Bab Empat

1.4K 137 13
                                    

Part ini mengandung unsur dewasa. 

***

Setelah percakapan lama itu. Kyuhyun sengaja mengajak Jiyeon ke halaman belakang rumahnya. Mansion ini begitu mewah dominan dengan nuansa kayu yang hangat ditambah dengan kaca transparan yang luas seolah-olah memang disengaja didesain agar memudahkan pemilik rumah menikmati pemandangan di lingkungannya yang sangat hijau dan sejuk. Tidak cukup sampai disitu. Diluar mansion terdapat jalan koridor dengan atap rumah yang terbuat dari kayu termasuk lantainya sehingga nuansa kayu yang kental dan alami masih terasa. Perpaduan antara unsur klasik dan modern dengan nilai berkualitas tinggi yang berkesan.

Angin sepoi sering kali bertiup menggoyang puncak pohon maple yang berjajar di taman belakang. Dibalik awan gelap yang tebal bulan sedang bersinar, bintang-bintang berkerumun membentuk sebuah rangkaian di angkasa. Kolam kecil dengan bunga teratai diatasnya memantulkan sinar bulan. Beberapa kali air itu nampak memercik memperlihatkan kehidupan dibawah sana. Suara dengungan serangga begitu berirama memberikan ketenangan alami bagi siapa saja yang berada disana.

Dari kejauhan kau bisa melihat sebuah tugu berwarna hitam dengan tulisan Leonidas Park diatasnya. Disekitar pagar lampu-lampu berukuran kecil menyala membantu menerangi taman tersebut. Jiyeon dapat melihat ada bunga─bunga yangt tumbuh dan mekar dari aromanya yang kuat bisa dipastikan bahwa itu adalah mawar. Jumlahnya memang tidak sedikit tapi itu membuatnya berasumsi bahwa pemilik rumah sangat menyukai bunga jenis itu.

"Ibuku suka berkebun. Beliau mengatakan bahwa alangkah indahnya jika rumah yang luas ini dikelilingi oleh bermacam−macam tanaman. Bunga mawar disana salah satunya"

"Aku suka bunga" Jiyeon menarik sudut bibirnya. Dulu ia seringkali mendapatkan setangkai bunga mawar dari seorang pria. Kebanyakan dari mereka hanyalah penipu. Tapi ia tidak pernah menolak pemberian berharga tersebut.

"Ayahku suka bunga daisy putih. Kau tahu alasan dia menyukainya?" Jiyeon menggelengkan kepalanya.

"Sewaktu aku diajak pergi ke kebun binatang. Aku seringkali menangis. Usiaku saat itu baru menginjak delapan bulan momen dimana aku dan kakakku mulai tidak bisa diam. Pada akhirnya entah bagaimana caranya ayah memberikan setangkai bunga daisy barulah aku dan kakakku bisa diam. Sepulang dari kebun binatang ia pun langsung berkebun dan menanam bunga itu untuk kami. Sungguh konyol bukan?"

"Kau pasti sangat menyayanginya"

"Ayahku adalah sosok yang begitu ku puja−puja. Bagiku dia seorang superstar. Rasanya begitu menyakitkan ketika dia pergi dalam keadaan seperti itu"

Jiyeon paham perasaan Kyuhyun. Gadis itu seolah diajak menjelajahi masa lalu. Bayang−bayang dua orang anak kecil berlarian kesana kemari bermain bersama seorang pria dengan wajah mirip Kyuhyun.

"Bagaimana kalau kita kesana?" Kyuhyun meraih tangan Jiyeon. Gadis itu sempat tersentak oleh sentuhan fisik tersebut. Ia tahu tubuhnya bereaksi berlebihan apalagi tampangnya yang merah padam menunjukkan bahwa ia mulai salah tingkah.

"Maaf aku tidak bermaksud"

Jiyeon mengangguk mengerti. Ia merasa bodoh karena menaruh prasangka yang bukan-bukan. "Aku yang harusnya minta maaf"

"Kau pasti mengalami trauma hebat"

Kyuhyun mendekati Jiyeon. Gadis itu tidak bergerak sedikitpun sampai jarak diantara keduanya benar-benar terasa intim. Dibawah tatapan matanya yang berbinar Jiyeon dapat merasakan sensasi menggelenyar penuh sensual. Perasaan asing yang begitu nikmat dan Jiyeon harus mengakui ia menyukainya. Kyuhyun sudah mendobrak batas pertahanan terakhir gadis itu membiarkannya terbuka tanpa perlawanan.

Scent of A WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang