Note: Konsentrasi!
-
-
"Jadi namamu Ryeon? Nama yang cocok untukmu." Mingyu berucap sembari tersenyum. Namun tidak dengan Wonwoo. Remaja itu justru menatap Mingyu dengan tatapan kesalnya.
"Ada apa dengan wajahmu? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" Pertanyaan itu bukan basa-basi. Karena ia merasa tidak melakukan sebuah kesalahan dengan ucapannya.
"Nama yang cocok? Maksudmu karena nama itu biasa digunakan untuk wanita? Jadi nama itu cocok untukku?"
Mingyu langsung membekap mulutnya. Mencoba menahan tawa yang serasa akan meledak. Lagi-lagi ia terkejut dengan kejujuran Wonwoo.
"Aku baru tahu orang secerdas dirimu bisa berpikiran konyol." Mingyu masih sekuat tenaga menahan tawanya. Ia tahu tawanya hanya akan membuat Wonwoo semakin kesal.
"Beberapa orang mengatakan nama itu untuk wanita. Mereka menyamakan aku dengan wanita." Sepertinya Wonwoo tidak sadar, kalau ucapannya terdengar seperti sebuah rajukan. Membuat Mingyu tidak berkedip melihatnya.
"Hah ... bagaimanapun dia tetap remaja sepertiku," gumam Mingyu sangat lirih.
"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Wonwoo.
"Bukan apa-apa." Mingyu langsung mengelak.
"Lupakan tentang namaku. Jangan bahas itu lagi. Aku memang tidak pernah menanyakan padanya alasan kenapa memberiku nama itu. Aku hanya berpikir karena dia pertama kali menemukanku di tepi kolam." Mingyu menoleh. Bukan karena terkejut dengan ucapan Wonwoo. Ia justru tersenyum karena mengingat suatu hal.
"Ryeon itu berarti bunga teratai kan? Aku rasa nama itu cocok untukmu."
"Maksudmu?" Wonwoo bertanya. Ia tidak paham dengan maksud remaja di depannya.
"Bunga teratai itu hidup di dalam lumpur. Teratai memerlukan lumpur dan air untuk bertahan hidup. Tapi meski begitu, bunga teratai tidak ikut tenggelam ke dalam lumpur. Orang sering memandang bunga teratai adalah bunga yang tidak berharga karena hidup di tempat yang kotor. Tapi pada kenyataannya, bunga teratai hidup penuh keindahan. Bunga teratai tetap terlihat anggun dan menawan dibalik kehidupannya di lumpur. Aku rasa bunga teratai itu benar-benar sepertimu."
Wonwoo tidak berkedip mendengar penjelasan Mingyu. Matanya tertuju pada remaja di depannya dengan begitu intensnya. Membuat Mingyu langsung berdehem untuk mengurangi kegugupannya.
"Kenapa semua kalimatmu terdengar seperti rayuan untuk wanita? Kau benar-benar tidak berpikir aku wanita kan? Kalimat itu terlalu manis diucapkan untukku yang seorang laki-laki."
Mingyu tidak mampu menahan tawanya. Ia langsung tergelak hingga memegangi perutnya. Meski selama ini ia mengira Wonwoo begitu cerdas, tapi pada akhirnya ia menemukan sisi lain dari diri Wonwoo.
"Maaf ... maaf ... aku tidak bermaksud. Sungguh!" Mingyu mencoba menghentikan tawanya. Ia tidak menyangka bisa menemukan hal baru dari remaja di depannya. Wonwoo tidak sesuram yang selama ini diperlihatkan. Sisi manis dan kekanakan itu masih bisa terlihat.
"Aku mengatakan semua itu karena orang itu kau, Ryeon-ah. Bukan karena kau seorang pria ataupun wanita."
Wonwoo tertegun. Ia terdiam beberapa saat untuk mencerna kalimat Mingyu. Meski dulu mereka tidak pernah berinteraksi sedekat ini, tapi ia tidak merasakan kecanggungan itu. Mingyu bisa menghapus rasa canggung di antara mereka dengan semua sikapnya.
"Tapi ... aku baru tahu kalau nama Ryeon memiliki arti sedalam itu," gumam Wonwoo.
"Kau baru tahu? Selama ini kau tidak tahu?" Mata Wonwoo berkedip cepat. Ia terkejut dengan reaksi berlebihan yang Mingyu tunjukkan. Membuatnya hanya bisa mengangguk ragu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Light In The Dark
Fanfic[DISCONTINUE] Wonwoo seolah melihat cahaya memasuki kehidupannya sejak bertemu dengannya. Namun masih adakah tempat untuknya yang selalu disebut monster dan pembunuh?