13. My First Sex

168 4 1
                                    

Pukul 19.05 terlihat di jam tanganku. Aku segera melepas jam tanganku itu dan akan menyimpannya di dalam salah satu saku carrier besar milikku. Namun, disaat Aku ingin menaruh jam tanganku itu, sebuah langkah kaki seseorang terdengar di depan pintu masuk tendaku. Aku segera membuka sleting tendaku, dan membiarkan seseorang itu masuk ke dalam.

"Lepas sepatu Lo, taruh tas ransel Lo disana, lepas celana dan pakaian tipis Lo itu, ganti ama sweater dan celana training ini, Gue bawa untuk cadangan," ucap ku ke Rio dengan cepat. Mungkin karena udara yang sangat dingin di luar, membuat Rio berdiam diri sesaat sebelum akhirnya berbicara kepadaku,

"Gue gak butuh sweater dan celana training Lo, Gue mo minjem selimut tebal Lo ini aja buat tidur," ucap Rio dengan suara yang terdengar sangat berat.

"Oh gitu, tapi selimut ini juga Gue butuhin buat tidur, kita barengan aja kalo gitu ya?" ucap ku sambil mengambil kembali sweater dan celana training milik ku dari Rio.

Pukul. 19.45 malam, kedua mataku belum bisa tertutup, dan kedua tanganku masih memegang jam tangan yang belum Aku masukan ke salah satu saku carrier milikku. Kami tidur saling bertolak belakang. Aku menghadap ke carrier besarku, sedangkan Rio menghadap ke tas ranselnya di sisi lain.

Pukul 20.05, hujan semakin terdengar mereda, tapi hembusan angin dingin masih berhembus dengan kuat. Aku mulai merasakan Rio berganti posisi dan melentangkan tubuhnya menghadap ke atap tenda, sebagian tubuhnya masih sama di dalam selimut besar yang sama-sama kami pakai.

"Gue gak nyangka bakal ketemu dengan Lo, waktu Gue masuk sekolah baru. Jujur Gue iri dengan Lo, punya temen yang baik, pintar dalam berbagai mata pelajaran, wajah yang cakep, bokap-nyokap yang selalu ada dan ngedukung Lo," ucap pelan Rio di dalam tenda itu.

"Gue bisa ngeliat Lo itu berbeda dengan lain. Lo bisa ngeliat sisi yang berbeda dari Gue, yang terlihat kaku dan aneh di semua orang. Lo bahkan menurut Gue bisa ngasih rasa semangat ke hidup Gue dalam berbagai hal, tetapi semenjak kejadian di club itu, Lo ngejauhin Gue. Gue tahu kesalahan Gue yang gak bisa menjaga diri, menjaga ke-Horny-an Gue yang liar, entah apa yang terjadi ke Gue, semakin Gue ngejauhin Lo atau Lo ngejauhin Gue, justru Gue ngerasa semakin hancur, Gue terus mencari-cari pengganti pelampiasan atas semua yang Gue rasakan sebelum dan sesudah Lo ada di dalam kehidupan Gue. Disini, Gue mau minta maaf, Gue nyadar bahwa Gue gak bisa ngejauhi Lo sekarang," ucap Rio sambil menatap langit-langit di dalam tenda itu.

Setelah mendengar isi hatinya, Aku pun memindahkan posisi tidur ku ke posisi telentang bukan kesamping lagi, menatap langit-langit tenda yang masih dihujani rintik-rintik air dari langit.

"Gue juga minta maaf, Gue udah terlalu ikut campur kehidupan Lo, Gue yang terlalu baperan, Gue yang egois akan hasil pencapaian Gue sendiri tanpa memperdulikan orang lain, Gue yang selalu pengen tahu apa yang ada di badan Lo dan apa yang akan Lo kerjakan. Disini pun Gue minta maaf, Gue belum bisa menjadi yang terbaik dalam memahami kehidupan Lo yang ternyata sedikit berbeda dari yang lainnya, dan Gue jujur gak mau menjadi orang yang munafik di hadapan Lo," ucapku pelan ke arah langit-langit tenda.

Di saat itulah, kami berdua saling meminta maaf, dan melepas apa yang menjadi beban fikiran dan batin kami masing-masing. Malam semakin larut, tiada lagi suara-suara yang terdengar di luar tenda, hanya hembusan angin dan gerakan rating pohon yang terdengar di sekitar tenda kami.

Aku menatap wajah Rio yang telah tertidur dengan tatapan yang semakin dalam, wajahnya yang terlihat semakin maskulin, dengan brewok yang mulai menebal di rahang dan dagu nya membuat diriku seakan hanyut kepada dirinya. Tubuh Rio yang sebagian tidak tertupi selimut membuat perut sixpack nya terlihat dikedua mataku.

MICHEL IBRAHIM ZEIN (18+| BoyXBoy )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang