Chapter 1

2.6K 128 2
                                    

Seorang wanita mengetukkan jarinya di meja pendaftaran ruang UGD yang sepi, dia serius menyaksikan tayangan tv yang menyiarkan berita wabah penyakit yang melanda suatu desa.

"Kudengar Rumah Sakit kita akan mengirim team kesana, apakah kau mau ikut?" tanya seorang perawat ke wanita tersebut.

"Entahlah em, aku tak tahu?" Wanita tersebut menyandarkan tubuhnya di dinding ruang UGD."Ada apa dengan malam ini? Tidak ada pasien yang datang kah? Aku bosan dengan kesunyian ini."

"Kau harusnya senang karena malam ini kita bisa bersantai sejenak dok, bukannya mengeluh seperti itu! Bukannya malam ini kau libur? Kenapa ada disini? Tidak pergi kencan? Apa kau ingin menikah dengan Rumah Sakit ini? Aku belum pernah melihatmu pergi kencan sekali pun sejak aku mengenalmu Car!"Cerocos Emily.

Wanita itu mendengus kesal "Aku bosan dirumah! Alex minta tolong padaku untuk menggantikan shifnya malam ini!" Dia malas menanggapi pertanyaan Emily tentang kencan, pacar, nikah dan lain-lain yang sudah kesekian kali ditanyakan oleh orang-orang terdekatnya.

"Kalau bosan pergi ke Club, bukannya ke UGD nona manis!"

Belum sempat Caroline membalas perkataan Emily, pintu UGD terbuka tiba-tiba. Beberapa orang mendorong brankar yang berisi laki-laki berlumuran darah.

Caroline langsung berlari menghampiri "Bagaimana vitalnya?"

"Kecelakaan mobil dok, pasien mengalami amnesia retrograde, benturan pada dinding dada kemungkinan terjadi Trauma Thorak." Kata petugas ambulance yang mendorong brankar.

"Okey, lakukan CT Scan secepatnya!" Kata Caroline kepada dokter magang yang berlari disampingnya.

"Dok, pasien ada 2." Emily berteriak kepada Caroline yang ikut mendorong brankar pertama.

"Kau urus ini, segera siapkan ruang operasi dan panggil Internist yang bisa datang ke Rumah Sakit secepatnya! Jangan lupa lakukan CT Scan!" Emily menyerahkan pasien tersebut langsung berlari menghampiri pasien kedua yang merupakan ibu hamil.

"Usia kandungannya 33 minggu dok, terjadi benturan pada kepala dan pasien kehilangan kesadaran sejak 10 menit yang lalu."

Caroline hanya mengangguk mendengar penjelasan tersebut.

"Em, panggilkan Obgyn secepatnya! Kau siapkan ruang operasi, aku yang akan mendampingi saat operasi." Semua hanya mengangguk mendengar penjelasan Caroline dan langsung berlari mengerjakan tugasnya masing-masing.

Suasana UGD yang sepi mendadak gaduh dan semua orang terlihat sibuk. Dua lampu ruang operasi tampak menyala dan beberapa saat kemudian terdengar tangisan bayi dari salah satu ruang operasi. Semua orang mendesah lega mendengar tangisan tersebut. Beberapa jam kemudian Caroline tampak keluar dari ruang operasi dengan wajah lelah dan duduk di salah satu kursi ruang tunggu.

"Kau mau?" Sophie menawarkan sebotol air minum ke Caroline. Sophie adalah Obgyn yang membantu Caroline di ruang operasi tadi.

"Thanks."Caroline langsung meneguk habis air minum tersebut.

"Kau selalu luar biasa saat di ruang operasi Car, tak percuma mereka menyebutmu angel in surgery room."

"Kau terlalu berlebihan sop." Caroline hanya tersenyum tipis

"Lalu apa yang kau lakukan di Rumah Sakit hari ini? Hari ini harusnya libur kan? Jangan bilang kau bosan dirumah dan dengan suka rela menggantikan shift rekanmu yang malah sibuk ber-ONS dengan wanita tak jelas di club sana." Omel Sophie yang sangat paham kebiasaan rekan-rekannya di rumah sakit ini dan tentu saja kebiasaan Caroline yang lebih suka berada di rumah sakit berkutat dengan pasien dan penelitian-penelitiannya yang entah tidak pernah selesai.

Caroline menghembuskan nafas lelah sebelum menjawab pertanyaan Sophie." Aku bosan dirumah, kau tau kan aku hanya sendiri dirumah? Dad dan Mom masih di Mesir. Sudahlah aku kembali ke ruangan, masih banyak penelitian yang harus aku kerjakan."

Caroline langsung pergi meninggalkan Sophie yanghanya bisa diam melihat kepergian gadis itu. Sophie sangat paham bagaimanakondisi Caroline, mereka pertama bertemu saat keduanya masih sama-sama kuliahkedokteran. Caroline dua tingkat dibawahnya, saat awal kuliah nama Carolinelangsung terkenal menghebohkan seluruh kampus. Bagaimana tidak di usia yangmasih enam belas tahun dia berhasil masuk jurusan kedokteran dengan nilaisangat sempurna, belum lagi wajah cantiknya yang mampu membuat para laki-lakibertekuk lutut. Tapi dia sama sekali tak tersentuh, menolak dengan halus paralaki-laki yang berusaha menggodanya, bahkan Alex sang Primadona FakultasKedokteran yang terkenal akan ketampanan dan kekayaannya tak sanggup membuathati Caroline luluh. Caroline hanya tau akan kata-kata belajar, belajar danbelajar hasil didikan dari kedua orang tuanya yang merupakan Profesor di bidangSejarah yang sangat terkenal akan penelitiannya. Kedekatan dimulai daripenelitian yang mereka kerjakan bersama, saat itu Sophie langsung menyukai caraCaroline bekerja. Keduanya terpisah saat Sophie lulus dan melanjutkan kespesialis kandungan,1 tahun kemudian Caroline lulus dan melanjutkan kespesialis penyakit dalam. Mereka dipertemukan lagi di Rumah Sakit UniversitasPennsylvania sebagai rekan kerja dan sekarang Sophie sudahmemiliki 1 orang anak berumur 2 tahun dan Caroline? Sophie percaya bahwasahabatnya itu belum pernah satu kali pun berkencan dan masih single sampaidetik ini.

Ditempat lain...

Seorang laki-laki tampan dengan tubuh tegap tampak berkutat dengan tumpukan dokumen di mejanya. Beberapa kali dia menghembuskan nafas lelah, tumpukan dokumen itu tak pernah berkurang tiap harinya bahkan selalu bertambah.

"Tok tok tok..." Suara ketukan pintu menghentikan konsentrasinya sejenak.

"Masuk."

Tampak laki-laki muncul di balik pintu. Aura mencekam terlihat mengelilingi laki-laki tersebut, tapi aura itu tidak seberapa dengan aura yang lebih mencekam dari laki-laki yang tengah duduk di kursi kebesaran.

"Kalau bukan berita yang sangat penting, akan kupenggal kepalamu Lukas!" Suara baritone tersebut terdengar.

"Maaf Alpha,terjadi kekacauan di perbatasan. Saya mencium aroma Black Witch, kemungkinan mereka bekerja sama dengan dengan Rogue untuk menyerang kita." Laki-laki tersebut tampak tidak terpengaruh dengan ucapan Alpha-nya, wajahnya tetap datar dan dingin.

"Black Witch? Bukannya mereka sudah punah?" Laki-laki tersebut tersentak mendengar penjelasan dari Betanya. Ingatannya kembali ke beberapa tahun yang lalu, saat Alpha terdahulu yang merupakan ayahnya sudah meleyapkan seluruh anggota Black Witch. Saat itu keadaan sangat kacau, banyak korban yang berjatuhan baik dari pihak werewolf, vampire, white witch bahkan para peri dan ayahnya juga turut menjadi korban meningggalkan pack Gold Moon untuk selama-lamanya.

"Benar Alpha tapi yang saya cium tidak mungkin salah. Ada bukti yang menunjukkan perbuatan tersebut dilakukan oleh Black Witch!"

Laki-laki tersebut tampak berpikir. "Hubungi pack yang lain, vampire, white witch dan para peri, besok pagi kita adakan pertemuan penting."

"Baik Alpha." Lukas menghilang di sudut kegelapan, dia tak sanggup berlama-lama merasakan aura yang sangat mencekam tersebut. Siapa yang tidak kenal Edmund Sanders, Alpha terpintar, terkuat dan terkejam dari Pack Gold Moon. Dia tidak hanya terkenal diantara Mahluk Immortal tapi terkenal juga di dunia manusia sebagai pengusaha sukses dengan nama Sanders Company, perusahaan yang bergerak di bidang alat-alat kesehatan.

Edmund tampak bersandar di kursi kebesarannya menatap ke arah jendela yang menampilkan langit bertaburan bintang-bintang, Otot-otot lengannya tampak jelas terlihat dibalik baju yang ia kenakan menambah kesempurnaan fisik sang pemiliknya. Sedangkan di tempat lain Caroline juga menatap langit yang bertaburan bintang-bintang, dia hanya diam termenung sebelum kembali tenggelam di antara berkas-berkas penelitiannya.

Dua orang di tempat berbeda memandangi langit yang sama, bagaimana takdir berkehendak? Akankah mereka bertemu? Akankah mereka bersatu? Akankah mereka berpisah?

THE DOCTOR LUNAWhere stories live. Discover now