Dua Dompet Ustadz Zam

663 27 0
                                    

Plakkk...

Suara rotan Ustadz Zam membentur meja. Seketika seisi masjid langsung mengalihkan pandangan ke Ustadz Zam. Tidak biasanya Ustadz Zam seperti ini.

"Hahaha..., tidak usah takut, Ustadz bercanda kok. Dulu, sewaktu Ustadz belajar ngaji, guru Ustadz selalu bawa rotan seperti ini. Sedikit-sedikit kena rotan." ujar Ustadz Zam.

Ustadz Zam adalah ustadz baru di Masjid Al-Husna kampungku, Ustadz Zam guru yang sangat hebat, tapi tidak terlalu istimewa di mataku. Akan tetapi, bagi Kolil, Ustadz Zam adalah guru yang tidak akan dilupakannya.

Saat itu, aku dan Kolil berumur 12 tahun. Sebagai anak kelas 6 SD, aku dan Kolil mulai disibukkan dengan persiapan ujian nasional.

Kini, waktu sekolah kami pun terasa lebih panjang dan harus pulang lebih sore. Setelah itu pun aku dan Kolil harus mengaji setiap sore, sungguh ini menjadi perjuangan luar biasa bagi kami.

"Assalamu'alaikum." seorang yang tidak kami kenal memberi salam saat masuk masjid.

Dia laki-laki dengan baju koko biru tua dan celana putih panjang, ditambah kopyah hitamnya melengkapi penampilan 'ustadz'nya di hadapan kami. Wajahnya terlihat bersahabat, ditumbuhi janggut dan berkumis tipis, juga ditambah dengan lesung pipi yang tergores sempurna.

"Bismillah, nama saya Zam, kalian bisa memanggil saya Ustadz Zam, mulai hari ini saya akan mengajar kalian mengaji." ujar laki-laki itu memperkenalkan diri.

"Ustadz, tadi namanya siapa?" sahut Kolil tiba-tiba.

"Nama saya, Zam." jawab ustadz.

"Nama panjangnya?" tanya Kolil lagi.

"Nama panjangnya, Zaaaaaaammmmm." jawab ustadz diiringi tawa seisi masjid.

***

2 bulan sudah Ustadz Zam mengajar di masjid kampungku, ternyata dia adalah ustadz yang sangat hebat. Selain hafal al-Qur'an 21 juz, Ustadz Zam ternyata juga sangat mahir berbahasa arab. Cara mengajarnya pun sangat menyenangkan, santai tapi serius. Menurutku dia juga adalah orang yang bijak dan penyabar, itulah yang aku pikirkan tentang Ustadz Zam.

Lain halnya dengan Kolil, sedari dulu dia hanya memikirkan soal nama lengkap Ustadz Zam, hahaha. Kemudian, muncullah ide gila Kolil untuk menguak misteri nama Ustadz Zam.

Kolil mulai melakukan 1001 cara untuk mencari tahu siapa nama lengkap Ustadz Zam. Mulai dari bertanya pada saudara Ustadz Zam, hingga bertanya pada Pak RT di kampung Ustadz Zam tinggal. Tapi hasilnya nihil, entah mengapa tidak ada jawaban yang memuaskan hati Kolil. Mereka yang ditanya oleh Kolil selalu menjawab, "Namanya Ustadz Zam, ya Zam."

Kolil semakin penasaran. Akhirnya ia tanyakan langsung pada Ustadz Zam.

"Ustadz, Kolil mau tanya." ucap Kolil memulai pembicaraan.

"Tanya apa?" jawab Ustadz Zam.

"Ya itu, nama lengkapnya ustadz, siapa?" tanya Kolil, serius.

"Hahaha, Kolil, Kolil, masih juga dipikirkan masalah itu, apa pentingkah? Kalau mau tau coba tebak." tantang Ustadz dengan canda.

"Hmmm, siapa ya. Haaa, Azzam, pasti lengkapnya Azzam!" seru Kolil.

"Bukan, tet tot." balas Ustadz Zam.

"Zamrud." seru Kolil lagi.

"Ngawur kamu." jawab Ustadz.

"Nizam, Izzam, Zamdar, Zam..., apa lagi ya." seru Kolil, bersemangat.

"Bukan, bukan, bukan, dan bukan." jawab Ustadz Zam, tergelak.

Kolil menatap Ustadz Zam dengan pandangan tajam. Matanya fokus, dan pikirannya bekerja. Lalu Kolil berseru,

Di Bawah Langit MadinahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang