7. Tugas Pertama Kami Bersama

272 11 1
                                    

Selesai pulang sekolah, Aku langsung menuju ke depan warung bakso Pak Mamat. Aku berdiri di depan jalan, menunggu sesuai perintah yang diminta Ilham kepadaku. Hampir 15 menit Aku menunggu di tempat itu, hingga akhirnya sebuah motor Ninja hijau besar datang tepat di depanku.

Pemilik motor itu membuka kaca hitam helemnya ke arahku,

"Naik" ucap nya dengan cepat. Suara beratnya yang sangat unik itu membuatku tersadar bahwa dia adalah Rio.

"Loh ko Lo nyuruh Gue naik?" tanyaku dengan spontan.

"Bukannya Lo yang nyuruh Gue jemput Lo disini biar bisa kerja kelompok di rumah Gue?" ucap nya ke arah ku.

"Kata siapa?" tanya balikku.

"Kata Ilham," jawabnya dengan singkat.

"Oh," ucapku dengan pasrah.

Mungkin orang lain akan mendengar Aku berbicara hanya satu kata "Oh", tapi yakinlah bahwa semakin singkat kata terucap olehku, makna yang terkandung itu sangat kompleks dan dalam.

"Buruan naik!" seru Rio yang segera memecah fikiranku.

Aku hanya terdiam sejenak memahami apa yang dia suruh dan mulai menyadari bahwa dia menyuruhku menaiki motor besarnya itu.

"Ok," ucap ku dengan singkat kembali.

Di belakang tubuhnya itu, Aku mulai melihat dan memerhatikan bagaimana bentuk bahunya, punggungnya dan pinggulnya, yang semua itu tercetak di seragam sekolah miliknya, serta Aku bisa merasakan aroma tubuhnya yang maskulin, bercampur dengan parfum yang dia pakai. Sangat-sangat membuat batin dan fikiranku bercampur aduk tak menentu.

"Apakah Aku gila? dia cowok dan Aku juga cowok, please deh! Harusnya Aku biasa aja!" seru batinku untuk berusaha tetap tenang di belakangnya.

"Pegangan!" seru Rio sambil menutup kaca helem nya.

"Apa? Pegangan? Kemana? Gak ada yang dipegang?" tanyaku ke arahnya.

Belum sempat dijawab, motor besarnya bergerak dengan cepat, Aku bisa merasakan tekanan angin yang tiba-tiba menabrak-nabrak wajah dan sebagian tubuhku dengan cepat.

"Gila! Cepet banget nih bocah! Bisa mati Gue kalo motor ini kepeleset dan jatuh di tengah jalan!" ucap batinku yang langsung tanpa sadar Aku mencengkram perut depannya dari belakang. Aku mulai merasa sangat kaku dibuatnya saat itu, ketika kedua tanganku memegang perut kotak-kotaknya yang tertupi seragam tipis.

"Oh my God, Shitt! " umpatku dengan cepat sambil berusaha menahan terjangan angin yang kuat.

Kurang lebih 5 menit Aku harus mematung dan mencengkram perut depannya yang kotak-kotak itu sambil berusaha menahan angin badai yang ditimbulkan oleh motor gila miliknya.

"Hufft syukurlah motor ini mulai melambat," ucap batinku sambil melepas peganganku dan mulai melihat rumahnya yang dia tuju.

Dia mulai mengarahkan motornya ke sebuah rumah besar yang bertingkat dua, dengan dua penjaga polisi berpakaian lengkap yang menjaganya di depan pos gerbang pintu masuk. Melihat motor Ninja milik Rio, salah satu polisi segera membukakan setengah gerbang pagar besar itu. Kami segera masuk ke pelataran rumah besar itu dan akhirnya kami berhenti di sebuah ruang garasi mobil besar di rumah itu.

"Ini rumah Lo?" tanyaku yang masih melihat-lihat sekelilingku.

"Bukan, Rumah Bokap Gue," ketus Rio sambil mematikan motor miliknya.

"Turun, kita dah nyampe," ucap Rio sambil melepaskan helem sporti miliknya.

"Ok," ucapku dengan singkat.

MICHEL IBRAHIM ZEIN (18+| BoyXBoy )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang