-budayakan vote sebelum membaca--
***
Perasaan Kasih sungguh bercampur aduk, mengingat jika hari ini adalah terakhir kalinya dia bisa memandangi wajah Pandu secara langsung sebelum beberapa jam lagi dia akan pergi ke Jerman untuk melanjutkan studynya disana. Jika dulu Kasih sangat antusias untuk pergi ke negara itu, namun detik ini rasanya sungguh berat.
Menghembuskan napas keras, Kasih tersenyum kecil sambil menutup resleting kopernya.
"Sudah selesai, sayang?" Suara Mama terdengar dari ambang pintu, membuat Kasih yang sedari tadi di serang perasaan melow mengerjab pelan sambil tersenyum, dan mengangguk begitu melihat Mama berjalan menghampirinya.
"Kita langsung ke bandara ya?" seru Mama lagi yang seketika membuat wajah Kasih terkejut, hanya sepersekian detik dan selanjutnya gadis itu mengangguk sambil tersenyum tipis.
.
.
Kasih terus saja memandangi layar ponselnya mengingat sejak kemarin malam nomor Pandu tidak bisa dia hubungi. Menghirup udara sebanyak mungkin Kasih yang saat itu sudah duduk di dalam mobil menuju bandara berulang kali mengirimi pesan singkat ke nomor Pandu namun tetap saja hasilnya sama.
"Kenapa, sayang?" Mama yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Kasih yang begitu gelisah akhirnya tidak tahan untuk bertanya, membuat Kasih semula yang begitu fokus pada layar ponsel kini mengangkat wajah, menoleh ke arah sang Mama sambil menggeleng dengan tersenyum tipis.
"Gak apa-apa kok,Ma," Kasih berbohong. Mencoba melebarkan senyumannya dan langsung menyimpan ponsel ke dalam saku celana jeans yang dia kenakan, kemudian menoleh ke arah jendela dengan wajah sayu menatap pemandangan jalan di luar sana.
***
Kasih mendorong pelan kopernya memasuki bandara dengan pandangan mengedar, memandangi sekelilingnya. Hatinya sungguh tidak tenang, mengingat beberapa jam lagi dia akan pergi meninggalkan Jakarta.
Berulang kali Kasih melirik arlogi guessnya sambil melambatkan langkahnya.
"Sini, biar Mama yang check in. Kamu tunggu aja disana ya! " seru sang Mama mengambil alih koper dari tangan Kasih, yang hanya di tanggapi gadis itu dengan anggukan kecil.
Menghela napas kuat, Kasihpun mendudukkan diri di bagian tunggu yang tidak jauh dari pintu masuk dan suasana disana cukup ramai.
Ndu, lo dimana sih? Lo kok jahat gak lihat gue pergi? Apa lo gak bakal kangen gue kalau nanti kita jauh?
Kasih memejamkan matanya dan tanpa sadar airmatanya pun jatuh menitik.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTBEAT (COMPLETE)
Teen FictionDari awal Kasih sudah jatuh Cinta dengan Pandu saat pertama kali bertemu tiga tahun yang lalu. Kasih tidak perduli bagaimana perasaan Pandu padanya, perasaannya itu akan tetap terus ia jaga sampai kapanpun. Namun sayangnya, ternyata Pandu tidak sepe...