Chapter 16

1.6K 253 63
                                    

"Tidak mungkin ... tidak mungkin ... kembalikan magnae-ku. Kembalikan dia padaku. Ini tidak mungkin terjadi. Kalian semua pembohong. Uri magnae pasti baik-baik saja."

Myungho terbangun dengan nafas memburu. Dahinya berkeringat meski suhu kamarnya cukup dingin. Ia sedikit meringis saat kepalanya tiba-tiba terasa pusing.

"Akh," rintihnya. Memegangi sebelah kepalanya dengan mata terpejam.

"Kenapa Seungcheol hyung menangis dan menyebut magnae? Siapa magnae? Seungkwan yang paling muda di rumah ini tidak pernah disebut magnae." Myungho bertanya pada diri sendiri. Ia masih berusaha mengumpulkan kepingan dari mimpinya.

Bukannya mendapat jawaban, ia justru merasakan kepalanya semakin sakit. Sekerasa apapun mencoba, ia masih tidak bisa mengingat semua mimpi itu. Hanya penggalan mimpi yang masih bisa diingat.

Menyerah dengan mimpinya yang membingungkan, Myungho memilih menyibak selimut. Berjalan ke nakas dan meraih segelas air mineral. Saat tengah meminumnya, ia terbatuk melihat jam di atas nakas. Bertepatan sebuah panggilan masuk dari Mingyu.

"Mingyu bodoh. Mingyu sialan. Kenapa kau tidak membangunkanku lebih cepat? Aku akan mencekikmu nanti," maki Myungho dan berteriak marah. Menghasilkan gelak tawa dari lawan bicaranya di seberang sana.

Setelah melempar ponselnya ke ranjang, Myungho berlari ke kamar mandi. Melupakan mimpi yang masih tidak pernah terkumpul dengan sempurna.

Saat semua adik-adiknya mulai beraktivitas pagi, Seungcheol justru berada di dalam gudang. Meski hanya dijadikan tempat penyimpanan barang, tetap membuat tempat itu terlihat bersih. Biasanya, Jisoo yang selalu membersihkan saat ada waktu senggang.

Seungcheol membuka sebuah kotak berwarna hitam. Kotak berukuran cukup besar untuk menampung semua mainan. Meski hanya mainan miliknya dan Jisoo saat masih kecil.

"Soo-ya, kenapa kau membuang mobil-mobilan ini?"

"Mobil itu sudah benar-benar rusak. Kau lihat salah satu bannya sudah terlepas. Jadi aku pikir lebih baik membuangnya saja."

"Mobil-mobilan ini memang sudah rusak. Tapi kau tidak seharusnya membuang ini. Aku tidak akan pernah membuangnya."

"Kenapa? Kita masih memiliki mobilan yang lain. Kalau kau mau, kau bisa mengambil milikku."

"Kau tidak ingat mobilan ini? Teman abeoji memberikannya pada kita bertepatan uri magnae lahir. Kau ingatkan saat kita menunjukkannya pada uri magnae? Tangisannya langsung berhenti. Dia tersenyum saat menyentuh mobil-mobilan ini."

"Maafkan aku Seungcheol-ah. Aku tidak bermaksud melupakannya."

"Benda ini berharga untukku. Jadi aku tidak mau membuangnya."

"Maaf karena sudah berniat membuang benda berharga milikmu Seungcheol-ah. Kalau begitu, mulai sekarang apa yang berharga untukmu juga berharga untukku. Karena aku tidak mau membuatmu bersedih lagi."

Seungcheol terkesiap dengan ingatannya sendiri. Mainan yang ia sentuh saat ini membuatnya menjelajahi kenangannya. Ia seperti baru saja berada di lautan ingatan yang sudah lama terlupakan.

"Jaga Wonwoo untukku. Jangan pernah membencinya. Dia sangat berharga untukku."

"Apapun yang terjadi, jangan pernah alihkan matamu darinya."

"Seungcheol-ah, ingatlah saat aku menyebut sesuatu itu berharga untukku."

Seungcheol meringis mengingatnya. Lagi-lagi kepalanya diisi dengan kebingungan. Semakin ia mengingatnya, semakin jelas kebingungan yang dirasakan.

Light In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang