"Cinta gue ke lo itu tulus, sampai-sampai gue nyesel pernah jatuh cinta sama lo. Karena yang gue rasain saat jatuh cinta ke lo itu cuma sakit."
***
Allea menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dan memandang langit-langit kamar. Setelah ia menemui Allen yang tiba-tiba mendatanginya tadi, Allea memutuskan untuk menjaga jarak mulai saat itu juga. Rasanya dada Allea seperti terhimpit oleh sesuatu hingga membuatnya sesak.
Allea bangkit dan melangkah gontai menuju beranda kamar dan melihat Allen yang menstarter motornya keluar halaman rumah Allea.
"Di saat gue berharap hubungan gue sama lo mulai membaik, seketika itu juga lo hempasin gue ke tanah dan ngebuat semuanya jadi cuma mimpi," gumam Allea pelan.
Ia sudah tak menangis lagi. Meski sesakit apapun lelaki itu menyakitinya, selama Allea masih bisa menahannya, ia akan menahannya.
***
Afifa menyeruput habis jus jambunya yang tinggal seperempat. "Jadi bakal kemana liburan ini?"
Allea yang ditanya hanya mengedikkan bahu sembari mengaduk asal es jeruk favoritnya. "Gue belum tahu."
"Eh, Mario ikut, kan?"
Allea mengernyit melihat Afifa yang tiba-tiba bertanya mengenai Mario. Meski suaranya agak di pelankan, Allea tetap mampu mendengar suara Afifa yang beradu dengan bisingnya suara di kantin.
"Lo ngomong apa?" Tanya Allea meminta pengulangan. Siapa tahu saja ia salah dengar.
Afifa mendengus. "Nggak jadi."
Allea terkikik melihat wajah memberengut Afifa. "Ya jelaslah Mario ikut. Kan piknik keluarga, Afifa. Lo ikut, yak?"
"Beneran gue boleh ikut?"
Allea mengangguk.
"Akhirnya," ucap Afifa kelewat senang sampai gadis itu tak menyadari suaranya menimbulkan penghuni kantin menengok ke arahnya.
Dari sudut kantin lainnya, Allen masih terus memperhatikan Allea yang tampak baik-baik saja bersenda gurau bersama sahabat gadis itu. Beda dengan dirinya yang semakin hari semakin merasa benar-benar kehilangan sosok Allea di hidupnya.
"Nggak di makan?" Tanya Cherry yang duduk di hadapan lelaki itu. "Katanya tadi laper."
Allen menatap sebentar Cherry yang mengganggu pikirannya mengenai Allea. Sebenarnya tadi itu hanya alasan saja bahwa dirinya lapar. Ketika ia di lapangan dan tak mendapati sosok Allea yang biasanya memperhatikannya di bawah pohon, lelaki itu langsung berinisiatif pergi ke kantin berharap gadis itu ada di sana.
Dan benar dugaannya.
"Oh iya, liburan kemana? Kita jalan yuk!" Cherry berkata dengan nada antusias.
Mendengar perkataan Cherry, Allen jadi teringat ketika Mamanya Allea mengundangnya untuk ikut serta ke acara liburan keluarga mereka.
Seketika satu pemikiran terlintas di kepalanya. Jika ini liburan keluarga, berarti Mario ikut juga, dong.
Dan saat itu juga, Allen didera perasaan cemburu. Membayangkan Allea dan Mario berlibur bersama sudah membuat kepalanya mendidih.
"Cher, aku pergi dulu. Aku baru ingat tadi disuruh ketua kelas ambil buku anak-anak di kantor guru," ucap Allen sambil bangkit dan meninggalkan Cherry begitu saja.
Allen tadi hanya alasan saja. Tujuan aslinya adalah mencari keberadaan Mario dan bicara empat mata dengan lelaki itu.
Allen mencari Mario hampir di seluruh penjuru kelas. Begitu bel tanda masuk berbunyi, Allen sudah akan kembali ke kelas dan memutuskan untuk melanjutkan mencari Mario saat jam pulang tiba. Namun, saat Allen menaiki tangga hendak kembali ke kelasnya, Mario ternyata baru saja turun dari tangga tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA √
Roman pour Adolescents[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA] Allea sayang Allen. Tapi Allen hanya menganggap Allea sebagai mainan. Allea cinta Allen. Tapi Allen membuat Allea menangis hampir setiap hari. Allea rindu Allen. Tapi Allen mencampakkan Allea begitu saja. Tentang Alle...