Chapter 17

2.7K 264 96
                                    

Jihoon dan Soonyoung tersentak saat langkahnya dihadang. Dua laki-laki berpenampilan kacau berdiri di depan mereka. Tersenyum yang mereka artikan sebagai tanda bahaya.

"Hey bocah, kalian tidak ingin terluka kan?" Soonyoung langsung menggeleng cepat. Sedangkan Jihoon diam di tempat dengan memerhatikan pergerakan ke-duanya.

"Kalian boleh pergi setelah menyerahkan uang kalian."

Jihoon mendecih kesal. Teringat salah satu adegan di film action yang terakhir ditonton. Seorang gadis yang dirampok dan diselamatkan si pemeran utama. Tapi ia sadar tidak sedang memerankan drama. Bahkan tidak terpikir ada pemeran utama yang datang menyelamatkan.

"Jihoon-ah, aku langsung berharap kalau aku adalah seorang putri yang kemudian pangeran datang menyelamatkanku."

Di tengah ketegangan itu, Soonyoung bersuara. Jihoon menulikan pendengaran karena tidak ingin melepas tawa. Keadaan mereka berdua bukan waktu yang tepat untuk berbicara konyol. Meski dalam diam Jihoon sempat terpikir hal serupa.

Ke-duanya berjalan mundur saat para preman mendekat dengan perlahan. Decihan pelan terlontar saat Jihoon menyadari tidak ada celah untuk berlari.

"Ahjussi, aku sedang tidak ingin makan ramen hari ini. Jadi ahjussi merampok kami kapan-kapan saja." Soonyoung mencoba mencari jalan keluar. Menghasilkan gelak tawa dari ke-dua laki-laki sangar di depan mereka.

"Kapan kepalanya tidak diisi dengan pemikiran bodoh?" rutuk Jihoon dalam hati.

"Kau ingin bermain-main bocah?" tanya salah satu dari sang preman.

"Kami sedang tidam main-main. Kami baru saja ingin membeli daging untuk makan malam," Soonyoung berucap polos. Tidak tahan dengan ocehan Soonyoung, Jihoon memukul kepala bagian belakang remaja itu.

"Sakit Jihoon-ah," keluhnya dengan wajah cemberut. Tidak menyadari ke-dua preman di depannya memasang wajah murka. Mulai kesal karena merasa dipermainkan.

"Tampaknya kalian mengira kami bisa dipermainkan."

Mata Soonyoung terbelalak saat sebuah pisau diacungkan ke arahnya. Membuatnya membatu dengan menahan nafasnya beberapa detik.

"Jihoon-ah, apa ini artinya kita gagal makan daging malam ini?" tanya Soonyoung. Membuat Jihoon benar-benar ingin mengumpat. Karena seharusnya yang lebih dikhawatirkan adalah keselamatan mereka.

"Berhenti bermain-main bocah sialan! Serahkan uang kalian!"

Soonyoung benar-benar menahan nafasnya saat pisau itu diarahkan ke lehernya. Ia menatap mata pisau dan sang laki-laki bergantian. Matanya terpejam erat saat tidak ada lagi jarak antara kulit lehernya dengan mata pisau.

Namun ia tersentak mendengar suara pekikan. Saat membuka mata, laki-laki tambun di depannya memekik kesakitan. Memegangi pergelangan tangan yang sudah tidak lagi memegang pisau. Karena pisau itu sudah berada di atas tanah.

Tidak hanya dirinya yang keheranan, Jihoon dan rekan sang preman juga terkejut. Mereka yakin tidak ada siapapun di jalan sepi itu.

"Sialan! Siapa yang melakukannya? Keluar kau pecun-"

Kalimatnya terpotong. Membeku saat sebuah pisau melayang. Tepat di atas kepalanya dan menancap di sebuah pohon. Membuat laki-laki itu memucat dengan lutut bergetar.

Ke-dua laki-laki itu langsung berlari ketakutan. Meninggalkan Jihoon dan Soonyoung dalam kebingungan. Ke-dua remaja itu masih berdiri di tempat memperhatikan sekitar.

"Jihoon-ah, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku tidak tahu. Tapi yang pasti, ada seseorang yang melempar pergelangan tangannya dengan ini." Jihoon menunduk. Meraih sebuah batu kecil yang ia tahu mengenai lengan salah satu preman itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Light In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang