DUATIGA

3K 328 56
                                    

--Budayakan vote terlebih dahulu sebelum dibaca--

Suasana lapangan SMA Cenderawasi sudah di penuhi dengan sorak sorai kedua kubu pendukung dari masing-masing tim basket sekolah kebanggaan mereka. Garuda yang mengambil posisi di sayap kanan lapangan terlihat lebih bersemangat dari biasanya, terlebih lagi sang kapten basket yang sebentar lagi akan melepaskan jabatannya mengingat tinggal menghitung hari bagi siswa kelas 3 akan melepas seragam putih abu-abu mereka dan memasuki dunia baru.

Tatapan sang kapten Garuda tidak lepas dari sosok nan cantik yang saat itu berdiri di sayap kiri, bergabung dengan para tim lawan yang sedari tadi terus saja berusaha mengalihkan perhatiannya dari sepasang mata Garuda yang terus mengawasinya.

Saat peluit panjang berbunyi kedua kapten dari tim kebanggaan sekolah masing-masing regu sudah siap pada posisi mereka, saling melempar tatapan sebelum akhirnya Pandu yang  bergerak lebih gesit berhasil mengambil alih benda oranye dari genggaman kapten Garuda.

.
.

Kasih yang berdiri di pinggir lapangan bergerak gelisah, sambil sesekali gadis itu berusaha menutupi kegugupannya dan berniat memutar tubuh untuk segera enyah dari tempat itu. Namun ternyata pergerakan Kasih tidak luput dari manik mata sang kapten Garuda, membuat cowok oriental itu berdecak kesal menyadari jika mangsa yang sedari tadi dia amati berusaha untuk melarikan diri. Pandangannya kemudian beralih menatap Pandu yang bergerak begitu gesit di depannya, tanpa menghiraukan jika dia sudah melanggar aturan permainan dengan sengaja cowok itu menabrak pundak Pandu cukup kencang.

Alhasil tubuh Pandu terpental dan menimbulkan sorakan kencang dari teribun Cendrawasi. Kasih dengan cepat kembali memutar tubuhnya dan membeliakkan mata begitu mendapati Pandu yang tersunggur di lantai lapangan.

"Ndu?" Digo yang jaraknya lebih dekat dengan Pandu langsung meraih lengan sahabatnya itu, namun saat dia hendak menarik lengan Pandu agar sahabatnya itu berdiri, Pandu justru memekik menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja menyerang area pundaknya.

"Bro, lo bisa main gak sih?" Digo yang merasa sahabatnya itu cedera cukup serius langsung menegakkan tubuh dan berhadapan dengan sang kapten Garuda yang malah tersenyum tipis menatapnya.

Digo hampir saja menyerang wajah menyebalkan sang kapten Garuda, kalau saja Bintang dan Chiko tidak dengan cepat menahan pundak sahabat mereka itu. Dua orang dari anggota kesehatan langsung menghampiri Pandu dan segera membopong cowok itu keluar dari area lapangan.

"Lo jangan ke pancing. Garuda memang dari jaman ke jaman mainnya begitu. Kasar. Gak sportif," Bintang menepuk kencang pundak Digo memberi pengertian.

"Tapi gak bisa kayak gitulah! Tadi gue lihat kalau dia sengaja nabrak Pandu,"

Chiko berdecak dan langsung meraih leher Digo, menyeret sahabatnya itu hingga ke garis tepi lapangan sebelum akhirnya wasit kembali meniup peluit kencang tanda permainan kembali di mulai.

"Cendrawasi itu hebat. Kita gak perlu pakai cara kotor buat menang. Jadi lo tenang aja. Sebentar lagi Pandu juga baikkan dan bisa main lagi," ucap Chiko menenangkan.

Menghembuskan napas keras akhirnya Digo mengangguk pasrah dan pertandinganpun kembali di mulai dan tentunya tanpa Pandu di babak pertama yang kini sudah berpindah tempat berbaring di ruang UKS yang jaraknya tidak terlalu jauh dari lapangan.

***

"Auh!"

Cowok berwajah oriental itu memekik saat merasakan sesuatu menghantam punggung belakangnya. Langkah yang semula hendak menuju toilet terhenti, kembali memutar tubuh dan wajahnya yang semula kesal langsung tersenyum begitu mendapati sosok Kasih yang berdiri dengan raut wajah kesal di hadapannya itu.

HURTBEAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang