Di depan ruang operasi, Seungkwan menangis terisak. Kejadian beberapa saat lalu, membuatnya terguncang. Seokmin yang di sampingnya memeluk tanpa mengucapkan setapah katapun. Karena remaja berhidung mancung itu merasakan hal yang sama seperti yang Seungkwan rasakan.
Sedangkan Jun, tidak mampu lagi menopang tubuhnya untuk berdiri. Ia tampak begitu kacau. Duduk di lantai dan bersandar pada dinding rumah sakit. Sembari menahan isakannya, ia mengepalkan tangannya.
Seungcheol duduk dengan mengatupkan tangan di depan bibirnya. Matanya yang berair berulang kali terpejam. Liquid bening yang melintasi wajahnya, ia abaikan begitu saja.
Dalam diam, doa terus dipanjatkan seiring detik yang berlalu. Meski tak terucapkan, harapan terus ia tuaikan bersamaan hela nafasnya.
Dalam diamnya, Seungcheol menangis keras dalam hati. Meneriakkan semua ketakutan yang dirasakan. Sakitnya kehilangan yang sudah ia lupakan kembali menyergap. Membuatnya takut merasakan hal yang sama.
"Magnae-ya, kau tidak berniat menjemput Jisoo kan? Kau tidak ingin mengajaknya pergi kan?" batinnya.
"Cheol-ie hyung, jangan cedih cendili. Di cini ada Jicu hyung yang bica menemani hyung-ie. Dan kalau Jicu hyung cedih, Cheol-ie hyung juga menemaninya."
"Mungkin di atas sana, kau marah karena hyung tidak bisa menjaga Jisoo dengan baik."
Berbeda dengan yang lainnya, Mingyu berdiri tenang tidak jauh dari yang lainnya. Ia terus menatap keempat laki-laki itu satu persatu. Hanya saja, tidak ada kalimat yang terucap. Bahkan hanya sekedar kalimat penenang. Karena ia sadar, tidak ada kalimat yang mampu menenangkan dalam situasi mencengangkan seperti ini.
"Aku tidak percaya Wonwoo yang melakukannya."
Mingyu berucap dalam hati. Tidak ada niat untuk melafalkan kalimatnya. Bukan saat yang tepat untuk menyerukan pendapatnya.
"Kejadian tadi benar-benar janggal."
Ingatan Mingyu kembali ke beberapa saat yang lalu. Ia berada di sana saat kekacauan itu terjadi. Tepat saat Seungcheol dan yang lainnya turun dari mobil, Mingyu juga turun dari taxi yang ia tumpangi.
"Aku akan membunuhnya. Aku benar-benar akan membunuhnya dengan tanganku sendiri."
Tiba-tiba saja Seungcheol berteriak marah. Memecah keheningan di antara mereka berlima. Seperti yang ia lakukan, mereka juga mengalihkan pandangan pada pemuda yang lebih tua.
"Aku tidak akan pernah memaafkannya." Geraman itu diiringi kepalan tangan. Bahkan mata itu memerah menyiratkan kemarahan.
0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0
Suara langkah kaki yang teramat perlahan membuat mereka menoleh. Seketika, mata Jun langsung menajam. Rahangnya mengeras melihat seorang remaja berjalan lirih ke arah mereka.
Ia langsung berdiri dari posisi duduknya. Mendekati Wonwoo dengan wajah yang terlihat kacau. Tidak ada air mata, hanya saja wajah itu memucat dengan mata tampak bergetar. Entah menahan tangis atau tidak, Jun tidak memedulikannya. Dengan cepat, ia mendekati Wonwoo.
Plak ...!
Sebuah tamparan mendarat di wajah itu. Tidak hanya memerah, bahkan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.
"Pergi kau dari sini pembunuh!" Ucapannya diiringi gerakan tangannya. Mendorong remaja bertubuh kurus itu hingga terjatuh ke lantai.
"Pergi kau dari sini. Jangan tampakkan wajahmu di hadapanku. Kau sudah menyakiti Myungho dan Jisoo hyung. Enyah kau iblis sialan," teriak Jun hingga urat di lehernya mencuat. Meluapkan emosinya pada Wonwoo yang menyebabkan musibah di keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Dark
Fanfiction[DISCONTINUE] Wonwoo seolah melihat cahaya memasuki kehidupannya sejak bertemu dengannya. Namun masih adakah tempat untuknya yang selalu disebut monster dan pembunuh?