ENAM

2.5K 182 11
                                    

"Kalau dia beneran cinta, tanpa lo nunjukin rasa cemburu lo, dia pasti sadar... ada perasaan yang harus dia jaga."

***

Allen membawa Allea ke kafe dekat sekolah mereka. Wajah Allen sudah lebih melunak daripada tadi.

"Len..." lirih Allea masih menundukkan kepalanya. Ia takut Allen masih marah dan lepas kontrol nantinya pada Allea. "Lo masih marah?"

Allen menatap Allea dengan mata masih menyiratkan rasa marah. Iya, Allen masih marah atas kejadian Mario yang seolah menjadi pahlawan kesiangan Allea.

"Aku mau minta satu hal ke kamu. Bisa?" Tanya Allen dengan nada suara mencoba tetap tenang.

Allea mengangguk.

"Aku minta... kamu nggak usah berurusan sama cowok tadi! Nggak usah deket-deket! Kamu harus tahu, kamu itu pacar aku." Ujar Allen dengan tegas tanpa mau dibantah sekalipun.

Allea diam. Ia masih berpikir. Atasa dasar apa Allen melarangnya untuk dekat-dekat dengan Mario. Allea sama sekali tidak mengerti. Apakah karena Allen cemburu?

"Ka-mu cemburu?" Tanya Allea lebih berhati-hati. Ia takut kalau salah ngomong, Allen akan ngamuk lagi.

Bola mata Allen hampir lepas dari tempatnya. Sepertinya Allea salah paham. Allen cemburu? TIDAK. Dirinya sedikitpun tidak cemburu. Hanya saja ia tidak mau apa yang telah jadi miliknya, diusik oleh orang lain.

Bibir Allen terangkat. "Kamu bercanda?" Nada suara Allen terlihat tenang, detik berikutnya tatapan mata Allen menajam. "Gue cuma nggak mau anak-anak mikir lo selingkuh di belakang gue!"

Seharusnya Allea tidak perlu menanyakan apakah Allen cemburu atau tidak. Selama ia dan Allen berpacaran, Allen sama sekali tidak pernah cemburu. Tingkah Allen sebaliknya menunjukkan rasa cuek dan santainya.

"Tapi aku nggak selingkuhin kamu, Len!" Bantah Allea dengan suara lembut khasnya ketika berbicara dengan Allen. Allea mengarahkan matanya untuk melihat manik hitam Allen yang selama ini menjadi fokusnya.

"Kan, siapa tau juga lo jadi bosen sama hubungan kita akhirnya lo milih selingkuhin gue. Masa depan siapa yang tau, Le!" Sinis Allen. Bahkan dia sudah menggunakan bahasa "lo-gue" menunjukkan bahwa tingkat kekesalannya meningkat.

Hati Allea terasa dihempaskan begitu saja. Sakit rasanya mengetahui Allen mempertanyakan kesetiaannya. Sumpah demi apapun, Allea bahkan tidak pernah berfikir untuk selingkuh.

Rasa sakit di hati Allea ia tunjukkan dengan tertawa sumbang. Sesak rasanya kalau Allea hanya menahannya saja. "Kalau gitu aku juga minta satu hal ke kamu..." pintanya menggantung.

Sebelah alis Allen terangkat, menunggu Allea menyelesaikan permintaannya.

"Aku minta, kamu juga jauhin Cherry!" Lanjut Allea.

Seakan bom baru saja dijatuhkan tepat mengenai wajah Allen. Wajah Allen pias. Allea membalasnya dengan telak.

"Kamu gila! Cherry sahabat aku, dan kamu tahu itu. Bahkan sebelum kita saling kenal, Cherry yang selalu ada buat aku!" Tegas Allen dengan bola mata nyalang. Emosinya sudah sampai ubun-ubun. Namun, sebisa mungkin ia menahannya, mengingat sekarang mereka berada di tempat umum.

Allea kembali tertawa sumbang. "Kamu lucu, Len. Kamu nyuruh aku buat ngejahuin Mario cuma karena satu kali kamu mergokin aku berduaan sama dia dan takut ada fitnah aku selingkuh. Sedangkan kamu? Kamu lebih dari apa yang aku lakuin sama Mario. Kamu nggak kayak orang sahabatan sama Cherry! Jadi orang-orang bakal mikir siapa yang selingkuh? Aku atau kamu?" Jelas Allea panjang lebar, menahan sesak di dadanya butuh tenaga ekstra rupanya.

Allea lelah selalu mengalah. Allea lelah selalu dikekang seenak jidat Allen padahal Allea merasa benar dan tidak melakukan hal yang salah. Kini giliran Allea membalikkan kata-kata Allen, Allen malah menolaknya.

Allea ingin tertawa keras di hadapan Allen saat ini juga. Ia ingin menunjukkan bahwa hubungannya selama ini dengan Allen hanya seperti lelucon.

Tangan Allen mengepal erat. Giginya bergemeletuk nyaring. "Kalau kamu ngerasa cemburu, jangan pernah cemburu ke Cherry! Kamu sama sekali nggak ada hak buat cemburu ke dia!" Ujar Allen penuh penekanan.

Sekali lagi, Allea ingin tertawa keras. "Aku ngerasa capek, Len." Allea menunduk. Bahunya melemas. "Maaf, tapi aku nggak bida ngabulin permintaan kamu kali ini."

Allea bangkit berdiri. Meninggal Allen yang membeku di tempat. Tidak biasanya Allea akan berani membantah perkataannya. Biasanya gadis itu akan cepat menurut.

Allen tidak sadar, bahwa selama ini ia telah membuat Allea lebih berani dan kuat hanya dengan perilaku Allen yang menyakitinya setiap hari.

Kalian tahu, bahkan rasa sakit yang hadir tiap hari adalah sihir ampuh yang akan membuatmu kuat.

***

Bersambung...

Lama nggak apdet yah...
Tugas numpuk dan sekarang lagi UTS.. jadi maap karena kelamaan apdet 😥

Bagaimana sama bab ini? Greget nggak?
Tepuk tangan dong buat keberanian Allea yang udah berani nunjukin kedongkolannya ke Allen..
Cewek mana sih nggak capek tiap waktu di kekang? Sendirinya di kekang malah nggak mau.. kan anyinnggg *eh 😅😅

Jangan lupa tinggalkan vote komennya ya 😘

Love 💖
Erisyakw

ALLEA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang