DUASATU

3.1K 327 45
                                    

--budayakan vote sebelum membaca--
Tolong kalo ada typo di tandai yaa...

"Ujian tinggal tiga minggu lagi..."

Sisi yang sedang sibuk membenahi perlengkapan tulisnya melirik sekilas ke samping kanannya, dimana Kasih tampak menumpukan dagu di kedua lipatan tangan dengan wajah cemberut.

"Tumben muka lo lecek menjelang ujian? Lo kan murid paling pinter di sekolah. Ya, kali lo sepanik ini sih, Kas?"

Sisi sudah mengancingkan ranselnya dan menyampirkan di punggung sambil bersiap-siap untuk bangkit. Namun, melihat wajah Kasih yang mendadak terlihat sedih mengurungkan niat Sisi untuk keluar kelas lebih dulu. Cewek berwajah chubby itu kembali duduk di kursinya dan kali ini ikut bertopang dagu menatap Kasih lekat.

"Lo kenapa?" Tanya Sisi akhirnya setelah sekian menit Kasih hanya diam memandangi papan tulis putih di depan mereka. Sedetik kemudian Kasih menghembuskan napas keras, menegakkan tubuhnya dan kini menatap lurus manik mata Sisi.

"Gue bakal pindah ke Jerman setelah ujian kelulusan nanti,Si," ucap Kasih akhirnya sedih. Sisi menautkan alisnya. Semula dia tampak bingung namun sedetik kemudian cewek itu menyeringai sambil merangkul Kasih erat.

"Huaa, keren dong? Tapi sayang... kita jadi gak bisa ketemu deh. Gue udah di daftarin bokap di univ yang ada di London. Bareng juga sama Digo," terang Sisi yang kini tersenyum kecil.

Sesaat Kasih melotot mendengar penjelasan Sisi barusan dan menatap sahabatnya itu dengan sorot tidak percaya.

"Digo? Dia jadi lanjutin kuliah? Bukannya kemarin itu dia sempat nolak buat kuliah dan milih fokus aja sama bisnis bokapnya disini?" Tanya Kasih yang kini sudah mulai sedikit mengurangi kegalauannya.

Sisi mengangguk pelan. "Iya, awalnya sih gitu. Cuma gue bilang ke Digo kalau bokap gue ngasih dia tawaran kuliah bareng gue di London. Sedikit bohong sih gue, tapi gak apa-apa... yang penting cowok gue mau nerusin buat kuliah," seru Sisi dengan wajah berbinar-binar.

Kasih menghembuskan napas keras dan kali ini menopang dagunya di kedua tangan --lagi.

"Kenapa? Kok muka lo makin bete gitu?" Tanya Sisi lagi menatap Kasih dengan mata menyipit.

"Enak deh lo, bisa kuliah bareng sama Digo sampai ke London. Lah gue? Baru satu bulan jadian, eh... udah harus LDRan," gumam Kasih sedih. Sisi hampir saja terkikik, namun dia langsung berdehem dan menepuk-nepuk pelan pundak Kasih.

"Pandu gak mau nyoba ambil kuliah di Jerman juga bareng lo?" Tanya Sisi yang kali ini tampak serius.

Sekali lagi Kasih menghembuskan napas dan bergidik pelan.

"Gue gak mau maksain Pandu. Lagian, kalau Pandu ikut gue... kasian nyokapnya. Kakak Pandu pasti sibuk banget sama kerjaan. Kalau Pandu disini, setidaknya pasti bakal ada yang nemenin nyokapnya,kan?" Terang Kasih berusaha menghibur diri.

Sisi menatap lekat sahabatnya itu. Sisi tau, jauh di dalam lubuk hatinya, Kasih pasti menginginkan jika Pandu juga akan mengambil tempat kuliah yang sama dengannya. Tapi Kasih tidak ingin egois. Kasih tidak ingin memaksa Pandu, sementara cowok itu juga masih memiliki keluarga disini. Jika pun Pandu akhirnya mau ikut dengannya... Kasih hanya menginginkan jika itu berdasarkan hati dan niat Pandu sendiri.

"Yaudah deh, gak usah dipikirin. Mending jalanin aja. Gimana ke depannya gue yakin itu yang terbaik untuk kalian berdua. Dan apapun itu halangannya, kalian bisa lewati. Pasti," terang Sisi  lagi, menghembuskan napas keras Kasih pun mengangguk kemudian menarik tubuh sahabatnya itu dan memeluknya erat.

Sekian detik kemudian kedua gadis itu tersadar, begitu melihat kelas hanya tinggal mereka berdua dan begitu melihat jam di pergelangan kirinya sudah hampir menunjukkan pukul tiga sore manik mata Kasih melebar.

HURTBEAT (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang