Chakkan namja

2.1K 119 9
                                    

"Haraboeji.. aku akan kembali ke istana sekarang.." hyo joo meminta ijin kepada kakeknya yang sedang berdiri mengawasi murid-muridnya berlatih. Semalam ia kembali ke perguruan bersama dengan kakeknya.

Kakek han menoleh, "tidakkah kau sarapan dulu hyo joo-ya?"

"tidak.. nanti aku akan sarapan di istana. aku merasa tidak enak meninggalkan pekerjaanku. aku pergi dulu.." ia mengecup punggung tangan kakek han lalu membungkuk 90 derajat dan berjalan meninggalkannya.

Kakek han hanya bisa menatap kepergian cucunya, "hmmmmm mianhae hyo joo-ya.. aku tahu ini sangat berat untukmu, namun semua sudah menjadi keputusan Yang mulia dan tidak ada yang dapat aku lakukan dalam masalah ini.."

Hyo joo hanya bisa melamun sepanjang perjalanannya ke istana. semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan rencana pernikahannya dengan putra mahkota. orang lain mungkin akan iri dan berpikir betapa beruntungnya rakyat jelata sepertinya bisa menjadi permaisuri dari seorang calon raja negeri ini yang bahkan mempunyai wajah sangat tampan. namun mengapa hatinya merasa berat?

"hmmm... apakah pangeran seunggi sudah mengetahui rencana pernikahan ini? bagaimana tanggapannya?" hyo joo menghembuskan nafasnya yang berat, 'hmmm.. aku pikir dia tidak akan peduli dengan masalah ini.. yang dia sukai adalah chae won, bukan aku!" semburat kekecewaan muncul di wajah hyo joo.

Langkahnya semakin gontai. ia berhenti sejenak, "bagaimana tanggapan putra mahkota? apa aku harus menemui putra mahkota sesampainya aku di istana? benar.. aku harus segera berbicara dengannya.." hyo joo mengangguk-anggukan kepala dan melanjutkan perjalanannya.

------

"hyung... benarkah aku tidak perlu menggantikanmu ke bihyeongak hari ini?" seunggi masuk ke kamar joonggi. ia memperhatikan sekeliling, ruangan itu ternyata kosong. "hyung... dimana kau?" seunggi berjalan menuju kamar mandi. terdengar suara gemericik air dari dalam.

"hmmm ternyata dia sedang mandi. wah, kebiasaannya memang tak pernah berubah.. " seunggi memungut pakaian joonggi yang berserakan di depan pintu kamar mandi, tangannya berhenti pada sesuatu, 'apa ini? mengapa ini ada di sini?"

Joonggi membuka pintu kamar mandi, ia berjalan menuju kamar tidurnya. "aigoo.. seunggi! kau mengejutkanku saja. kapan kau datang?"

"hyung.. jelaskan padaku, apa ini?" seunggi menatap tajam pada kakaknya sambil mengangkat benda yang ia temukan di tumpukan pakaian kakaknya tadi.

Joonggi terkejut melihatnya, sial! aku ketahuan sekarang! mengapa aku lupa membuangnya tadi.. ia mengumpat dalam hati.

Namun ia berjalan ke arah lemari pakaian dan mulai memilih-milihnya. "apakah ini bagus? aku bosan memakai jubah kerajaan.." joonggi memperlihatkan hanbook  miliknya kepada seunggi.

"hyung !! jawab aku!!" seunggi mulai marah karena joonggi tidak menghiraukan pertanyaannya.

Joonggi membalikkan badan dan mengenakan pakaian yang dipilihnya tadi, "seperti yang kau lihat.. itu adalah perban." ia akhirnya menjawab.

"yah..! anak kecil juga mengetahui bahwa ini adalah perban hyung !" seunggi mulai frustasi dan membanting perban di tangannya.

Joonggi mengikatkan tali hanbooknya dan berjalan ke arah adiknya itu. ia menuntun seunggi dan menyuruhnya duduk berhadapan dengannya. "duduklah.."

Seunggi menurut dan duduk bersila. mereka dipisahkan oleh sebuah meja kecil di kamar joonggi. seunggi menuangkan teh ke dalam cangkir untuknya dan kakaknya. "minumlah hyung.."

"gumawo.." jonggi mulai meminum tehnya, "hmmm.. seunggi-ya.. hanya kau satu-satunya orang yang aku percaya di dunia ini setelah eomanni meninggal. aku harap kau tidak menceritakan masalah ini pada siapapun termasuk abamama.."

The Prince's WomansTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang