*mas(a)lah pertama*

108 2 0
                                    

Pagi yang sangat syahdu menurut gadis kecil berperawakan gembul itu, pagi ini Kanzza terpaksa harus menjaga kios nya sendiri karena patner terbaiknya akhirnya memberanikan untuk meminta izin pada Pak Bos, entah mengapa hari itu Kanzza mempunyai firasat tidak enak  pada Eru. Mungkin, karena sudah beberapa kali patnernya itu meminta izin dan Bos selalu mengizinkan tapi beda dengan kali ini Bos hanya diam dan mengangguk saja mungkin karena ada masalah lain Kanzza juga tak mengerti.

"Ahh!!!semoga baik baik saja lah yaa.aku kok jadi nggak focus gini yak.. " ucap batin Kanzza yang sudah mulai tidak jelas.

Akhirnya untuk mengabaikan pikiran negativ Kanzza memutuskan untuk beberes tempat ia bekerja agar ia lupa akan apa yang membuatnya menjadi gelisah.

Hari itu dihabiskan Kanzza untuk beberes dan tentu melayani pembeli yang mempunyai ciri khas masing masing, karena kebanyakan ditempat ia bekerja para pelanggan setianya ialah anak sekolahan yang masih ABG ,para Guru dan tentunya yang membuat Kanzza semangat siapa lagi kalau bukan Tentara. Ya semenjak ia melihat adegan para prajurit berlarian menggunakan seragam lengkap beserta tas ransel yang entah berapa kilo beratnya dan di tambah senjata laras panjang itu di depan kiosnya dan membuat Eru bosan karena setiap detik ia berbicara pasti ujungnya akan menyenggol tentang laki-laki berseragam loreng itu..

Saat kejadian itu ia selalu terpesona melihat para Abdi Negara itu.
Entah mengapa menurut Kanzza mereka seperti layaknya mantra ajaib. Yang bisa membuat Kanzza semangat seketika. Aneh bukan...
Saat melihat para Abdi Negara itu jiwa semangat nya tertular dengan sendirinya, mungkin karena ia mempunyai Kakek buyut Purnawirawan Tentara jadi seperti ada ikatan batin tersendiri pada mereka entahlah...

"Ahh Eru, kios sepi banget nggak ada yang rusuh lagii...  " kata Kannza ngomong sendiri, tanpa di sadari ada seseorang berbaju loreng yang sedang mengamati Kanzza dari kejahuan mungkin sedang melihat aksi aneh Kanzza yang sedang kesepian sendiri lalu sang lelaki berseragam loreng itu mendekati kios Kanzza yang tak jauh dari tempatvia berdiri.

"Mbak, beli Tiket ke Jawa berapa,??! " kata pria itu sambil nyengir seperti kuda. Kanzza yang masih sibuk dengan lamunannya dan berberes lalu menghadapkan wajahnyabdan berniatan ingin menyangkal apa yang di tanyakan oleh sang calon pembeli.

"Aneh-aneh saja tanyanya sih..pa...a. ..
Kak ozy,?! " Kanzza yang kanget hanya menutupi mulutnya dengan kedua tangan.
"Hehehe, iya dek bagaimana kabarmu? "
"Ya Allah, kak.!  Tak kirain siapa, lagian ngapain disini katanya lagi ngurusin kekacauan yang tiada tara itu!  Kakak gak kenapa-kenapa kan yaa,??  Gak lecet kan ya,?  Serem pasti disana,?  Kak cerita dong?  Ah boleh engga sih kalau kalian cerita tentang begituan ke yang bukan sesama aparat? " kalimat itu keluar dari mulut Kanzza dengan sekali tarikan napas. Ozy yang bingung mendengar pertanyaan bertubi yang di ajukan adik angkatnya itu hanya tertawa.

"Bwahhhahah.. Astaga!!  Santai dek, kamu ini udah kaya apa saja introgasi nya bahkan jauh lebih hebat dari yang berpengalaman wkwk... " kata Ozy yang membuat Kanzza cemberut.

"Kamu kenapa to dek? Lagi ada masalah? Kok sendiri temen mu kemana?! " tanya Ozy pada Kanzza yang sudah dianggap adik angkat oleh nya.

"Nahh itu dia masalahnya kak, aku jaga sendiri si Eru lagi izin dia lagi ada undangan manggung katanya, sepi banget, eh kebetulan ada kakak,  temenin Kanzza yaa.. " rengek Kanzza pada Ozy.

"Kebiasaan. Jangan pasang wajah memelas gitu lah, aku ndak tega e. " kata Ozy dengan sedikit meledek.

" aku pingin e bantuin kamu dek, tapi bagaimana ibu pertiwi lebih membutuhkan ku. Wkwk... " hibur Ozy yang membuat sudut bibir Kanzza menyungging kemudian tak lama terdengar suara tawa yang kencang yabg membuat Ozy dengan sigam membungkam mulut mungil Kanzza.

Metafora Gadis DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang