DUA PULUH LIMA

2.2K 142 14
                                    

"Kadang aku mikir, selama ini kamu macarin aku emang karena tulus sayang ke aku, atau karena paksaan, sih?"

***

Cherry berlari keluar rumah dengan tas selempangnya ketika kedua orangtuanya baru saja pergi dengan mobil dan mengatakan akan pergi ke luar kota beberapa minggu.

"Non! Mau kemana?" Teriakan itu tak pernah Cherry gubris. Yang ia lakukan hanya berlari menuju jalan raya dan mencari taksi untuk kemudian ia pergi ke tempat dimana ia tak merasa kesepian.

Semasa kecil hingga sekarang, semenjak kedua orang tuanya memiliki banyak uang, Cherry selalu merasa dinomor duakan. Ia selalu ditinggal sendirian bersama asisten rumah tangganya. Hanya Allen, sahabat semasa kecilnya yang selalu ada untuk Cherry. Allen adalah satu-satunya orang yang mampu membuat Cherry keluar dari perasaan kesepian yang setiap saat ia rasakan.

Taksi yang Cherry tumpangi beberapa meter lagi akan sampai pada rumah Allen, tapi mata gadis itu mendapati lelaki tersebut keluar dengan motornya.

"Pak, ikutin motor itu aja!" Perintah Cherry pada sang supir taksi dan langsung dipenuhi oleh sang supir taksi.

***

Cherry berada tak jauh dari tempat Allen memarkirkan motornya. Ia mengernyit ketika melihat lelaki itu pergi ke Puncak. Apalagi ketika melihat Allen menghampiri sekumpulan keluarga asing bagi Cherry.

Cherry menyerahkan beberapa puluh uang kepada supir taksi dan turun dari sana. Untung Cherry tadi keluar memakai sweater yang memang selalu ia pakai kalau keluar rumah.

Bola mata Cherry langsung melotot sempurna saat melihat tiga wajah tak asing baginya. Jadi ini alasan lelaki itu memilih menolak ajakan jalannya dan ternyata Allen malah pergi berlibur dengan keluarga Allea?

Dengan kekesalan yang memuncak, Cherry melangkah mendekati mereka.

***

Allea langsung mengalihkan pandangannya saat matanya bertubrukan dengan itis hitam tajam Allen. Ia tak pernah lupa dengan tatapan menyakitkan itu tiap kali Allen memelototinya agar segera enyah dari pandangan lelaki itu.

"Maaf telat, Om, Tante." Allen menyalami kedua orang tua Allea dengan santun.

Mario mendesis tak suka dengan sikap ramah Allen kepada orangtuanya. Kemudian tatapannya beralih pada Allea yang seolah tak peduli.

"Yuk, berangkat sekarang!" Ajak Mario kemudian lengannya ia kalungkan pada bahu Allea.

Belum sempat mereka melangkah beberapa langkah, seorang gadis menghentikan mereka.

"Allen!"

Lelaki yang dipanggil membulatkan matanya terkejut. "Gimana lo bi–,"

"Halo, Om, Tante. Saya Cherry, pacarnya Allen." Gadis itu memperkenalkan diri dengan sangat apik hingga membuat semua yang ada di sana melongo.

Tiwi gelagapan saat Cherry mencium punggung tangannya. Semula ia kira pacar Allen adalah Allea, tapi setelah mendengar pengakuan Cherry dan melihat tak ada bantahan dari Allen, Tiwi jadi tak enak hati.

"Nak Cherry sama siapa?" Tanya Hernawan memecahkan keheningan.

"Sendiri, Om. Tadinya mau sama Allen, tapi dia ninggalin saya karena kelamaan. Saya boleh gabung, kan, Om, Tante?"

Tiwi melirik sinis pada Hernawan yang berdiri kaku. "Eh, itu –"

"Kalau mau gabung, gabung aja." Allea bersuara dengan cuek tanpa merubah raut wajahnya.

ALLEA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang