak berubah walaupun rambutnya tidak serapi sebelumnya. Handuk kecil yang melingkar di lehernya yang berotot nampak membuatnya seperti atlet olahraga yang sedang berlaga di pertandingan Internasional. Ketika dia menyibak rambut basahnya ke belakang adegan itu benar-benar mengundang perhatiannya. Ada keinginan kuat yang membuatnya ingin mencium rambut itu, menenggelamkan wajahnya disebelah sana.

Gadis itu nampak gugup sembari melihat pantulan wajahnya di cokelat panas.  Ia berharap Cho Kyuhyun tidak melihat ekspresinya yang berapi-api, "Aku tidak tahu kau suka membuat cokelat panas, terakhir kali aku meminumnya saat usiaku memasuki masa kanak-kanak akhir" Park Jiyeon menyesap cokelat panas dari Mugnya, rasanya begitu hangat persis seperti yang ia butuhkan saat ini. Setidaknya pikirannya tidak melantur lagi karena pria itu.

"Minumlah untuk mengurangi hang overmu" Ujarnya sembari tersenyum. Cho Kyuhyun menengadah ke langit-langit, menatap lampu chandelier dengan kaca kristal yang berbentuk spiral panjang yang elegan. Cahaya diatas sana begitu terang dan berpijar sehingga nuansa di dapur terkesan begitu formal.

"Dulu sewaktu aku demam, ibuku seringkali membuatkanku cokelat panas sesekali mengucapkan mantra agar aku tidak merasakan sakit lagi. Ajaibnya keesokan harinya aku benar-benar sembuh" Cho Kyuhyun tersenyum mengenang masa lalu semanis cokelat panas. Wanita vampir itu dulu sangatlah lemah lembut. Rasanya sulit dipercaya bahwa ibunya sekarang seperti orang asing yang tidak memiliki moral juga sopan santun, tidak tahu arti tatakrama. Entahlah yang jelas ia masih merasa kesal.

"Ibumu sangat baik. Aku sampai tidak mengerti kenapa kau dan Spencer membencinya" Ucap Jiyeon tanpa pikir panjang. Gadis itu bergumam kecil karena tidak sengaja menyinggungnya.

Mata biru itu menatap gadis dihadapannya setajam burung elang. "Ada banyak alasan Jiyeon~ssi salah satunya karena keputusan bodohnya yang menerima tawaran sebagai model majalah dewasa"

Fakta itu mengalir begitu deras seperti air terjun yang jatuh menghantam bebatuan. Cho Kyuhyun secara perlahan menguak  awal perseteruan rumah tangga ibunya  sampai dimalam kematian ayahnya – meninggalkan banyak misteri yang sulit dipecahkan, seperti ikut arum jeram, Jiyeon dibuatnya tercengang dari satu fakta ke fakta lainnya.

Anehnya Jiyeon tidak bosan mendengar satu demi satu bagian kisah hidupnya yang sangat memilukan. Kalau dibandingkan dengan pria itu, ia merasa sangat kecil, sering berpikir pendek tanpa memikirkan solusi yang ampuh, ia memang penakut – tidak ingin mengambil resiko – bersikap sok kuat karena tidak mau dianggap remeh. Sungguh, ia adalah pengecut sejati. Berbeda dengan Cho Kyuhyun, meskipun topik ini terlalu rawan tapi dia tetap terbuka dan berani menceritakan semua ini dengan tenang tanpa disertai emosi yang menggebu-gebu.

"Pernah di suatu hari aku pergi membeli tiket pertandingan sepak bola, ketika semua orang berseru mendukung tim jagoan mereka, hanya aku yang menangis tersedu-sedu meratapi kepergian Irene"

Scent of A WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang