DUA PULUH SATU

2.3K 150 11
                                    

"Semenjak kamu menjauh, aku sadar. Aku merasa kehilangan. Dan semua salahku."

***

Allen menenggak habis botol mineral yang baru saja disodorkan oleh Cherry. Gadis itu semenjak mendengar kabar putus Allen dan Allea, semakin terang-terangan berdekatan dengan Allen. Tapi bahkan Allen tak pernah berontak sakalipun.

"Oh iya, nanti pulang sekolah bareng ya?"

"Kamu bukannya les?" Jawab Allen mencoba tetap terlihat ramah di hadapan Cherry.

Memang gadis itu tidak risih dengan pandangan siswa lain mengenai kedekatan mereka, tetapi di sini malah Allen yang merasa risih. Laki-laki itu bahkan mendengar bisikan-bisikan yang mengatakan bahwa dirinya selingkuh dari Allea hingga menyebabkan mereka putus.

Rasanya kepala Allen ingin pecah jika mengabaikan begitu saja spekulasi mereka.

"Aku ke toilet bentar." Pamit Allen segera bangkit dari bangku yang ada di pinggir lapangan.

Cherry diam saja dengan mulut mencebik sebal.

***

Hari ini rasanya badan Allea benar-benar kurang fit. Mulutnya juga terasa hambar untuk merasakan makanan apapun. Bahkan mie ayam yang sebenarnya sangat enak seperti biasanya hanya bisa Allea aduk-aduk sampai bosan rasanya.

"Nggak makan?" Afifa yang hampir menghabiskan mie ayam kepunyaannya menyeletuk.

"Nggak selera."

Tangan Afifa bergerak maju dan menyentuh dahi Allea dengan punggung tangannya. "Lo pucet banget, udah gitu dahi lo anget. Lo sakit, ya?"

Allea terkekeh melihat raut khawatir Afifa yang tidak seperti biasanya. Biasanya Afifa hanya mengomel ini itu, dari A sampai Z.

"Gue oke."

Mata Afifa menatap selidik Allea yang berusaha kembali membuat warna wajahnya cerah. Tetapi usahanya sia-sia, karea yang terlihat wajah Allea makin pucat.

"Ke UKS aja ya? Gue takut lo koit entar."

"Nggak, Fa. Gue nggak apa-apa kok. Suer."

"Ih, bandel banget sih lo. Gue yang kenapa-napa kalau sampek biarin lo kayak gini. Mau bilang apa gue sama Abang lo, hah?"

Kini giliran Allea yang menatap selidik Afifa. "Sejak kapan lo sama Abang gue akrab?"

Afifa salah tingkah sendiri. Terlihat dari caranya menundukkan kepalanya dan memainkan sendok pada mangkuk mie ayam miliknya.

"Apaan sih? Jangan ngaco, deh."

"Halah ngaku lo. Pasti ada something yang kalian sembunyiin, nih. Ye kan?"

Afifa gelagapan menanggapi tuduhan dari Allea. Ia berdeham sejenak. "Udah ke UKS aja!"

Dengan kedua pipi merona, Afifa bangkit dan menyeret Allea untuk bangkit dan ia bawa ke UKS tanpa penolakan dari sang pemilik tangan.

"Dih, pakek ngalihin pembicaraan, lo!"

Afifa tetap berjalan di depan Allea dengan tak memperdulikan celetukan Allea.

Saat sudah berada di ambang pintu, Allea menarik tangannya agar terlepas dari Afifa. "Udah, lo ke kelas aja. Udah masuk, ini. Gue nggak apa-apa kok sendiri."

"Lagian siapa coba yang mau nemenin lo, ge-er banget," jawab ketus Afifa kemudian melenggang pergi begitu saja.

"Afifa! Baik-baik ya ama Abang gue!" Teriak Allea dengan geli karena melihat tingkah Afifa yang jelas-jelas terlihat malu-malu bila membahas hubungannya dengan Mario.

ALLEA √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang