Bintang berdiri di bawah sebuah pohon besar sambil melempar kerikil ke arah hutan yang gelap. Segelap hatinya yang terasa kosong. Bintang menggigit kuat bibir dalamnya saat untuk pertama kali merasakan denyutan itu didalam sana.
Sedikit konyol, cowok jangkung itu menyentuh pelan dada kanannya yang berdenyut nyeri. Tanpa sadar dia menggeram, memutar tubuh dengan cepat nyaris saja Bintang memukul batang pohon besar di belakangnya. Namun sepersekian detik gerakkan Bintang terhenti sebelum pukulannya mengenai wajah seseorang yang mengerjab di hadapannya itu.
Bintang terkesiap. Hampir saja kepalan tangannya menyentuh kulit putih itu kalau saja gerakkannya tidak langsung terhenti.
"Bi--Bin?" Suara gadis itu bergetar takut, membuat Bintang menghembuskan napas keras.
"Sori,gue gak maksud buat lo takut! Lagian lo ngapain disini sendirian sih? Kenapa gak gabung sama yang lain di api unggun?" Bintang langsung mendumel, namun gadis itu justru tersenyum dan menyodorkan gelas dengan asap yang masih mengepul tepat di depan wajah Bintang.
"Gue dari tadi nyariin lo, Bin. Gue buatin lo teh jahe. Nih!"
Bintang menatap lekat gelas itu dengan dahi mengeryit dan ragu-ragu menerimanya.
"Ini bukan untuk Digo?" Tanya Bintang menautkan sebelah alisnya dan dengan cepat Rivva langsung menggeleng, membuat ramput panjangnya bergerak lucu.
"Ngapain juga gue buatin Digo? Diakan udah ada Sisi. Mending gue buatin lo kan?" Seru Rivva dengan wajah berseri dan penuh antusias, membuat Bintang sempat tertegun menatap lekat gadis berlesung pipi di hadapannya ini.
"Seinget gue, lo ikut camping ini bukannya karena Digo? Trus, kenapa malah baiknya sama gue?" Bintang mulai menyesap sedikit demi sedikit teh jahenya. Pertanyaan Bintang barusan membuat Rivva menggaruk tengkuknya dan menggeleng cepat.
"Yaa... itu sih kemarin. Sekarang udah enggak," jawab Rivva cepat.
Bintang menjauhkan gelas dari wajahnya dan menatap Rivva dengan mata menyipit.
"Jadiiii..?" Tanya Bintang dengan nada menggoda, membuat semburat merah begitu saja muncul di wajah Rivva dan itu membuat manik mata Bintang melebar lucu.
Tanpa sadar satu tangan Bintang bergerak pelan dan mengelus lembut puncak kepala Rivva, membuat gadis itu membelalak kaget dengan jantung berdegub kencang.
"Thanks, teh jahenya. Buatan lo enak," ucap Bintang tulus. Dan ini juga buat perasaan gue sedikit lebih baik.
Rivva mengangguk antusias dengan wajah berseri.
Sementara itu, tanpa Rivva dan Bintang sadari, dari kejauhan Chiko yang sudah memegang dua gelas susu panas tampak mematung di tempatnya berdiri. Melirik kedua minuman di tangannya itu bergantian dengan wajah sedih, cepat-cepat Chiko meneguk cairan coklat dari masing-masing gelas di tangannya itu sendirian sambil menahan kesal saat melihat Bintang dengan santainya mengacak puncak kepala Rivva.
Thor, kok tega sih, Thor? Kemarin saingan gue Digo. Ini malah Bintang.. tega banget, thor ama gueeeee..
(Sabar ya, Chik, mungkin belum jodoh) *ehh
***
"Lo gak apa-apa sendirian di tenda?"
Kasih mengangguk sambil tersenyum lembut menatap Sisi yang sedang mengenakan jaket tebalnya. Setelah memastikan sahabatnya itu baik-baik saja, Sisi pun akhirnya mengangguk dan berjalan keluar tenda.
Wajah Sisi langsung berseri begitu mendapati sosok Digo berdiri di hadapannya. Cowok itu menaikkan sebelah alis sambil mengulurkan tangan kepada kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTBEAT (COMPLETE)
Novela JuvenilDari awal Kasih sudah jatuh Cinta dengan Pandu saat pertama kali bertemu tiga tahun yang lalu. Kasih tidak perduli bagaimana perasaan Pandu padanya, perasaannya itu akan tetap terus ia jaga sampai kapanpun. Namun sayangnya, ternyata Pandu tidak sepe...