#part 3

170 17 0
                                    

Pagi hari yang cerah, sang surya sudah mulai menampakan sinar yang perlahan menusuk masuk kedalam kamar Kanzza, pagi ini pagi yang mungkin tak sejalan dengan hatinya.

Kejadian malam tadi membuat Kanzza bermalas malasan untuk bangun dari surga dunia nya, yaa kamar berukuran minimalis itu memiliki tembok dengan cat bergaris warna putih biru, kasurnya empuk dengan motiv Doraemon, begitu juga tembok diatas kepala sudah tergambar robot kucing itu yang sedang tersenyum ,mungkin itu salah satu yang bisa membuat nya bersemangat ketika keluar dari kamarnya,disebekah kanan Kanzza tidur ada meja berukuran sedang yang digunakan untuk belajar dan disebelah nya ada lemari yang di gunakan untuk menaruh baju baju Kanzza, di ranjangnya ada beberapa koleksi boneka kesukaanya semuanya ada yang dibeli sendiri ada juga yang dikasih sama saudaranya saat ulang tahunya tanggal 7 januari  yang lalu...

"Ndukk bangun sudah siang, lha katanya kamu mau ke sekolahan" tiba tiba pintu di ketuk oleh nenek Kanzza, 
"Iya nek sebentar lagi Kanzza keluar"..kantanya sambil bangkit dari tempat tidurnya..

Hari ini Kanzza sengaja minta di bangunkan neneknya tadi malam setelah semua orang tertidur lelap dan Kanzza malam itu tak sengaja bangun karena merasa kehausan, kemudian Kanzza sedang melihat neneknya sedang membuat teh tawar kesukaanya.

*malam hari sebelumnya*

"Nenek?? Kok belum tidur,?  Lagi buat apa nek" kata Kanzza mendekat
"Eh kamu nduk, gimana udah enakan suasana hatinya,? "Kata neneknya sambil mnuangkan air panas
"Hee maksud nenek,?? "Kata Kanzza pura pura tak tau
"Ndukk, dari alm. Ayah mu sudah engga ada, nenek yang merawat kamu, bahkan bisa dibilang nenek lebih tau kamu di banding ibu kamu, iya ibu mu yang melahirkan kamu, tapi mungkin nenek yang lebih paham kamu, tak bisa di bohongi kalau ikatan batin mu sama ibu mu kuat, tapi nenek lebih tau kamu nduk" kata nenek Kanzza lembut penuh perasaan,

Kanzza hanya menundukkan kepalanya dia sangat tak suka dengan suasana seperti ini, lagi lagi harus bertengkar dengan ibundanya hanya karena masalah seperti ini... Egonya nya tak suka, tapi apa mau dikata hati kecilnya juga tak kuasa melihat ibundanya harus banting tulang setiap hari untuk menghidupi dirinya dan adik lelakinya.

"Ndukk, nenek tau ini berat untukmu,?  Sebelumnya nenek mau minta maaf atas nama pakdhe mu ya, tadi menyinggung masalah ini disaat kamu sedang senang senangnya merayakan kelulusan kamu, pakdhe wan ndak bermaksud buat Kanzza tersinggung, dia cuma ndak tega nduk lihat ibu mu terus terusan bekerja, tau sendirikan pakdhe mu orangnya bagimana,? Walaupun ia sudah berkeluarga dia tetap ingin melihat saudara sedarahnya bahagia, " kata nenek Kanzza sambil mengelus pundak Kanzza yang sudah dari tadi bergetar.

"I.. Iyaa nekk, ngg....gak apa apa" jawab Kanzza terbata bata, ia kemudian mengpus air matanya lalu lebih bisa mengendalikan emosinya suapaya tenang..

"Nduk, nenek juga tak memaksa kamu dan ibu mu, nenek hanya ingin bilang, kamu sekarang sudah lebih dewasa kan, dari saat kejadian kehilangan itu nenek yakin kamu akan tumbuh menjadi sosok dewasa nduk walaupun belum pada saatnya, nenek tak menyangka kejadian itu benar benar membuat mu berubah, dari yang dulunya sangat ceria kamu menjadi anak yang.... iya ceria di luarnya saja namun kalau boleh nenek bilang didalam hati mu kamu sangat rapuh, tapi kamu tetap menyembunyikannya dari semua orang, semua terluka nduk tapi nenek sangat yakin bahwa Allah memberikan cobaan untuk kamu untuk ibumu dan keluarga kita itu pasti akan ada hikmahnya, jangan di sesali nduk, kamu sudah berbakti sama ayah mu nduukk" kata nenek Kanzza yang dengan tangisannya

"Tapi Kanzza saat itu hanya ingin ayah sembuh nek, kenapa malah Allah mengabil secepat ituu" kata Kanzza yang tak bisa menahan tangisnya...
"Kalau saja tak secepat ini,  pasti ibu ndak bakalan sep.er..tiinii nee..eek" tmbah Kanzza terbata bata...

Metafora Gadis DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang