5.3

2.6K 424 16
                                    

“KITA mau pulang pakai apa?” Jungkook menoleh ke arah Yeri yang tengah sibuk memainkan ponselnya. Namun, lagi-lagi perkataannya tidak digubris. Hal ini benar-benar membuat Jungkook kesal karena merasa dihiraukan. “Dikira gue apaan kali ya sampai dicuekkin begini.”

“Gue denger,” balas Yeri, menoleh ke arah Jungkook dengan ekspresi tersenyum miring. “Bawel. Gue lagi pesen grab-car.

Jungkook mengernyit, “Kenapa nggak naik bus aja?”

“Lo kan baru sembuh,” Yeri menghela napasnya sejenak, tampak memberi jeda. “Dan juga, halte dari sini pun lumayan jauh. Gue nggak mungkin biarin lo buat jalan sejauh itu. Inget, lo baru sembuh. Jangan bikin orang di sekitar lo jadi terbebani.”

“Gue emang selalu ngebebanin orang lain, Yer,” balas Jungkook, lantas membuat Yeri langsung menoleh tak mengerti. Jungkook menarik napas pendek, tersenyum miring. “Gue nggak tahu, gimana caranya biar gue bisa berhenti ngebebanin mereka. Termasuk buat berhenti ngebebanin lo.”

Yeri terpaku mendengar penuturan Jungkook. Lebih-lebih saat Jungkook memasang ekspresi yang benar-benar seperti merasa bersalah. Laki-laki itu tertunduk, menatap aspal dengan kosong. Yeri tahu, Jungkook memang tetangga yang menyebalkan. Yeri juga tahu, Jungkook memang tidak bisa mandiri--tanpa dirinya.

I'm so annoying, right?” Jungkook tersenyum pahit, menendang beberapa kerikil di hadapannya.

You aren't.

Suasana mendadak lengang. Angin yang berhembus malam itu semakin kencang, membuat poni tipis Yeri sempat berantakan. Wajah gadis itu kini sulit dijelaskan. Begitu juga dengan Jungkook. Beberapa saat, keduanya tenggelam dalam suasana hening. Hingga akhirnya, suara klakson mobil tiba-tiba saja mengejutkan keduanya. Spontan, Jungkook menarik lengan Yeri yang nyaris saja tertabrak.

Bukan sebuah kesengajaan Jungkook memeluk tubuh Yeri seperti ini. Tapi, entah kenapa hingga sekarang, ia tak kunjung melepasnya. Begitu pula dengan Yeri, yang enggan mengganti posisinya.

“Lo yang bilang kalau gue bikin lo khawatir kemarin,” Jungkook menarik napas sebentar, “tapi nyatanya, justru lo yang bikin gue khawatir sekarang.”

Kali ini, Yeri benar-benar diam tak bergeming. Mendadak, tubuhnya terasa kaku di pelukan hangat Jungkook. Bahkan, ia sempat memejamkan mata tatkala Jungkook mendaratkan dagu di atas kepalanya. Benar-benar adegan romantis seperti di film-film.

Setelah itu, Yeri merenggangkan pelukannya, kemudian terdiam sebentar. “Grab nya udah dateng, Jeon,” tuturnya, mengalihkan pembicaraan. Sejujurnya, ia sedikit salah tingkah sekarang. Entah kenapa.

“Maaf, Bapak grab-car yang pick up atas nama Yeri, kan?” Jungkook bertanya kepada pria paruh baya yang baru saja membuka kaca mobilnya. Pria itu mengangguk, membenarkan. “Maaf, pesanannya saya cancel aja ya, Pak. Barusan, pacar saya mesen grab-car karena dia kesel nggak mau pulang bareng saya. Tapi, karena saya nggak mau ngebiarin dia pulang sendirian, jadinya dia pulang bareng saya sekarang. Maaf, sekali lagi, saya cancel aja ya, Pak.”

“Loh, Mas--”

“Tenang, Pak.” Seakan tahu maksud sang supir, Jungkook lantas mengeluarkan dompetnya dari saku celana, memberikan beberapa lembar uang ke arah pria baruh baya tersebut. Ia tersenyum tipis. “Saya kasih setengahnya aja buat ganti ya, Pak. Sekali lagi, maaf saya cancel.

Annoying NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang