5. One by One

304 11 1
                                    

Di perpustakaan, Aku sendiri sedikit mengambek dengan apa yang dikatakan oleh Joni di kantin tadi.

"Bagaimana bisa dia ngomong asal jeplak kalau Aku sudah punya pacar?" tanya batinku yang masih kesal dengannya.

Aku memilih membaca buku novel di pojok ruangan membiarkan mereka bertiga membaca buku masing-masing di meja tengah ruang perpustakaan. Namun, seperti biasa, mereka bertiga akhirnya mendekatiku dan Joni meminta maaf atas apa yang dia tidak sengaja lakukan di kantin tadi.

"Suwer Mic, Gue ngelakuin tadi biar dia jangan sembarangan megang-megang teman Gue, emangnya teman Gue buah di pasaran apa? bisa dipegang-pegang sembarangan, beli juga kagak!" ucap Joni dengan nada intonasi yang sedikit meninggi ke arah ku.

"Iya gpp, Gue juga sadar pasti Lo ngomong gitu ada maksud tujuan Jon, tapi jangan diulangi lagi, Gue takut ada gosip yang gak-gak," ucapku sambil menatap wajah Joni.

"Ok fix semua gak ada lagi keresahan diantara kita ya!" ucap Adit sambil merangkul leher kami berdua dengan kedua tangan nya.

"Bel masuk dah bunyi tuh, yuk masuk kelas," ucap Ilham yang berada di belakang kami bertiga.

Ketika kami memasuki kelas, kami menyadari Rio sudah duduk di kursi tempatnya berada, yang berada di pojok ruang kelas.

"Kita gak kenalan?" tanya Ilham dengan polosnya ke Adit.

"Gak usah, gak ada waktu, sekarang waktu nya belajar!" tungkas Adit dengan cepat ke Ilham.

"lagi pula suruh siapa malah main sama kucing manja and the geng, gak sudi Gue!" timpal Joni dengan kesal.

Aku melihatnya sepintas ketika aku berjalan ke kursi dan meja belajarku, mata nya masih sama, menatapku tajam, "Apa Aku ada yang aneh ya?" ucap batinku sambil melihat-lihat pakaian dan celana seragamku sendiri.

"ngapain Mic?" tanya Ilham yang melihat diriku mencari-cari sesuatu dipakaian dan celana yang kupakai.

"Hmm, gpp," jawabku singkat.
"Gak ada yang aneh Ko, dia aja yang berarti yang aneh," ucap batinku dengan mantap.

Hari pertama di sekolah kami diakhiri dengan sebuah mata pelajaran seni rupa. Pak Bangkit memberikan tugas menggambar 3D dengan sebuah pensil 3B. Tugas itu dikumpulkan besok pagi ke Adit sebagai ketua kelas dan siang nya ditaruh ke meja kerja Pak Bangkit di ruang guru.

"Eh Mic, Lo mo makan bakso di warung Pak Mamat kagak? Si Adit dan Joni ngajak tuh abis pulang sekolah," tanya Ilham sambil memasukan beberapa buku pelajaran ke tas nya.

"Kagak ah,Gue mo nabung Ham, ada yang mo Gue targetin dari tabungan Gue nanti, Lo duluan aja entar," ucapku dengan pelan.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, saat Aku menutup seleting tasku, kurasakan udara dingin yang melewati belakang tubuhku. Aku menoleh ke seorang yang melewatiku itu dan melihat Rio berjalan cepat ke pintu keluar kelas.

Beberapa anak bergumam saat Rio telah pergi dari kelas, suara itu terdengar hingga ke telinga ku,

"Ih anak itu sombang banget sih!" salah satu suara yang terdengar dengan jelas.

Aku tidak memperdulikan hal itu, hak anak baru itu untuk berteman dan berbicara kepada siapa saja, masalah dia sombong atau tidak, mau atau tidak berbicara denganku atau mereka, bukan urusanku.

Di pintu gerbang sekolah, puluhan murid sekolah berjalan tertib seperti semut yang keluar dari sarang nya. Namun, semua itu menjadi riuh berhamburan ketika sebuah suara keras dari knalpot motor Ninja kawasaki hijau melaju dari tempat parkir kendaraan. "Titit!" suara klakson yang sangat nyaring keras terdengar ditelinga ku. Aku segera mengindar dan berhenti sejenak di samping gerbang, sambil membiarkan motor gede itu lewat. Dengan helem sporty besar nya, yang menutupi wajah nya, Aku tidak tahu siapa yang mengendarai motor besar itu, tetapi helem itu melihat ku sejenak,melihat diriku yang terdiam di pinggir gerbang sekolah. Kemudian, aku melihat pengendara motor Ninja itu berjalan dan berhenti kembali di depan seorang wanita yang aku kenal-Dessi. Wajah gadis itu sangat semuringah dan segera menaiki motor gede itu, serta memeluk si pengendara itu dari belakang.

MICHEL IBRAHIM ZEIN (18+| BoyXBoy )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang