Chapter 13

1.3K 250 77
                                        

Jeonghan yang berada di samping rumah menyembunyikan tubuhnya. Pintu rumah mereka berbunyi seperti ada yang membukanya. Saat mengintip, ia menemukan Ryeon berdiri di depan pintu. Kembali menutupnya dan melangkah keluar.

Pemuda itu memandangi punggung Ryeon yang menjauh. Ingin tahu ke mana tujuan remaja itu, Jeonghan memutuskan mengikutinya. Jeonghan berusaha menjaga jarak. Tidak ingin Ryeon sadar kehadirannya dan berbalik ke rumah.

"Kenapa akhir-akhir ini dia sangat suka ke tempat ini?"

Saat Ryeon duduk di bawah pohon memandangi hamparan ilalang, Jeonghan mendekat. Ia tidak ingin Ryeon kembali terlihat murung. Membuatnya teringat saat pertama kali mereka bertemu. Jeonghan sudah berjanji akan mengubah Ryeon menjadi pribadi yang ceria.

"Kau suka tempat ini?"

Ryeon tidak terkejut. Hanya menoleh dan tersenyum. Ia menepuk tempat kosong di sampingnya. Meminta Jeonghan untuk duduk di dekatnya.

"Hyung takut aku berguling-guling di tanah seperti Soonyoung?" tanya Ryeon yang menghasilkan kekehan dari pemuda yang lebih tua.

"Kalau kau mau berguling-guling di tanah, hyung akan merekamnya." Kalimat diiringi kekehan ringan itu membuat Ryeon mendengus.

"Kalau begitu aku tidak akan melakukannya."

"Kalau Soonyoung memang sudah sifatnya yang menyatu dengan tanah. Melihat tanah dan lumpur, mungkin tubuhnya langsung tergerak untuk berguling-guling dan mengotori baju." Ryeon langsung tergelak. Ia menyutujui pendapat Jeonghan. Karena selama ini, Soonyoung pulang sekolah dengan keadaan kotor.

"Akhir-akhir ini, hyung sering melihatmu termenung. Bahkan dalam tidur, kau kelihatan gelisah. Apa kau merindukan mereka?"

Pertanyaan itu tidak terjawab. Ryeon hanya diam dan mengunci bibirnya. Meski Jeonghan sudah menunggu beberapa saat, tidak kunjung mendapat jawaban.

"Aku tidak tahu," jawab Ryeon pada akhirnya.

"Sebenarnya, hyung mengenal mereka dengan sangat baik." Jeonghan kembali bersuara setelah membiarkan keheningan menyelimuti mereka.

"Eh ... benarkah?" tanya Ryeon terkejut. Meski ia sering menceritakan tentang keluarganya, tapi hanya penggalan yang tidak lengkap. Kenangan yang samar diingatannya membuatnya sulit merangkai dari awal.

"Tapi ... hyung tidak yakin kau akan percaya, Ryeon-ah."

"Hyung, beritahu padaku apa yang Hyung tahu tentang mereka. Karena sekeras apapun aku mengingatnya, ingatan ini tidak pernah sempurna. Aku tidak bisa mengumpulkan semuanya menjadi sesuatu yang utuh."

Jeonghan terdiam beberapa saat. Ia menarik nafas seolah begitu berat untuk mengeluarkan suaranya. Bahkan keraguan itu terlihat jelas di wajah pemuda itu.

"Tuan Choi adalah seorang profesor yang sangat pintar. Kepintaran dan berbagai penemuannya diakui negara bahkan sampai dunia."

Ryeon mendengarkan dengan sangat serius. Saat ini, bukan hanya tentang ingatannya yang masih samar, tapi ia ingin mengenal sang ayah lebih dalam. Sebagai anak yang berusia masih sangat dini, yang ia tahu ayahnya adalah seorang pekerja keras.

"Tapi sifat manusia tidak pernah merasa cukup. Bahkan kepintaran seseorang itu bisa menjadi sangat mengerikan saat disalah gunakan. Seperti Tuan Choi yang merasa menginginkan sesuatu yang lebih dengan kepintaran dan ambisinya, Tuan Choi berniat membuat suatu percobaan kepada manusia."

Ryeon langsung membisu. Ia tidak tahu ayahnya merupakan seseorang yang hebat. Sampai-sampai ia sulit untuk mempercayainya. Tapi saat teringat tempat-tempat aneh dulu, ia mulai menyatukan kepingan ingatannya.

Light In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang