"YERI, tadi lo dicariin Jungkook." Shannon tiba-tiba saja datang menghampiri Yeri yang tengah sibuk mengutak-atik ponsel, seraya bersender di depan balkon kelasnya. Seolah tak mengerti, ia menautkan alis, melepas salah satu earphone. Shannon menarik napas pendek, kembali mengulang pernyataan yang sama. "Tadi lo dicariin Jungkook."
"Ngapain?" Yeri balik bertanya.
Shannon hanya menggidik, "Udah buruan sana. Dia nungguin lo di taman belakang dari tadi."
Lantas, Yeri tersenyum miring, "Biarin aja. Lagian, gue nggak nyuruh dia buat nungguin gue, kan?"
Shannon memang tidak begitu dekat dengan Yeri. Tapi ia tahu, sifat yang paling menonjol dari gadis berambut panjang itu adalah sisi cuek dana sifat keras kepalanya. "Yer, gue tahu lo keras kepala. Kali ini gue nggak bermaksud bela Jungkook atau apa. Tapi, kayaknya ada suatu hal penting yang mau dia omongin sama lo. Jadi... apa salahnya juga kalau lo datang ke sana?"
"Hal pentingnya dia itu nggak penting bagi gue," balas Yeri datar, kembali menyumpal kedua telinganya dengan earphone.
Sementara Shannon sudah mendengus kasar di belakang Yeri. Mendengar kalimat barusan membuat dirinya cukup geram. Pasalnya, Yeri benar-benar bersikap tak acuh pada dirinya. "Lo bisa nggak sih nggak keras kepala, Yer?"
Tidak ingin memperpanjang masalah, Yeri akhirnya memilih untuk mengalah. Ia tahu, berdebat dengan Shannon pun mungkin tak akan pernah ada ujungnya. Cukup sekali saja keduanya berdebat panjang. Tidak untuk kedua kalinya.
Yeri melangkah gontai menuju taman belakang. Tidak banyak yang tahu memang, hanya beberapa. Bahkan Jungkook dan Yeri pun termasuk beruntung bisa mengetahui taman belakang sekolah ini. Karena tentunya pemandangan yang disajikan pun tidak main-main. Hanya saja letaknya yang terpencil dan cukup jauh, membuat Yeri jarang sekali mengunjungi taman tersebut.
Langkah gadis itu terhenti tepat di belakang sebuah bangku yang tengah Jungkook duduki. Untuk beberapa saat keduanya sama-sama terdiam. Yang satu tak ingin menyapa, dan yang satu lagi belum menyadari keberadaan seseorang di belakangnya. Sampai akhirnya Jungkook merasakan sesuatu, lantas cowok itu menoleh, mendapati sosok Yeri entah sudah sejak kapan berdiri di belakangnya--ia tak sadar.
"Gue kira lo nggak ke sini," ujar Jungkook, memecah keheningan.
"Ada apa?" tanya Yeri, mengalihkan topik pembicaraan.
Jungkook hanya tersenyum, menepuk-nepuk bangku kosong di sebelahnya, seolah mengisyaratkan Yeri untuk duduk di sampingnya. Mengerti, gadis itu akhirnya menurut, kemudian terdiam untuk beberapa saat.
"Kita... udah seminggu nggak ngobrol, teleponan."
Yeri hanya diam, tidak ingin menanggapi lebih. Sejujurnya, ia juga bingung ingin menanggapi seperti apa. Terlebih lagi sekarang otaknya sudah tidak sinkron, membuat Yeri semakin sulit untuk berpikir jernih.
"Ah, iya. Gue lupa. Lo kan nggak mau digangguin lagi."
Bukan itu, maksudnya.
"I'm so annoying, right?"
" . . . . "
"Nggak apa-apa. Berisiknya gue itu bakal lo kangenin juga suatu saat."
Sontak, Yeri menatap Jungkook sinis. "Nggak usah pede."
"Bercanda, hehe," balas Jungkook, menampakkan cengiran kecil. "Ehm... Yer."
"Apa?"
"Soal kemarin-kemarin...."
"Nggak tahu. Gue... belum bisa jelasin jawabannya sekarang," sela Yeri cepat, seakan mengerti maksud dari topik pembicaraan Jungkook.
Ucapan itu sukses membuat Jungkook bungkam sejenak. Dia tahu, Yeri sangat sensitif dengan pertanyaan ini. Sejujurnya, Jungkook juga tidak ingin membahasnya. Tapi, mau bagaimana lagi? Sudah seminggu lebih Yeri tak kunjung memberikan jawaban. Jungkook sendiri sudah lelah. Lelah dalam artian menunggu Yeri yang tak memberikan sebuah kepastiaan yang jelas.
"Oh, oke. Nggak apa-apa," balas Jungkook, tersenyum lebar--seakan terlihat biasa saja. Jauh di dalam hatinya, ia merasa sangat rapuh. Ekspresi wajahnya yang semula terlihat lesu, kini mendadak ceria. Benar-benar di luar dugaan. "Eh, bentar lagi kita study tour, Yer!"
Yeri tak menggubris pernyataan tersebut. Entah rasanya dia benar-benar ingin segera kembali ke kelas dan meninggalkan Jungkook. Berada di suasana secanggung ini membuatnya tidak nyaman.
"Oy, kok malah ngelamun?" Jungkook lantas menyahut, membuyarkan lamunan Yeri seketika. Gadis itu tersentak pelan, menoleh sekilas, menggeleng. Jungkook hanya menghela napas pendek. "Lo... mikirin sesuatu? Ada masalah?"
"Nggak," balas Yeri singkat. Beberapa detik kemudian, ia segera beranjak dari kursi. "Gue... ke kelas duluan, ya." Tanpa menunggu balasan Jungkook, Yeri sudah melangakah lebih dulu--meninggalkan cowok itu yang masih terpatung di tempatnya.
"Yer," sahut Jungkook, membuat langkah Yeri mendadak terhenti. "Tolong kasih gue kepastian yang jelas. Lo tahu kalau orang paling nggak suka digantungin, kan?"
Yeri terdiam, menatap Jungkook yang sudah memasang ekspresi serius.
Cowok itu melangkah, lantas terhenti tepat di hadapan Yeri. Sesaat, ia menghela napas pendek. "Ada kalanya orang berhenti buat ngejar seseorang," ujarnya, lantas berlalu begitu saja meninggalkan Yeri yang masih terdiam.
"Jeon Jungkook."
Langkah Jungkook mendadak terhenti.
"Maaf," lirih Yeri, tertunduk perlahan. "Gue... nggak bisa bales perasaan lo."
* * *
A/N
Bingung dah mau ngelanjutin kayak gimana.Sedang di masa sibuk--juga nge-stuck. HAHAHA ya Allah, maafin.
Maaf aneh, gaje. 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Annoying Neighbor
Fanfiction"Lo mulu, sih." "Biarin." Yeri yang cuek, sementara Jungkook yang cerewet terus mengganggunya lewat telepon. Entah rasanya hampa jika sehari saja Jungkook tidak menelepon tetangga depan rumahnya itu. Cr cover: pins & canva.