SEPULUH

3.6K 309 45
                                    

Karena kemarin PF duluan yang update, sekarang gantian yaaaa... hihihi

***

Kasih berjalan bagaikan zombi memasuki kamarnya dan dengan wajah tersenyum gadis itu menghempaskan tubuh keatas kasur dengan mengingat kejadian kemarin sore antara dirinya dan Pandu.

Kasih tidak menyangka bahwa dia bisa mengobrol begitu akrab dengan cowok sombong itu mengingat setiap mereka bertemu pasti hanya akan ada pertengkaran dan pertengkaran  di antara mereka.

Bergelung di balik selimut tebalnya Kasih tertawa sendiri seperti orang gila dan ucapannya mengenai ingin melupakan Pandu serta usahanya untuk mengikis perasaannya kepada cowok itu sirna seketika.

Kasih nyaris terlelap, namun tersentak ketika suara James Arthur menjerit dari ponselnya, menandakan ada sebuah panggilan masuk. Dengan sedikit sebal karena aktivitas mengkhayalnya di ganggu, gadis itu bangkit dari posisi tidurnya dengan selimut tebal yang membungkus tubuh mungilnya. Langkah Kasih begitu malas menuju meja belajar dan mengerutkan dahi mendapati nama Sisi tertera di sana.

"Ya, Si?" Seru Kasih setelah beberapa saat kemudian.

Hening cukup lama, membuat Kasih mengerutkan dahinya bingung, sempat menjauhkan layar ponselnya dan memandangi benda itu dengan wajah bingung.

"Sisi?" Panggil Kasih lagi dan sedetik kemudian terdengar helaan napas dari ujung panggilannya. "Lo baik-baik aja?" Kasih terdengar khawatir. Dia berjalan ke arah kasur dan duduk di tepiannya menunggu sahabatnya itu bersuara.

"Besok temenin gue ya, Kas? Gue gak mau pergi bareng Max sendirian,"

Setelah sekian lama suara Sisi akhirnya terdengar, membuat Kasih mengeritkan dahinya bingung.

"Lo mau pergi sama Max?" Tanya Kasih memastikan.

"Besok acara ulang tahun Hirano's Group. Gue di suruh datang. Dan lo kan tau gue males banget, Kas. Plis, ya, lo temenin gue besok kesana?"

Kasih berfikir sejenak sambil menggaruk pelipisnya.

"Duh, gimana ya Si?"

"Ayolah, Kas. Bokap lo pasti di undang juga ke acara ini. Bokap lo kan masih di luar, hitung-hitung lo gantiin dia buat hadir," bujuk Sisi lagi.

"Hmm, bukannya gue gak mau. Tapi, iya kalau bokap gue emang di undang? Kalau gak? Malu-maluin lah, Siiii,"

"Kasih, plis, gue gak bisa kalau gak ada lo nih,"

Kasih menghela napas keras dan kali ini menggaruk tengkuknya pelan.

"Hmm, oke gini aja, gue cek undangannya dulu ya? Kalau ada gue ikut," ucap Kasih akhirnya.

Di seberang sana terdengar Sisi bersorak senang dan setelah menggumamkan terima kasih panggilan itu pun berakhir.

Kasih menjauhkan ponsel dari telinganya, menghembuskan napas keras kemudian menghempaskan tubuh di kasur.

"Elah, acara bisnis and so bored!" Desis Kasih yang kembali bergelung di dalam selimut tebalnya.

***

Pandu melangkah pelan memasuki kamarnya. Sesaat cowok itu memandang ke arah kolong meja belajarnya dan setelah menghembuskan napas keras dia berjongkok, mengambil sebuah kardus ukuran besar dari sana.

Dia letakkan kardus coklat itu di tepi kasur, tampak berfikir dan sedetik kemudian begitu merasa yakin Pandu membuka tutup kotak coklat itu dan mengamati barang-barang di dalamnya saksama.

Senyum tipis terukir di sudut bibir Pandu. Rahangnya lalu mengeras. Kembali dia berjalan kearah meja belajarnya, mengambil sisa foto di sana, memasukkan ke dalam kardus kemudian menutupnya kembali dan membawa kardus itu keluar dari kamarnya.

HURTBEAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang