#part 2

152 20 6
                                    

Oleh sasanadya prastiwi

Suasana di kamar Kanzza malam itu sangat berantakan ,yang menggambarkan suasana hatinya saat itu. Dia bingung harus menggambil sikap apa,??

Sejujurnya dia tidak mau mempunyai sosok baru yang menggantikan posisi Ayahnya di kehidupannya, tapi dia juga bingung sang ibu sering mengeluh kalau sebenarnya capek jika harus terus terusan bekerja apalagi usia ibunya yang sudah tidak begitu muda lagi ..

Malam itu dihabiskan Kanzza dengan tangisan, Kanzza dilanda perasaan cemas, dia bingung jika suatu hari nanti ibunya menyampaikan hal yang sudah didengar baru saja olehnya dia harus jawab apa,?  kanzza takut, jika ia tak bisa menahan emosinya, Kanzza takut dia akan bertenggak dengan sang ibu...

"Agrrhhhr!!!!  Ayahhh Kanzza kangen hiks... Ayah kenapa cepat banget ninggalin aku, ayah tau tidak sekarang posisi ayah akan direbutt oleh seseorang yang aku gak tau bagaimana sikap dan bentuknya, apa akan sama seperti ayah atau dia malahan tak lebih baik darii... Ayah hiks.. Hiks.. Hikss... " kata Kanzza dengan suara terbata bata...

Beberapa kali pintu di ketuk oleh Doni, namun Kanzza ttap engga keluar. Kanzza merasa tidak ada tenaga untuk melihat wajah sang ibunda panik karena melihat mata bengkak Kanzza, hingga Kanzza memutuskan untuk tidak makan malam "itung itung diet lah" batin Kanzza.

"Masih ndak mau keluar juga Don,??" tanya herwanto pada adiknya...
"Belum mas, memang Kanzza kenapa sih,?  Tadi aku lihat dia berdiri di sana, tak suruh gabung gak mau katanya lagi engga enak badan, " kata Doni sambil menunjukan arah Kanzza berdiri tadi..
"Mungkin dia lagi capek kali Nang, " kata nenek Kanzza pada doni..
"Memang sejak kapan Kanzza capek malahan nangis buk, dia kan ko capek pasti manja sama aku" kata Doni agak heran,

"Kanzza nangis Don,.???" kata Hilda pada adiknya
"Iya mbaa, anak mu nangis tadi" seketika itu ibunda Kanzza langsung menuju kamar Kanzza yang tak jauh dari ruang makan keluarganya,

"Tadi kamu bilang Kanzza nangis?? "
"Iya mas, sampe sesegukan gituu, " katanya sambil mengunyah makanan.
"Astagfirullah, ya Allah, jangan jangan cucuku mendengar pembicaraan kitaa wan, " kata nenek Kanzza hingga membuat Herwanto dan Doni berhenti mengunyah makanannya. Doni yang kebingungan hanya melihat tingkah mas dan ibunya saling pandang.

"Pembicaraan apa sih buk,??  Apa mas,?? " kata Doni ingin tahu.
"Iku loh mas mu lagian masih ada Kanzza kok nyinggung Hilda untuk nikah lagi, "
"Haa!!! aduh bencana mass bencaanaa "
"Bencana opo lagi to Don??!!  Ngarang aja kamu, " jawab herwanto santai...

"Mas lupa kejadian setahun yang lalu,??, Kanzza menolak mentah mentah pinangan orang yang serius sama mbak Hilda, bahkan mereka sering bertengkar cuma gara gara Kanzza belum mau punya ayah lagi, " kata Doni serius...

"Ohhh iya ya ya,  aku inget Don, iya sepertinya hal yang seperti itu sangat sensitif jika dibicarakan sama Kanzza, aduh aku jadi tak enak sama keponakan kesayangan ku itu buk, " adu herwanto pada ibunya

"Yaweslah wan nanti juga reda sendiri, cucuku masih kaget saja, udah dilanjut makanya, Doni, bukan maksud ibu mau ikut campur urusan mbak mu, tapi Kanzza secara tidak langsung juga butuh sosok ayah, dia kan lebih dekat dengan mu tolong di Kasih pengertian ya nang siapa tau kalau sama kamu dia jauh lebih paham" pinta nenek Kanzza yang di sambut anggukan Doni.

"Nduk buka pintunya nduk ibu mau ngomong, Kanzza sudah tidur ya,? " kata Ibundanya sambil terus mengetuk pintunya, Kanzza yang tak tega mendengar ibunya ia menyusun tenaga untuk bangkit namun Kanzza kembali kalah dengan rasa sakitnya, ia tak kuasa membayangkan jika memang benar, berarti ia harus siap demi kebahagiaan Ibundanya,
"Tapi tetap saja, aku hanya butuh waktu" batin Kanzza mulai paham.

Metafora Gadis DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang