3. Awal kembali sekolah

396 15 0
                                    

Pagi yang cerah!

Semoga dihari pertama kenaikan kelasku ini, Aku mendapatkan apa yang kudambakan, mulai sanjungan para guru, pandangan para gadis-gadis manja, yang membuat para lelaki seusiaku iri dengan apa yang Aku capai selama satu tahun terakhir.

Ya wajar, sebagai siswa terpintar dan juara umum, dengan penampilan gaul dan penampilan yang selalu terjaga, image siswa paling keren se-sekolah , melekat erat disetiap langkah dan aktifitasku. Lihat saja, bagaimana Aku disanjung oleh Pak Rifky, guru Fisika sekaligus guru penanggung jawab kelas kami yang baru, ketika berpapasan dengannya di gerbang sekolah, atau si cantik Dessi—Miss sexy school, yang selalu melihat dan mengikuti kemana pun Aku berjalan. Bahkan kadang-kadang, semua-semua urusan, harus menunggu keputusanku karena Aku dianggap orang yang dapat diandalkan dan dipercaya oleh semua orang.

Kini Aku memasuki kelas 11 IPA.1, kelas terfavorit yang ada di sekolah, Aku juga mendapatkan kesempatan yang istimewa karena dapat memilih tempat duduk sendiri beserta teman sebangku yang Aku mau. Seperti biasa, Aku memilih tempat duduk nomor dua dari depan, dari baris dan kolom yang berada di tengah kelas kami. Entah apa yang membuatku nyaman di tempat itu, tapi setidak nya, itu membuat teman-temanku lega melihat Aku memilih salah satu barisan terdepan. Untuk teman sebangku, sudah pasti Aku memilih Ilham, dan dengan senang hatinya dia mau kembali menjadi teman sebangkuku.

Hari pertama masuk sekolah juga diawali dengan upacara bendera di lapangan sekolah kami. Aku sebagai juara umum sudah mempersipkan segalanya. Setelah upacara selesai, kepala sekolah kami yang glamour dengan perhiasan yang dibawanya—seperti toko emas berjalan, yakni Ibu Tutiek memberikan pengumuman dan penghargaan kepada siswa-siswi teladan. Namaku tentu saja salah satu yang dipanggil olehnya, dan Ibu Tutiek pun memintaku mengucapkan sepatah dua patah kata untuk memotivasi siswa-siswi lainnya termasuk murid-murid yang baru masuk sekolah di SMA kami.

Well, walaupun sedikit nervous di podium itu, Aku berhasil memberikan kata-kata motivasi yang disambut tepuk tangan riuh satu sekolahan. Aku bahkan ingat bagaimana Bu Tutiek berkali-kali menyuruh semua siswa-siswi mencontoh diriku, baik dari sifatku, penampilanku dan prestasiku.

Ketika Aku berada di depan podium, Aku bisa melihat bagaimana gadis-gadis itu menatapkanku dengan penuh manja, apalagi ketika Aku sedang mengarahkan rambutku di depan mereka semua, suara makin riuh dan berteriak-teriak keras ke arahku. Disisi lain, aku sempat melirik sejenak ke sudut pelataran ruang guru, disana terdapat satu anak lelaki yang berseragam sedikit kucel dengan rambut yang sedikit dimohak, yang bersandar santai di dinding di luar ruangan itu, menatapku dengan tatapan yang tajam.

"Siapa dia? Aku belum pernah bertemu orang ini deh, paling juga anak kelas 10, yang baru masuk kayaknya," ucap batinku sambil memalingkan kembali pandanganku ke siswa-siswi sekolah.

Jam pelajaran awal pertama kali masuk dimulai, Pak Rifky masuk ke ruangan kelas kami dengan membawa seorang murid lelaki baru. Murid itu berdiri di depan ruangan kelas kami. Aku tersadar ternyata dia adalah anak yang menatapku tajam di podium tadi pagi.

"Ok anak-anak, perkenalkan teman baru kalian, dia pindahan dari Sumatra Utara, silahkan Rio, perkenalkan dirimu," ucap Pak Rifky yang berada di samping kiri anak berambut mohak itu.

"Selamat pagi teman-teman, nama saya Javriosky Martin Harahap, panggilan Rio, saya pindahan dari Sumatra Utara, tepatnya di Medan, salam kenal," ucap anak itu dengan cepat.

"Siapa? Siapa?" tanya beberapa anak-anak yang tidak terdengar dengan jelas,

mungkin karena anak baru itu terlalu cepat berbicara.

"Javriosky Martin Harahap!" seru kerasnya ke arah kami semua.

Kami semua kemudian terdiam sejenak menatap anak itu yang tiba-tiba bersuara keras, keheningan itu langsung terpecah, ketika Pak Rifky mempersilahkan Rio langsung menduduki kursi dan meja belajarnya yang berada di barisan belakang di pojok kiri ruang kelas kami, dimana disana masih terdapat bangku dan meja kosong.

Beberapa kali aku menoleh dan meliriknya dari tempat dudukku.

Not bad, kulit sawo matang, rambut sedikit mohak, cuma bajunya sedikit kucel kayak belum di-strika aja, tapi dilihat kulitnya yang bersih, tas ransel kecil yang dia bawa dan jam tangan Oakley yang dia pakai.

"Dia bukan orang biasa kayaknya," ucapku sambil memerhatikan setiap detail apa yang ada di tubuh nya.

Tiba-tiba Aku tersadar ada yang aneh ketika meliriknya.

"Ops! Aku ketahuan!" ucap batinku sambil segera membuang pandanganku ke papan tulis di depan kelas.

Sepertinya anak baru itu tahu Aku memerhatikan dirinya, kedua mata kami tadi sempat bertemu. Aku mulai menyadari ketika matanya yang tajam, memahami apa yang Aku lihat darinya, tapi ya sudahlah, setidaknya Aku tidak seheboh Joni, teman sekelasku yang duduk tepat dibelakangku, yang justru secara terbuka menatap anak murid baru itu dengan tatapan membelalak dengan gaya-gaya manjanya.

"Ulala, cakep bo!" seru Joni sambil menggoyang-goyang meja belajarnya.

Di tengah pelajaran hari itu, Aku mendapatkan secercah kertas dari Ilham-teman sebangkuku. Hal ini biasa bagi kami lakukan berempat; Aku, Ilham si pendiam, Joni si genit serta Adit si ketua kelas, berdiskusi melalui secercah kertas yang diputar di antara kami berempat. Lumayan, itung-itung kami bisa menghilangkan rasa bosan kami di tengah pelajaran yang mulai membosankan. Biasanya, dari secercah kertas itu, kami akan membahas kembali semuanya di meja kantin sekolah ketika waktu istirahat datang.

Joni dan Adit duduk sepasang tepat dibelakang kami berdua. Kami berempat sudah seperti saudara seperjuangan ketika mulai masuk SMA favorit ini. Bahkan, Ilham sudah seperti saudar kandungku, dia telah menjadi teman sebangku mulai kelas 8 SMP. Jadi sudah hampir 4 tahun berjalan ini kami selalu menjadi teman sebangku.

Kami selalu menulis inisial huruf pertama nama kami ketika cercahan kertas itu berjalan.

J : Duh cyin, tuh anak cakep tau, kita harus kenalan nanti waktu istirahat pokoknya.

A : Iya lah anak baru wajib kenalan, tapi ngomong-ngomong itu baju seragamnya kucel banget gak sih?.

I : Boleh, iya itu anak pake seragamnya kayak gak niat masuk sekolah.

M : Bener nanti waktu istirahat aja, Lo sebagai ketua kelas wajib memperkenalkan diri dan ke kita semua Dit. Iya sih itu baju kucel, mungkin dia lupa di-strika kali.

J : Duh kalian itu gak gahool dech!, Gue kasih tahu ya, anak zaman sekarang itu bajunya memang agak-agak dikucel-kucelin gitu tau, biar keliatan keren-macho, duch jadi pengen liat isi baju nya cyin, ada roti sobek gak ya?

A : Masak sih? Ko Gue yang anak zaman sekarang dan gahool seantero sekolah gak ngerasa kayak gitu sih

I : Zaman sebelum masehi kali Jon

M : Anjirr, zaman sebelum masehi, bisa ngelawak juga Lo Ham..wkwkwk

Diskusi kertas itu pun berakhir ditangan Joni, yang kesal dan merobek-robek kertas itu. Kemudian mendorong kepala Ilham dari belakang. "Au!" seru Ilham sambil tersenyum kemenangan ke arah Joni. "Sst! Nanti Pak Rifky marah," bisikku kepada mereka berdua.

MICHEL IBRAHIM ZEIN (18+| BoyXBoy )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang