Hangboek

3.5K 153 23
                                    

"Noonim....!!", dari kejauhan Chae Won dan Hong Sik melihat Yun Sik berlari ke arah mereka sambil melambaikan tangannya.

"Kenapa kau bisa ada diluar sini? Bagaimana sekolahmu?", Chae Won bertanya kepada Yun Sik yang sedang terengah-engah sehabis berlari.

"Huhhhh.. Huuuhh.. Pelajaran hari ini belum dimulai, jadi aku bisa keluar sebentar lagipula aku ingin menemui noonim.. Oh ya, apakah kalian akan ke istana sekarang?", Yun Sik bertanya kepada mereka berdua.

"Hmm..", jawab Hong Sik sambil mengangguk. "Nanti mampirlah ke rumah, Chae Won sudah memasak makanan kesukaanmu di rumah, kau bisa membawa sisanya ke asrama. Bagaimana, kau senang?"

Yun Sik sangat kegirangan dan memeluk Chae Won, "Gumawo noonim.. Noonim berhati-hatilah.. Dan sampaikan salamku kepada Putra Mahkota.. Andaikan aku mendapatkan ijin dari sekolah untuk pergi ke istana, pasti menyenangkan sekali bisa menyaksikan secara langsung upacara pernikahan Putra Mahkota."

Chae Won mengelus-elus punggung Yun Sik yang masih berada di pelukannya, tidak terasa anak itu tumbuh sangat tinggi seperti sekarang. "Baik, akan kusampaikan salammu kepada wangseja.. Kau rajinlah belajar agar kelak bisa menjadi pejabat istana, jadi suatu saat kau juga bisa menyaksikan upacara pernikahan kerajaan secara langsung. Arraso?"

Setelah berbincang sebentar, akhirnya mereka bertiga berpisah. Chae Won dan Hong Sik berjalan menuju istana Gyeongbok untuk menghadiri pernikahan Putra Mahkota. Sedangkan Yun Sik menuju sekolahnya.

Beberapa tahun belakangan, Yun Sik menetap di ibukota Hanyang untuk melanjutkan pendidikannya. Dalam perjalanan kembali menuju sekolahnya, Yun Sik bersenandung kecil karena gembira setelah lama tidak bertemu kakaknya dan Chae Won. Walaupun berada dalam kota yang sama, sudah beberapa lama mereka tidak bisa bertemu karena Yun Sik selama ini harus tinggal di dalam asrama. Selain itu, Ia merasa lebih bahagia lagi karena melihat kesehatan kakaknya yang sudah pulih sepenuhnya. Langkah kaki Yun Sik terhenti saat mengingat kejadian mengerikan itu.

-flashback-

Karena khawatir dengan keselamatan kakaknya, Yun Sik memutuskan untuk menyusulnya ke kebun milik paman Moon. Saat dilihatnya mayat seorang lelaki berpakaian hitam setelah ia menyebrang jembatan, Yun Sik kembali berlari ke rumahnya mengambil senjata dan membawa beberapa pengawal bersamanya.

Benar saja saat mereka hampir sampai, dilihatnya seseorang akan menembakkan panah ke arah Putra Mahkota. Dengan sigap Yun Sik juga memanahnya, namun sayang gerakannya kurang cepat sehingga belum sempat panahnya mengenai musuh, panah musuh sudah melesat dan dihadang oleh kakaknya.

Yun Sik berlari kencang saat melihat tubuh kakaknya rubuh ke tanah setelah terkena tembakan panah. Chae Won yang berada di dekatnya juga langsung berlari memeluk tubuh Hong Sik. Darah mengalir deras diantara kedua tangan Chae Won. Yun Sik pun hanya bisa berdiri mematung melihat keadaan kakaknya saat itu. Kakak laki-laki yang ia kenal amat kuat dan pintar itu terbaring lemah tak berdaya di pelukan Chae Won. Terbesit ketakutan di benak Yun Sik kalau-kalau kakaknya tidak bisa terselamatkan.

***

"Hai.. Anak muda! Apa yang kau lakukan di sana? Cepatlah masuk sebelum bel berbunyi!", teriakan penjaga gerbang Universitas membuyarkan lamunan Yun Sik.

"Ne!!", dengan terburu-buru ia berlari sebelum bel tanda dimulainya perkuliahan berdentang.

--------

 "Hmm.. anda cantik sekali....", seorang dayang istana takjub setelah melihat Hyo Joo selesai mengenakan jubah pengantinnya.

Hyo Joo tertawa dengan tangan menutupi bibirnya. "Gumawo.. Apakah gunbuin* dari istana Changdeok sudah tiba?"

The Prince's WomansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang